V i t a l i t a s
By: Abul Ezz
Sabtu, 08 Juni 2013
0
pkssiak.org - Para pahlawan mukmin sejati selalu unggul dalam kekuatan spiritual dan
semangat hidup. Senantiasa ada gelombang gairah kehidupan yang
bertalu-talu didalam jiwa mereka. Itulah yang membuat sorot mata mereka
selalu tajam dibalik kelembutan sikap mereka. Itulah yang membuat mereka
selalu penuh harapan di saat virus keputusasaan mematikan semangat
hidup orang lain. Itulah vitalitas.
Tidak pernahkah kesedihan menghinggapi hati mereka? Tidak adakah jalan
bagi ketakutan menuju jiwa mereka? Pernahkah mereka tergoda oleh
keputusasaan untuk mengundurkan diri dari pentas kepahlawanan? Adakah
saat dimana mereka merasa lemah, cemas, dan merasa tidak mungkin
memenangkan pertarungan?
Para pahlawan itu tetaplah manusia biasa. Semua gejala jiwa yang
dirasakan oleh manusia biasa juga dirasakan para pahlawan. Ada saat
dimana mereka sedih. Ada saat dimana mereka takut. Jenak-jenak
kelemahan, keputusasaan, kecemasan dan keterpurukan juga pemah mendera
jiwa mereka. .
Tapi yang membedakan dari manusia biasa adalah bahwa mereka selalu
mengetahui bagaimana mempertahankan vitalitas, bagaimana melawan
ketakutan-ketakutan, melawan kesedihan-kesedihan, bagaimana
mempertahankan harapan di hadapan keputusasaan, bagaimana melampaui
dorongan untuk menyerah dan pasrah di saat kelemahan mendera jiwa
mereka. Mereka mengetahui bagaimana melawan gejala kelumpuhan jiwa.
Vitalitas hidup biasanya dibentuk dari paduan keberanian, harapan hidup,
dan kegembiraan jiwa. Tapi ketiga hal ini di bentuk oleh paduan
keyakinan-keyakinan iman dan talenta kepahlawanan dalam diri mereka.
Dari sini saya kemudian menemukan bahwa para pahlawan mukmin sejati
selalu memiliki tradisi spiritual yang khas. Mereka mempunyai
kebiasaan-kebiasaan khas yang dibentuk oleh keyakinan yang unik terhadap
kegaiban. Dengan cara itu mereka mempertahanknn keyakinan mereka pada
pertolongan Allah dan harapan akan kemenangan. Dengan cara itu mereka
mempertahankan stamina perlawanan yang konstan. Kebiasaan-kebiasaan yang
khas itu biasanya berbentuk ibadah mahdhah, tapi biasanya disertai
dengan perilaku-perilaku tertentu yang sangat pribadi. Misalnya dua
contoh berikut ini:
Dalam suatu peperangan kaum Muslimin menemukan betapa kekuatan Ibnu
Taimiyah melampaui para mujahidin lainnya. Merekapun menanyakan rahasia
kekuatan itu pada Ibnu Taimiyah. Beliau menjawab: "Ini adalah buah dari
Ma’tsurat yang selalu saya baca di pagi hari setelah sholat subuh sampai
terbitnya matahari. Saya selalu menemukan kekuatan yang dahsyat setiap
setelah melakukann wirid itu. Tapi jika suatu saat saya tidak
melakukannya, saya akan merasa seperti lumpuh hari itu”.
Suatu saat -dalam perang Yarmuk- Khalid Bin Walid menyuruh dengan marah
beberapa pasukannya untuk mencari topi perangnya yang hilanq dari
kepalanyanya. Beberapa saat kemudian pasukannya muncul dan melaporkan
kalau topi Kholid tidak berhasil ditemukan. Khalid pun marah dan
menyuruh mereka mencari kembali. Akhirnya mereka menemukannya. Tapi
kemudian Khalid merasa perlu menjelaskan sikapnya yang unik itu.
"Dibalik topi perang saya ini ada beberapa helai rambut Rasulullah SAW.
Tidak pemah saya memasuki suatu peperangan dan memakai topi ini
melainkan pasti saya merasa yakin bahwa Rasulullah SAW mendoakan
kemenanganan bagi saya."
ltu hanyalah sebentuk hubungan yang sangat pribadi dengan Rasulullah
yang pernah menggelarinya "Pedang Allah Yang Senantiasa Terhunus." [pkspiyungan]
DPD PKS Siak - Download Android App