LHI Dijerat, PKS Dilaknat
By: Abul Ezz
Jumat, 28 Juni 2013
0
Oleh Nandang Burhanudin
*****
“Assalamu’alaikum. Apa kabarnya tadz …. he he ….”. Jamaah setia itu telah kembali dari umrohnya.
“Waalaikumussalam. Kabar baik pak. ‘Umroh maqbulah insya Allah”, jawab saya.
“Allahumma Aaamiiin …. Gimana tadz … makin rame saja ya Indonesia. Tawuran di sana-sini. Bahkan tawuran sekarang di level partai, Setgab …. he he …”, ungkapnya.
“Ya begitulah pak … Indonesia itu selalu kaya, walau kaya masalah … he he …”, jawab saya santai.
“He he … maaf tadz. Ngomong-ngomong kasus LHI dah disidang ya? Darin itu memang Mumtazah … Betulan dah nikah ya?”, candanya nyindir.
“Ya. Saya sich nunggu divonis hukum saja. Kalau perlu seberat-beratnya. Juga yang saya tunggu, vonis hukuman untuk Anas Urbaningrum+Andi Mallarangeng dan semua koruptor di negeri ini….habisi saja ….”, jawab saya santai.
“Lho kok nggak belain LHI tadz?”, tanyanya.
“Lho kenapa mesti dibela. Kalau memang salah, tegakkan hukum. Yang saya ndak setuju itu, jika hukumnya tebang pilih … Tegakkan keadilan, karena keadilan itu mendekatkan pada takwa … Saya memahaminya, keadilan dalam penegakkan hukum akan menjaga masyarakat dan umat Islam dari prahara dan penderitaan yang direkayasa …. Itulah makna takwa yang salah satu artinya al-wiqayah (menjaga dari kemudharatan) …”, ungkap saya panjang lebar.
“Excellent tadz …. terus kalau terbukti PKS menerima aliran dana korupsi, ndak apa-apa dong dibubarkan?” tanyanya menelisik.
“Ya tidak apa-apa pak. No problemo. Dan jika aparat hukum mau adil, saya yakin semua partai di negeri ini layak dibubarkan. Termasuk lembaga negara, bahkan lembaga Presiden sekalipun …. bubarkan saja semua … Kalau sekedar PKS yang dibubarkan, itu tendensius dan nampak kepentingan politiknya menjelang Pemilu 2014 … he he …”, terang saya.
“Wah kok kayak lagi emosi tadz …”, ia bertanya lagi.
“He he … oooh … ndak pak. Saya hanya berpikir logis saja. Ada tidak adanya pemerintahan, negeri ini sudah autopilot. Rakyat hidup sendiri-sendiri. Negara hanya mengurusi “kenaikan” harga, tapi tidak dibarengi dengan public service dan public fasilities yang memadai. Pajak diembat hingga Kiamat …. “, tegas saya.
“Wah kalau dibubarkan semua …. negara ini tidak ada dong …”, ia merenung.
“Ya, biarkan saja tidak ada. Toh ada juga tidak diurus serius. Negeri super aneh: Suap 1 M yang belum terbukti, bisa memupus perampokan Bank Century 6.7 Triliyun (6700 milyar), kasus Hambalang 1200 Milyar. Rekening Gendut, Lapindo, Korupsi Al-Qur’an, BLBI. Lalu jika memang LHI menikahi Darin, apa hubungannya dengan kasus korupsi? Lalu bagaimana dengan para pezina yang pandai menghapus jejaknya? Bagi saya, jika LHI salah … hukumlah. Tapi jangan lupakan yang lain!”, tegas saya.
“Waduh … makin pusing tadz … kalau boleh tinggal di tanah Haram, saya mau tinggal dan meninggal di sana saja. Lebih dekat ke taubat …”, ungkapnya.
“Ya … nggak usah pusing pak. Perangi saja koruptor dan partai sarang koruptor di Pemilu 2014. TV-TV milik mereka, kurangi jam menontonnya. Ramaikan masjid. Dekati masyarakat tidak mampu. Bina dan didik generasi dari kecil. Bagi saya itu lebih mendekatkan pada ampunan Allah … daripada diam dan lari ke negara lain ….”, hibur saya.
“Oh ya … sip pak ustaz … makasih ya sudah mau berbagi … Wassalam”, ia pun pergi setelah bersalaman.
*****
Sahabat, terkadang kita bertemu dengan orang-orang yang ingin menuntaskan rasa penasaran. Tugas kita, ternyata bukan membela mati-matian hingga terkesan buta. Tugas kita adalah, sampaikan kebenaran itu walaupun pahit dan arahkan visi orang yang mengajak bicara kepada masalah yang lebih besar dan perlu ditanggulangi.
Sebab orang tersandung masalah, bukanlah aib. Bisa jadi masalah yang menimpanya, mencerdaskan dan menggiringnya untuk muhasabah kemudian bertaubat. Justru yang menjadi aib adalah, ketika kita mengolok-olok, mencela, dan menyebarluaskan aib.
Adanya vonis hukum adalah sanksi terberat yang akan memupus kesalahan. Seperti pezina, ia dibersihkan dosanya setelah dirajam. Jika ia taubat nashuha, bisa jadi ia telah menuju surga. Bandingkan dengan pengumbar aib, pencela, pengolok …. dosanya akan tetap melekat sejauh mana radius tebaran aib, celaan, caci maki, olok-olok yang ia sebarkan.
Wallahu A’lam
DPD PKS Siak - Download Android App