Wejangan 'Cinta-Kerja-Harmoni' Habibie di acara Diaspora Berlin 2013 | by Akhwat Jerman
By: admin
Rabu, 29 Mei 2013
0
Oleh: Tieneke Ayuningrum
Ketua Kewanitaan PIP PKS Jerman
pkssiak.org - Alhamdulillaah kemarin kami diberi kesempatan utk bertemu dengan Bapak
Habibie di acara Diaspora BerliN 2013. Pesan2 dari beliau, saya coba utk
rangkumkan dan share di sini.
"Wejangan Prof Habibie di acara Diaspora Berlin 2013"
Rangkuman ini sebenarnya adalah gabungan dari wejangan Prof Habibie yang
disampaikan langsung pada acara Diaspora Berlin, 25 Mei 2013, dari Buku
yang beliau tulis berjudul 'Habibie & Ainun' serta dari film
tersebut yang juga ditayangkan kemarin, ditulis sesuai versi penulis.
Seperti kita ketahui bersama bahwa tanah air kita sangat kaya akan
sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM). Sangat ironis
dimana negara yang kaya raya ini memiliki index kesejahteraan yang
rendah. Selain itu kita juga tidak ingin bergantung kepada kekayaan alam
yang dimiliki negara kita. Kita ingin negara ini sejahtera dari hasil
pembangunan SDM nya.
Kita juga bukan negara pengemis. Suatu permasalahan tidak boleh
dikaitkan dengan kurangnya dana. Ide dan kreativitas serta kerja adalah
modal yang lebih dari segalanya dan itu harus kita buktikan. Demikian
‘Eyang‘ dan ‘Ayah‘ kita Prof Habibie mengatakan.
Beliau memotivasi kita semua bahwasanya kita semua adalah sama seperti
beliau, artinya apa yang beliau telah raih, dapat kita raih pula. Bahkan
seharusnya sebagai ‚anak‘ atau ‚cucu‘ kita lebih baik dari beliau,
karena itu berarti sebagai ‘Eyang‘ beliau berhasil mewariskan nilai2 dan
mendidik keturunannya. Sebuah motivasi yang sangat berharga bagi kita
semua.
Kata-kata beliau sungguh sangat 'merangkul' semua kalangan dan beliau
berpesan jangan sampai hal-hal yang berbau 'SARA' ditonjolkan sehingga
menimbulkan permusuhan dan menghambat kemajuan yang ingin dicapai.
Beliau juga bercerita bahwa Helmut Schmidt (Bundeskanzler / kanselir ke 5
yang lahir di Hamburg, Heimat keduanya beliau :-)) yang cukup dekat
dengan beliau, mengatakan bahwa seharusnya beliau tidak hanya berkutat
dengan pesawat terbang, tapi juga dengan falsafat (maksudnya Herr
Schmidt sangat tertarik berbincang-bincang dengan Herr Habibie, tertarik
dengan falsafat yang beliau miliki). Tidak hanya Herr Schmidt, Margaret
Thatcher juga pernah mengatakan hal yang sama.
Saat berbincang dengan Herr Schmidt, beliau ditanya: berapa lama hidup
bersama Ibu Ainun, istri beliau?, dijawab: “48 tahun, 10 hari“. Herr
Schmidt balik menjawab: “Kalau saya 58 tahun hidup bersama istri saya!“.
Kemudian Habibie ditanya lagi: “Sejak kapan kenal dengan Ibu Ainun?“.
Dijawab: “Sejak SMP“. Kemudian Herr Schmidt berkata lagi: “Kalau saya
kenal istri saya sejak Kindergarten! (TK)“.
Penulis jadi ingin menyimpulkan sendiri, bahwa betapa kesuksesan itu
tidak lepas dari keluarga. Bahwa kesuksesan keluarga itu diikuti oleh
kesuksesan-kesuksesan berikutnya. Siapa yang bisa menghargai ‘teman
hidup‘ yang telah dipilihkan Alloh kepadanya, maka ia telah diberi
hikmah yang besar sebagai modal menapaki kesuksesan berikutnya.
Kemudian Pak Habibie menekannya juga bahwa keberhasilan yang beliau raih
tidak lepas dari support dua wanita besar yang menemani beliau, yaitu
Ibunda Habibie dan Istri beliau: Ibu Ainun.
Dari sekian kesuksesan yang beliau raih, tentu yang juga mengesankan
adalah Award yang pernah beliau dapatkan dari Ikatan aeronautic sedunia
yang didirikan oleh di Amerika pd thn 1944, sebelum perang dunia kedua.
Setiap 50 tahun sekali, organisasi tersebut memberikan medali emas bagi
orang yang terpilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Th 1994 Prof
Habibie terpilih, padahal beliau tidak menduga sama sekali, dan saat di
minta memberikan sambutan, beliau memulai dengan bismillah serta
mengatakan pada kesempatan itu bahwa kemajuan teknologi bukan hanya
menjadi hak orang kaya. Beliau membuktikan bahwa beliau yang berasal
dari negara dunia ketiga berhasil meraihnya. Suatu motivasi lagi dari
beliau yang sangat berharga untuk kita semua.
