Demo Turki, Antara Idealisme dan Sentimen Politik
By: admin
Rabu, 05 Juni 2013
0
PKSSiak.org - Turki. Demo besar-besaran terjadi di Istanbul Turki
pada sabtu (1/6). Protes tersebut berawal pada 26 Mei lalu, ketika
demonstran berupaya menghalangi buldoser yang akan menghancurkan Taman
Gezi yang berada di pusat kota Lapangan Taksim.
Taman Gezi adalah
sebuah taman kecil yang berada di pusat kota yang memiliki kurang lebih
30 pohon sebagai area penghijauan. Lalu, mengapa sebuah taman kecil yang
akan dirubah fungsi menjadi sebuah mall mampu memicu demo
besar-besaran? Apa benar penyebabnya hanya ini?
Ada 3 fakta sejati dibalik demo Turki kali ini, yaitu Penghijauan, Alkohol dan Oposisi AKP-Erdogan.
Kalau
demo kali ini dipicu oleh pembongkaran sebuah taman kecil, sepertinya
isu ini tidak akan menarik untuk ditiupkan. Faktanya selama AKP-Erdogan
memimpin, pemerintah telah berhasil membangun 120 hutan. Jumlah yang
cukup signifikan jika dibandingkan dengan sebuah taman kecil berisi 30
pohon penghijauan.
Dan realitas di lapangan, para pendemo pun
tidak mengusung slogan-slogan penghijauan selama demo berlangsung,
justru slogan yang paling sering di teriakan adalah “turunkan Erdogan”.
Spanduk dan bendera yang mereka bawa sejak awal demo juga bukan simbol
pro-penghijauan, semua berisi caci maki terhadap AKP dan “turunkan
Erdogan”. Jadi terlalu dini jika disimpulkan bahwa demo kali ini hanya
dipicu oleh pembongkaran sebuah taman kecil di pusat kota.
Fakta
yang kedua tentang Alkohol. Demo kali ini memang memobilisasi orang dan
pihak yang awalnya protes terhadap aturan ulang tentang pembelian
alkohol. Dimana dalam draft UU baru, diatur pembelian minuman beralkohol
dibatasi hingga jam tertentu seperti di negara Eropa lainnya. Juga
memuat aturan lain seperti cara minum, misalnya tidak boleh minum sambil
berjalan, mengemudi mobil dan tidak boleh membeli di atas jam tertentu.
Protes
kali ini juga disulut oleh protes dari perusahaan bir terbesar di
Turki, Efes. Efes adalah perusahaan bir yang memonopoli hampir 80% pasar
alkohol di Turki. Efes juga beranak-pinak secara perusahaan seperti
Becks, miller, Warstiener & Fosters.
Efes Pilsen adalah perusahaan yang berkembang di daerah Izmir, daerah yang sampai sekarang jadi basis suara dari oposisi.
Fakta yang ketiga, selain soal isu penghijauan & ‘solidaritas’ komunitasas bar-bar, adalah Oposisi.
AKP
adalah partai yang memimpin dan mendulang kepercayaan tinggi dari
rakyat Turki dengan 327 kursi dari total 550 kursi di parlemen. Jadi
sangat wajar kalau demo kali ini ditunggangi pihak oposisi, apalagi
tahun depan Turki akan menggelar Pemilu presiden pertama yang akan
mengubah sistem pemerintahan dari Parlemen ke Presidentil. Dan
diprediksi 90% Erdogan akan kembali terpilih, jadi demo Turki kali ini
tidak lain dan tidak bukan adalah karena soal Oposisi. Dari awal demo
kali ini memang sudah di setting rusuh.
Kalau kita cermati, isu
yang diangkat oposisi kali ini kurang cerdas dan kurang smut. Seharusnya
bisa di lebih konstruktif dan murni mengkritik kekurangan pemerintah,
bukan mendompleng isu lainnya yang kurang populer. Dan mudah di tebak,
para pendemo meledak ‘marah’ hanya karena urusan yang ‘sepele’ hanya
soal pembatasan jam pembelian alkohol. Sangat tidak seksi.
Seharusnya
jika pihak oposisi ingin meraup simpati rakyat dapat mengangkat isu
yang langsung bersentuhan dengan rakyat, tema perumahan misalnya.
Seperti
kita ketahui, Pemerintah AKP, sejak berkuasa di 2002, telah memulai
proyek terpuji “Toki” (Pembangunan Perumahan Administrasi Turki).
Lembaga pengelola proyek ini merupakan instrumen negara yang membeli
tanah dari petani untuk dibangun rumah, lalu keuntungannya untuk
membangun sekolah, shopping center & Rumah Sakit. Jadi masyarakat
miskin banyak diberi rumah dari sini. Jadi memang kota Istanbul
berkurang hijau karena banyak dibangun perumahan untuk rakyat miskin.
Memang harus diakui, selama AKP memimpin Turki jauh lebih indah. Namun
sebenarnya masih ada faktor kesenjangan, kita masih melihat adanya
rumah-rumah liar, 95% lainnya tinggal vertikal di apartemen sederhana
sementara banyak berdiri rumah mewah untuk warga yang super kaya.
Seharusnya
pendemo bisa mengkritik bagaimana pemerintah dapat membuat perencanaan
taman dan daerah hijau yang lebih baik, bukan mengangkat tema elitis dan
alkohol. Jadi wajar saja kalau demo yang di klaim ‘besar-besaran’ ini
hanya bertahan 48 jam saja, tidak mendatangkan simpati masyarakat karena
hanya menonjolkan kekerasan dan radikal saja.
Pelajaran penting
dari demo Turki adalah, selain pihak oposisi gagal menemukan isu dan
menyusun argumentasi solusi mereka juga gagal menularkan emosi kepada
masyarakat luas, sementara militansi demonstran ‘sekuler’ di Turki hanya
ada di akhir pekan saja. Hari-hari kuliah dan kerja, mereka tidak
bersedia bolos untuk memperjuangkan paham mereka.
DPD PKS Siak - Download Android App