pkssiak.org -
BAYAN
DEWAN SYARI’AH PUSAT
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
NOMOR: 39/K/DSP-PKS/1434
TENTANG
SIKAP DA’I DALAM MENGHADAPI FITNAH DAN UJIAN
***
Kehidupan seorang da’i sarat dengan ujian dan fitnah karena aktifitasnya
sarat dengan aksi –aksi menyeru, mengajak kepada kebaikan dan
memperbaiki kemunkaran. Aktifitas dakwah tersebut akan menyebabkan pihak
tertentu (ahlul bathil) terganggu dan merasa dirugikan. Kehidupan
seorang da’i sarat dengan ujian dan fitnah karena itu sunnatu dakwah
yang akan menjadi realitas berulang, sebagaimana firman Allah swt dalam
beberapa ayat al-Qur’an:
حَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا
يُفْتَنُونَ. وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ
اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
"Kami telah beriman", lalu kemudian mereka tidak diuji lagi? Dan
Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, sehingga
Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang
dusta.(QS AlAnkabut 2-3)
أَمْ
حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ
الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ
وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ
مَتَى نَصْرُ اللهِ أَلآَ إِنَّ نَصْرَ اللهِ قَرِيبُُ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?
Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan
(dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang
yang beriman bersamanya: "Kapankah datangnya pertolongan Allah?"
Ingatlah, bahwa pertolongan Allah itu Amat dekat.(Qs Al-Baqarah : 214)
Fitnah dan ujian itu bisa menguatkan keimanan seseorang dan bisa juga
menjerumuskan dan menyebabkannya futur dalam dakwah ini. Oleh karena
itu, dibutuhkan bayan tentang sikap dan kiat–kiat da’i dalam mengahadapi
fitnah, agar setiap kader bisa menyikapinya dengan tepat dan tegar, dan
lulus dalam melewati setiap fitnah dan ujian.
9 SIKAP
Ada sembilan sikap seorang da’i ketika diuji Allah swt dengan fitnah, kesembilan penyikapan tersebut adalah:
Pertama, Muhasabah
Sikap pertama yang harus dilakukan adalah bermuhasabah, berintrospeksi
diri atas apa yang telah dilakukan. Bermuhasabah adalah perintah Allah
swt, sebagaimana firmanNya :
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ
لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Karenanya bermuhasabah adalah tradisi para sahabat dan generasi
setelahnya, karena dengan bermuhasabah, setiap kekhilafan bisa diketahui
dan diperbaiki sejak dini.
Sebagaimana taujih Umar bin Khatthab r.a:
حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا
"Evaluasi dirimu sebelum engkau dievaluasi.’
Kedua, Bertaubat
Langkah selanjutnya adalah bertaubat kepada Allah swt. dengan
sebenar-benarnya taubat (taubatan nashuha), sebagaimana firman Allah
swt.:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).‟ (QS At-Tahrim : 8)
Bertaubat itu memiliki rukun dan prasyaratnya agar taubatnya diterima oleh Allah swt. yaitu sebagai berikut :
A. Yang berkenaan dengan hak-hak Allah swt:
Bertaubat kepada Allah swt, berarti menunaikan hal-hal berikut:
1. Menyesali dosa yang telah dilakukannya. Seorang muslim harus merasa
bersalah dengan dosa yang dilakukannya, oleh karena itu ia harus
menyesali perbuatannya tersebut.
2. Berkomitmen untuk tidak mengulangi lagi kesalahannya.
3. Memperbaiki diri dengan memperbanyak amal-amal sholeh.
B. Hak-hak manusia:
Bertaubat juga harus menunaikan hak-hak manusia, yaitu:
1. Mengembalikan hak orang lain. Jika kesalahannya tersebut adalah
merampas dan mengambil hak orang lain, maka ia harus mengembalikannya
kepada si empunya.
2. Melakukan tabayyun (cek & recek) atas setiap informasi yang
diterimanya, agar terhindar dari sikap bersu‟udzan kepada orang lain.
