Ketika Ummu Sulaim & Fathimah Menghibur Suami
By: admin
Sabtu, 01 Juni 2013
0
Ilustrasi |
Datanglah Abu Thalhah pada saat berbuka puasa.
Lalu ia berbuka.
Kemudian Ummu Sulaim berdandan dengan sangat cantik, yang tidak pernah
ia lakukan sebelumnya. Tertariklah Abu Thalhah dan terjadilah hubungan
suami istri pada malam itu. Ketika istrinya merasa bahwa Abu Thalhah
telah puas, ia berkata, “Wahai Abu Thalhah, apa pendapatmu jika ada
suatu kaum meminjamkan barang kepada kaum yang lain, ketika kaum
tersebut ingin meminta barangnya kembali, adakah yang dipinjami berhak
menghalangi?” Jawab Abu Thalhah ra., ‘Tidak.” Ummu Sulaim ra. berkata,
“Maka mohonlah pahala dari Allah untuk anakmu.”
Maka marahlah Abu
Thalhah seraya berkata, “Apakah engkau membiarkanku, sehingga aku sudah
kotor (junub) baru engkau kabarkan tentang anakku?” Abu Thalhah segera
menghadap Nabi saw. memberitahukan apa yang telah terjadi. Nabi saw.
bersabda, “Semoga Allah memberkati malam kalian berdua.” Maka hamillah
Ummu Sulaim. Kemudian ia melahirkan bayinya. Ketika pagi tiba, bayi itu
dibawa oleh Ummu Sulaim kepada Nabi saw. dan Abu Thalhah menitipinya
beberapa buah kurma. Lalu Nabi saw. mengambil kurma itu dan
mengunyahnya, setelah itu kunyahan kurma dari mulut beliau dimasukkan ke
dalam mulut bayi dengan dioleskan ke seluruh rongganya lantas
memberinya nama Abdullah.” (Muttafaqun Alaih)
Fatimah binti Abdul
Malik, istri khalifah Umar bin Abdul Aziz. Pada suatu saat ia masuk ke
dalam kamarnya dan mendapati suaminya sedang duduk di atas tikar
shalatnya sambil menangis. Ia bertanya kepada suaminya, “Mengapa engkau
menangis seperti ini?”
Jawabnya, “Oh
malangnya wahai Fatimah, aku diberi tugas mengurus umat seperti ini.
Yang senantiasa menjadi pikiranku adalah nasib si miskin yang kelaparan,
orang yang merintih kesakitan, orang yang terasing di negeri ini, orang
tawanan, orang tua renta, janda yang sendirian, orang yang mempunyai
tanggungan keluarga yang besar dengan penghasilan yang kecil dan orang
yang senasib dengan mereka di seluruh pelosok negeri ini, baik di Timur
maupun di Barat, Utara maupun Selatan.
“Aku tahu bahwa
Allah akan meminta pertanggung-jawaban dariku pada hari Kiamat,
sedangkan pembela.mereka yang menjadi lawanku kelak adalah Rasulullah
saw.. Aku betul-betul merasa takut tidak dapat mengemukakan jawaban di
hadapannya, itulah sebabnya aku menangis…..”
Pada saat itulah
Fatimah menghibur suaminya dengan penuh kasih sayang, walaupun sang
suami banyak menghabiskan waktunya untuk menunaikan kepentingan agama
dan umat dibandingkan untuk mengurus dirinya sendiri. [RKI]
DPD PKS Siak - Download Android App