Select Menu

Iklan 1080x90

SaintekSIROH

PKS BERKHIDMAT UNTUK RAKYAT

BERITA SIAK

FIQIH

SIROH

Kesehatan

Saintek

Video Pilihan

» » » Islam dan Senioritas

Islam dan Senioritas


By: Abul Ezz Sabtu, 29 Juni 2013 0

 Nabiel bin Fuad Al Musawa

Oleh: Nabiel bin Fuad Al Musawa

“Barangsiapa yang tidak menyayangi anak-anak muda dan tidak mengetahui hak (dalam riwayat yang lain: tidak menghormati) orang-orang dewasa, maka ia bukanlah golongan kami.”[1]

Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah seorang nabi, bukanlah semata-mata seorang pemimpin yang bijak ataupun seorang pemikir yang jenius saja. Karena jika tidaklah demikian maka tidak mungkin ia akan menempatkan masalah sayang pada yang muda serta hormat pada yang tua ini pada kedudukan sedemikian tingginya. Cobalah anda perhatikan akhir sabdanya itu… bukanlah golongan kami… Apa makna katakata ini?! Orang yang tidak menghormati yang tua dan menyayangi yang muda adalah bukan golongan Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, atau dengan kata lain bukan ummat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam!

Subhanallah.. Betapa malangnya dan betapa meruginya mereka yang datang di  hari Kiamat kelak dengan berbagai pahala tetapi tidak diakui sebagai ummat beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mengapakah sampai sedemikian keras ancaman beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam itu?!

Sebagaimana saya katakan di awal tulisan ini, karena beliau adalah seorang Nabi! 

Seorang pemikir yang brillian ataupun seorang pemimpin yang bijak tidak akan demikian tinggi menempatkan permasalahan ini, cukuplah kalau beliau mengatakannya sebagai sebuah keutamaan atau kebaikan belaka.
Tapi sebagai seorang nabi, Ras
ulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menganggap masalah hilangnya penghormatan pada orang dewasa dan lenyapnya kasih-sayang kepada orang muda sebagai sebuah masalah besar, dan bahkan beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam memasukkannya dalam salah satu bentuk pengagungan terhadap kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala. Simaklah sabdanya yang lain berikut ini: “Sesungguhnya termasuk dalam mengagungkan ALLAH adalah memuliakan orang-orang tua…”[2]

Lebih jauh dari itu dengan wahyu kenabiannya beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam juga memerintahkan kepada seluruh kaum Muslimin agar penghormatan kepada yang lebih tua ini diaplikasikan dalam realitas kehidupan keseharian, seperti dalam etika berbicara, beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu memerintahkan agar hendaklah dimulai oleh yang lebih tua, sebagaimana dalam tegurannya kepada Abdurrahman bin Sahl yang memulai pembicaraan, padahal ia adalah yang termuda ketika itu (dari kedua sahabatnya Huwayyishah dan Muhayyishah).[3]

Demikian pula dalam mengangkat seorang menjadi pemimpin jika keilmuan dan keagamaannya setara hendaklah didahulukan yang lebih tua,[4] kecuali jika keilmuan dan keagamaan berbeda maka haruslah didahulukan ilmu dan agamanya, sebagaimana dalam sabdanya Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam: Yang paling berhak menjadi Imam bagi suatu kaum adalah yang paling menguasai kitabuLLAH, jika dalam hal tersebut sama derajatnya maka yang paling menguasai as-Sunnah, jika sama pula maka yang paling dahulu hijrah, jika sama hijrahnya maka yang paling tua…”[5]

Beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam tak henti-hentinya mengingatkan, menegur dan memperbaiki ummatnya agar senantiasa menempatkan para senior lebih dahulu dari yang lebih yunior, seperti dalam barisan shalat berjama’ah beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa berpesan agar barisan pertama diisi oleh para ahli ilmu dan yang lebih senior.[6] Demikian seterusnya sampai pun dalam menguburkan orang yang meninggal, beliau selalu menanyakan mana yang lebih berilmu? Dan jika sama dalam keilmuan dan keagamaan maka beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan agar yang lebih senior didahulukan penguburannya.[7]

Tentunya apa yang beliau lakukan dan biasakan untuk kita lakukan ini tidak berarti membolehkan seorang senior menyombongkan diri dan membangga-banggakan senioritasnya. Hal ini adalah sikap yang sangat tercela dan bukanlah menjadi bagian dari pembahasan kita. Sifat sombong adalah tercela baik karena alasan apapun, apakah karena ilmu, kedudukan, senioritas bahkan karena merasa lebih taqwa sekalipun adalah diharamkan dan sangat dicela dalam Islam, firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala: “… Dan janganlah kamu merasa dirimu itu suci, karena Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang lebih bertaqwa (diantaramu).” (QS An Najm, 53: 32).

Yang beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam tanamkan adalah sifat tawadhu’ (rendah hati) dan menyayangi bagi yang senior dan sebaliknya beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menanamkan agar para yunior mendahulukan dan menghormati yang lebih senior. Alangkah indah dan serasinya, sehingga kedua sikap ini akan berkelindan dan bertemu ditengah-tengah dalam hubungan yang sangat erat dan mendalam, antara kasih-sayang dan penghormatan, antara rendah hati dan penghargaan. Subhanallah…

Demikianlah pelajaran dan teladan beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada para sahabatnya, sehingga hal ini menjadi kebiasaan dan perilaku keseharian dikalangan generasi para sahabat dan salafus-shalih, sebagaimana perkataan sahabat Abu Said Al  Khudhriy Radhiyallahu ‘Anhu: “Ketika masa Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam aku masih remaja, dan aku banyak menghafal perkataan beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, tidak ada yang menghalangiku untuk banyak menceritakan hadits beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika itu kecuali karena pada saat itu masih banyak para sahabat yang lebih senior dari aku.” [8]





[1] Hadits Riwayat: 1. Abu Daud, kitab Al Adab, bab ar-Rahmah. 2. Tirmidzi, kitab Al Birru wash Shilah, bab Ma ja’a fi Rahmati Shibyan. 3. Di-shahih-kan oleh Albani dalam At Ta’liqu Ar Raghib (I/66); Lihat juga komentarnya dalam Shahihu Targhib wa Tarhib (I/117).

[2] HR. Abu Daud dengan sanad hasan, lihat dalam Takhrijul Misykah (4972), juga dalam Ta’liqu Ar Raghib (I/66).

[3] HR. Bukhari, kitab Al Adab, bab Al Haramu Al Kabir; Muslim kitab Al Qasamah.

[4] HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad (147) dengan sanad yang hasan.

[5] HR. Muslim (hadits no. 291 dan 673).

[6] HR. Muslim (hadits no. 123 dan 432).

[7] HR. Bukhari III/170.

[8] HR. Bukhari I/363 dan III/162; Muslim (hadits no. 88 dan 964).

[hasanalbanna]


DPD PKS Siak - Download Android App


«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama
0 Comments
Tweets
Komentar