Beliau mendapatkan tiga buah pertanyaan saat itu (tapi yang penulis
ingat hanya satu. Ketiga nya tercantum juga dalam buku beliau ‘Habibie
& Ainun’. Pertanyaan pertama: Pada saat conggress Aeronautics yang
pertama kali didirikan tahun 1944 pukul 10 pagi di USA, saat itu beliau
sedang apa? Beliau menjawab : “saat itu yang bersamaan dengan pukul 8
malam saya sedang berada di dalam rumah panggung di Bugis di kampung
halaman saya dekat dengan kali. Saya sedang mengaji sehabis solat Isya”.
Menjadi renungan tersendiri bagi penulis. Bahwa apakah kita sudah
mendidik anak-anak kita cinta dengan Al Qur’an, sehingga mereka sudah
pandai membaca Al Qur’an dan setelah mereka solat wajib, mereka
membacanya?
Rasanya saat itu kami tidak ingin berhenti mendengarkan wejangan beliau.
Namun karena waktu terbatas yang diberikan, beliau harus mengakhiri
sambutannya. Beliau sempat mengatakan bahwa sebuah perusahaan itu bisa
diibaratkan dengan manusia… saat lahir: didambakan, dido’akan,
dibesarkan dengan sebuah harapan dan cita2 besar. Saat sakit: diobati.
Dan saat meninggal : ditangisi, dan didoakan. Demikian pula halnya
dengan perusahaan saat sakit: disembuhkan, saat bankrupt diobati. Tapi
kalau ditutup itu namanya criminal.
Tentu saja kita semua bisa membayangkan, apabila Indonesia yang kaya SDA
dan SDM tadi sudah bisa mandiri dari segi teknologi…? Dan saat itu kita
sudah mencapainya. Namun yang terjadi??? Air mata ini tidak terasa
menggenang di mata.
Sore hari, acara diapora Berlin 2013, menampilkan pemutaran Film Habibie
dan Ainun. Di akhir pemutaran film tsb, beliau memberikan ‘bekal‘
kepada kita semua.
Saat menonton film tersebut kita bisa melihatnya sendiri bahwa beliau
memulai semuanya dari Nol. Beliau datang ke rumah gadis ‘Ainun‘ dengan
becak, sementara pemuda-pemuda lainnya dengan mobil. Kemudian Ainun
beliau bawa ke jerman. Saat itu mau pulang ke appartment dari institut
di musim Winter naik bus saja tidak jadi, karena uang di dompet tidak
cukup. Berjalan kaki di atas salju dengan sepatu yang robek… (*nangis* )
Sepuluh tahun… sepuluh tahun sebelum beliau dipanggil pulang oleh
President Suharto, beliau capai dengan SYNERGY. Ya beliau memesankan
kepada kita untuk bersynergy: bersynergy dengan istri/pasangan. Apabila
kita bisa bersynergy dengan pasangan. Maka satu tambah satu bisa
menghasilkan 1 juta atau lebih. Sebaliknya bila kita tidak bisa
bersynergy maka satu tambah satu bisa minus. Kemudian bersynergy dengan
anak-anak dan keluarga kita, serta dengan pekerjaan kita, dengan
masyarakat di sekeliling kita dan dengan lawan kita.
Beliau juga berpesan dan menekankan, bahwa semua itu (synergy) bisa
dilakukan dengan CINTA. Kemudian Tanpa perlu beliau katakan, karena di
film kita sudah lihat sendiri, pesan beliau juga adalah KERJA. Sejak
kuliah, menghasilkan penemuan-penemuan, bekerja, kembali ke Indonesia
mendirikan IPTN, dipilih menjadi Mentri, Wapres dan PRESIDENT, beliau
sering tertidur di meja kerjanya karena Workoholic.
Demikian yang bisa penulis ringkaskan. Semoga pesan beliau bisa
diamalkan oleh semua ‘anak‘ dan ‘cucu‘ beliau. Semoga semangat,
cita-cita dan prestasi, filsafat, keberhasilan beliau bisa diwariskan
kepada kami semua putra putri Indonesia. Semoga bangsa Indonesia bisa
menjadi bangsa yang mandiri dalam teknologi, sejahtera adil makmur dan
religious.
Tambahan buat teman-teman yang berada di luar Indonesia dan suka
mendapatkan perlakuan sinis (di underestimate), kita bisa lihat di film
tersebut, bahwa Pak Habibie juga sering mendapatkannya sewaktu di
jerman. 'Kleine Asiate, du wirst nicht schaffen’ (org asia yg kecil,
kamu tidak akan berhasil). Tapi beliau tidak berkecil hati, melainkan
menjadikan hal itu sebagai 'penyemangat' dan akhirnya sukses.
Allahu 'alam bisawab.
*foto: vivanews
:: PKS PIYUNGAN
DPD PKS Siak - Download Android App