Ketiga, Bersabar
Langkah selanjutnya adalah bersabar atas fitnah yang menimpa da’i,
dengan berkeyakinan bahwa semua ini adalah ujian dari Allah swt. untuk
mengetahui hamba-hamba pilihan-Nya, sebagaimana firman Allah swt dalam
ayat-ayat al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (QS Ali Imran: 200)
Keempat, Taqarrub kepada Allah SWT
Setiap da’i harus senantiasa bertaqarrub kepada Allah swt. agar
senantiasa dekat dengan Allah swt., karena sesungguhnya maksiat
dilakukan karena jauh dari Allah swt. Bertaqarrub yang dimaksud adalah
dua hal :
1. Berkomitmen menunaikan kewajiban (fara‟id), seperti sholat lima waktu, puasa ramadhan, dan lain-lain.
2. Memperbanyak ibadah atau amalan sunnah seperti shalat sunnah rawatib,
puasa senin dan kamis, sholat tahajjud, tilawah al-Qur’an dan amalan
sunnah yang lain, sebagaimana dalam hadits qudsi:
وَمَا
تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ
عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى
أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ
وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا
وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ
وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ
"Tidak ada ibadah yang dilakukan oleh hamba-Ku yang lebih Aku cintai
selain ibadah yang Aku wajibkan. Dan hambaku senantiasa bertaqarrub
kepadaku dengan ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku
mencintainya, maka Aku yang menjaga pendengarannya, Aku yang menjaga
pandangannya, Aku yang menjaga tangannya, Aku yang menjaga kakinya. Jika
ia meminta kepadaku, maka Aku akan kabulkan. Dan jika ia berlindung
kepadaku, maka Aku melindunginya.‟ (Shahih bukhari, kitab Raqaiq, Bab
Tawadhu‟, No. 6021)
Kelima, Menghindari tempat-tempat fitnah
Agar kita tidak terhindar dari fitnah, maka setiap da’i harus
menghindari hal-hal atau tempat-tempat yang akan menjerumuskannya ke
dalam fitnah.
Di antara hal-hal yang bisa mengakibatkan fitnah adalah sebagai berikut :
1. Harta, dengan segala bentuknya.
Banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an yang memberikan warning agar setiap
muslim waspada dengan harta karena karakter harta itu dominan
menyebabkan pelakunya kepada maksiat.
2. Perempuan
Begitu pula dengan perempuan, seperti halnya harta, perempuan adalah
fitnah / ujian bagi manusia, sebagaimana firman Allah swt. :
زُيِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ
الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (surga). (QS Aliimran ; 14)
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah cobaan dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS Al-anfal ; 28)
3. Hal-hal syubhat
Menjauhi hal-hal yang syubhat termasuk hal yang harus dilakukan da’i
agar bisa terhindar atau berhasil melewati ujian, sebagaimana sabda
Rasulullah saw:
Dari Nu'man bin basyir r.a berkata : saya mendengar Rasulullah saw
bersabda : "Sesungguhnya yang halal itu sudah jelas dan yang haram juga
sudah jelas, diantara keduanya ada hal-hal syubhat yang tidak diketahui
banyak manusia. Barang siapa yang menghindari hal-hal syubhat, maka ia
telah menjaga agama dan kehormatannya. Barang siapa yang melakukan yang
syubhat, maka ia telah melakukan yang haram."
4. Teman yang tidak baik
Teman adalah cermin keperibadian sesorang, oleh karena itu jika ingin
mengetahui ihwal seseorang, maka bisa diketahui dengan ihwal sahabatnya.
Oleh karena itu harus dipastikan karib kita adalah orang-orang sholeh,
sebagaimana hadits Rasulullah saw:
Dari Abi Hurairah r.a, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Setiap
orang tergantung pada agama temannya, maka kalian lihatlah siapa yang
dia jadikan teman." (Musnad Ahmad, Kitab : Musnad al-muktsirin, Bab :
Musnad Abi Hurairah, No. 7685)
5. Berambisi mendapatkan jabatan
Jabatan adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan kepada Allah
swt. Oleh karena itu Rasulullah saw. memerintahkan orang yang memegang
amanah adalah orang memiliki kualifikasi dan kompetensi. Maka berambisi
mendapatkan jabatan adalah perilaku tercela yang harus dihindarkan,
sebagaimana sabda Rasulullah saw :
Rasulullah saw bersabda : "Dua serigala yang dilepas di tengah
gerombolan kambing itu tidaklah lebih merusak dibanding merusaknya
ambisi untuk mendapatkan harta dan jabatan terhadap agama seseorang."
