TKI Taiwan Bangun Kompleks SMP Islam Terpadu
By: Abul Ezz
Senin, 24 Juni 2013
0
Tenaga Kerja Indonesia (Foto: Antara) |
pkssiak.org - Bekerja di Taiwan tak menyurutkan para TKI asal Banyuwangi Jawa Timur untuk beribadah dan terus mengeluarkan infak.
Meski
dari iuran sederhana yang nomimalnya minimal Rp 60 ribu mereka kini
bisa membangun sebuah kompleks SMP NU senilai Rp 600 juta di dusun
Sombar, desa Tampo, kecamatan Cluring, Banyuwangi.
"Ya
ini uang yang terkumpul dari iuran seikhlasnya para teman TKI di
Taiwan. Melalui arisan ada yang nyumbang Rp 60 ribu, Rp 100 ribu.
Pokoknya seikhlasnyalah. Akhirnya setelah terkumpul selama setahun
akhirnya uang sebanyak itu dibuat untuk membangun SMP ini, '' kata
mantan TKI asal Taiwan di Banyuwangi, Siti Nur Aisyah, Ahad 23/6)m
Menurut
Siti dengan jumlah TKI Taiwan asal Banyuwangi yang mencapai puluhan
ribu maka dana iuran yang terkumpul jumlahnya cukup lumayan besar. Uang
sebesar Rp 600 juta dapat terkumpul hanya dalam waktu satu tahun saja.
"Nah
untuk membangun SMP ini kebetulan kyai di kampung kami mempunyai tanah
wakaf yang lumayan luas. Maka di sanalah sekolah kami akan dibangun,"
ujarnya.
Nur
menceritakan bekerja menjadi penata laksana rumah tangga di Taiwan
memang cukup menyenangkan. Selain bergaji lumayan mencapai Rp 4 juta per
bulan, bekerjanya lebih ringan, mereka pun diberlakukan dengan baik.
Mereka mendapat libur secara rutin. Selain itu setiap pekan para TKI
menggelar pengajian.
''Bahkan
sambil kerjsa kami bisa mendengarkan tausiyah melalui telepon. Kalau
malam hari kami juga bisa mengarkan orang mengaji. Kelompok pengajian
kami malah kerap mengudang dai kondang seperti Ustaz Jefri Al Buchori,
Neno Warisman, penyanyi Opick dan Sulis. Bahkan kyai dari kampung kami
sendiri kerap diundang ke sana," tegas Nur.
Senada
dengan Nur, mantan TKI lainnya, Yenny, selain berpenghasiln lumayan
kehidupan dan keseharian TKI diperantauan cukup terjaga. Mereka juga
bisa beribadah dengan leluasa. Pihak majikan tidak menghalangi mereka
ketika hendak melakukan shalat atau mengadakan pengajian. Jadi
kebanyakan mereka betah bekerja di Taiwan.
"Saya
hanya tahan dua tahun kerja di Arab Saudi. Di Taiwan saya malah kerja
sampai enam tahun. Di sana enak. Bisa pergi bebas ke mana-mana. Beda
dengan di Arab yang dilarang pergi dan dikaji jauh lebih kecil. Saya
ingin balik ke Taiwan lagi, tapi suami sudah tak mengizinkan," kata
Yenny.
Yenny
mengaku sebagai hasil kerja di Taiwan dirinya kini sudah bisa membangun
rumah permanen. Beberapa bidang lahan sawah yang cukup luas juga sudah
terbeli. Kini bersama suaminya tengah merintis kerja wirsawasta."Saya
beruntung. Pernah punya kerja yang bagus di Taiwan dan punya suami yang
baik. Lebih beruntung lagi kini kami punya SMP Islam sendiri,"
ungkapnya.[ROL]
DPD PKS Siak - Download Android App