(Sunan Tirmidzi, Kitab : Zuhud, Bab : ma ja‟a fi akhdzil mal bihaqqihi,
no. 2298)
Maksud hadits tersebut adalah bahwa ambisi meraih harta dan jabatan
berdampak merusak agama seseorang lebih dahsyat dari pada dampak
kerusakan yang dibuat oleh dua ekor serigala yang menyerang segerombolan
domba.
Keenam, Saling memberikan nasihat
Setiap da’i harus terbiasa saling memberi nasihat (tanashuh), karena
hanya dengan itulah setiap da’i terbantu untuk memperbaiki diri. Jika
yang terjadi sebaliknya; tidak ada budaya tanashuh dan kontrol internal
melemah sehingga memungkinkan setiap da’i terperangkap fitnah atau tidak
sabar menghadapinya.
Tanashuh dan lapang dada menerima nasihat adalah dua sisi mata uang yang
tidak bisa terpisahkan. Oleh karena budaya tanashuh tersebut tidak akan
terwujud jika tidak diimbangi dengan sikap lapang dada; maksudnya
setiap da’i jika mendapatkan nasihat, ia harus berlapang dada menerima
masukan dan nasihat tersebut. Insya Allah swt nasihat itu memperbaiki
kita. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
Dari Tamim ad-Dari, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Agama adalah
nasihat.” Kami bertanya, "Nasihat untuk siapa?" Rasulullah saw.
Bersabda, “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum
muslimin dan masyarakat umum." (Shahih muslim, kitab : al-iman, Bab : ad
din nashihah, no. 82)
Ketujuh, Terus bekerja melayani
Setiap ujian dan fitnah tidak boleh menyebabkan kita futur dan berhenti
berdakwah, tetapi sebaliknya, ujian tersebut harus menjadi cambuk agar
setiap da’i lebih bersemangat dalam beramal dan berdakwah.
Kerja-kerja dakwah itu sangatlah luas, di antara amal dakwah yang
menyentuh hajat masyarakat adalah dakwah dalam bidang sosial, dakwah
dalam bidang kesehatan agar masyarat hidup sehat, berdakwah dalam bidang
keamanan agar masyarakat hidup aman dan nyaman, berdakwah dengan
membangun infrastruktur agar fasilitas masyarakat terpenuhi sehingga
mereka lancar dan leluasa melakukan hajat dan aktifitas hidupnya. Hal
ini sebagaimana firman Allah swt:
وَقُلِ
اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ
وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ
بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
(QS At-Taubah: 105)
Delapan, Husnudzan terhadap ikhwah dan dakwah
Setiap da’i senantiasa berhusnudzan terhadap ikhwah dan dakwah. Setiap
kali mendengar kabar tidak baik tentang seorang akh atau dakwah, maka
harus mengedepankan husnudzan, hingga mendapatkan informasi / penjelasan
dari dakwah.
Prinsip berhusnudzan ini yang diperintahkan Rasulullah saw. sebagaimana firman Allah swt:
لَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَٰذَا إِفْكٌ مُبِينٌ
"Tidakkah sebaiknya ketika kamu mendengar (berita bohong) itu
orang-orang mukminin dan mukminat bersangka baik terhadap diri mereka
sendiri." (QS An-Nur: 12)
Apalagi jika informasi bersumber dari orang fasiq, maka kita tidak boleh
percaya sebelum tabayyun terhadap berita tersebut, sebagaimana firman
Allah swt:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ
فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا
فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.(QS al-Hujarat: 6)
Sembilan, Istiqomah dalam jama’ah
Ujian dan fitnah adalah fitrah dalam perjuangan dan dakwah, sebagaimana firman Allah swt:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (QS Ali Imron:200)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah
Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. (QS
Al Hajj:77)
Oleh karena itu setiap ujian dan fitnah itu tidak boleh membuat kader
futur, tetapi sebaliknya, harus membuat tetap istiqomah dalam dakwah
ini.
***
Jakarta , 26 Rajab 1434 H
5 Juni 2013 M
DEWAN SYARI’AH PUSAT
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
DR. KH. SURAHMAN HIDAYAT, MA.
KETUA