Ustadz Ali, Sang Penyelamat "Ikhwan Jomblo"
By: admin
Rabu, 01 Mei 2013
0
pkssiak.org - Oleh : @iman_azzam
Menjadi jomblo tentu bukan pilihan bagi siapapun. Siapa juga yang mau
hidup dalam kesendirian. "Masak...masak sendiri, makan...makan sendiri,
Cuci baju sendiri. Tidurku sendiri" begitu ratapan dangdut yang
dinyanyikan Caca Handika. Lagu Dangdut seringkali menyuarakan kegetiran
hidup. Jelas, hidup menjomblo memang getir.
Menjadi jomblo memang perpaduan antara taqdir dan ikhtiar. Tapi bukan
berarti kita hanya menyandarkan diri pada taqdir tanpa menaikkan volume
usaha. Apalagi bagi Ikhwan PKS yang sudah cukup umur, menurut saya
-sekali lagi menurut saya- menjomblo adalah gabungan dari sifat malas,
over selektif, dan tidak confidence.
Padahal di PKS ini banyak sekali ustadz yang serius memberantas penyakit
laten jomblo ini. Salah satu yang saya kenal adalah Ustadz Ali Abu
Bakar dari Serang Banten. Menurut saya "kesaktian"nya dalam membantu
perjodohan mengalahkan Eyang Gembur, eh, Eyang Subur, yang santer di
Televisi itu.
Telah banyak kisah-kisah pemuda di Banten yang dia jodohkan secara
cepat. Salah satu "pasien" yang berhasil sembuh dari penyakit jomblo
akut adalah teman dekat saya, sebut saja namanya Ahmad (25 Tahun).
Pada suatu ketika, Ahmad mengalami kegalauan, suatu gejala umum bagi
pemuda jomblo. Ia lalu iseng-iseng membuat biodata dirinya, siapa tahu
ada akhwat yang berminat. Namun, ia makin galau ketika berkaca diri
ternyata belum berpenghasilan tetap dan nilainya jauh dari standard
kelayakan.
Di tengah kegalauannya mengetik biodata, tiba-tiba datang Ustadz Ali dan
melihat Biodata yang sedang Ahmad tulis di layar monitor. Spontan
Ustadz Ali menanyakan apakah ia sudah siap menikah. Ahmad menjawab agak
ragu. Dengan cepat Ustadz Ali memahami kegalauannya. Ustadz Ali langsung
mencari nomor seseorang di telepon genggamnya, lalu berbicara dengan
orang di seberang sana yang Ahmad tidak tahu siapa dia.
"Ayo ikut saya"
"Ke mana Tadz?"
"Kita ke rumah akhwat yang Insya Allah siap untuk menikah"
"Tapi Tadz..."
"Ayo kita berangkat"
Begitu kira-kira percakapan singkat mereka sebelum berangkat dalam
rangka ikhtiar menyembuhkan kejombloan yang telah lama bercokol dalam
diri Ahmad.
Berangkatlah kedua orang itu ke sebuah daerah berbeda kabupaten yang
cukup jauh dengan jarak tempuh sekitar 1,5 jam perjalanan tanpa macet.
Ustadz Ali membawa mobil laksana kilat, sedangkan Ahmad termangu di
sampingnya dengan berjuta rasa bekecamuk.
"Saya hanya mengenalkan akhwatnya ke Antum. Jika Antum tertarik dan
cocok, sampaikan ke saya. Jika tidak, jangan dipaksakan" begitu
kira-kira redaksi pengantar Ustadz Ali. Mereka berdua disambut lelaki
saparuh baya yang ternyata ayahnya sang akhwat.
Ustadz Ali ternyata pandai membuat suasana cair. Mereka bertiga ngobrol
ngalor ngidur. Sampai sang akhwat masuk ke ruang tamu menemani ayahnya,
wajah Ahmad mendadak memerah, jantungnya berdegup lebih kencang, matanya
tajam memandangi sosok gadis yang jaraknya beberapa meter darinya.
Sampai di sini tidak ada pembicaraan yang menjurus ke taaruf apalagi
khitbah.
Selepas berpamitan dan keduanya naik mobil untuk pulang. Ahmad yang duduk di samping Ustadz Ali bertanya,
"Ustadz, kok saya gak ditanya apakah tertarik atau tidak?"
"Oh Iya, bagaimana apakah Antum tertarik?"
"Iya, Ustadz. Saya siap untuk melamar dia"
Ustadz Ali mengajaknya untuk turun dari mobil dan kembali ke rumah sang
akhwat. Penghuni rumah kaget ada apa gerangan mereka kembali. Ustadz Ali
menyampaikan bahwa maksud kedatangan mereka adalah untuk melamar anak
gadisnya untuk pemuda yang shaleh bernama Ahmad. Allah maha kuasa, ayah
sang gadis setuju dan menyerahkan pilihan kepada anaknya. Sang akhwat
pun ternyata manut dan siap untuk dinikahi sahabat saya ini.
Tak lebih dari dua minggu, mereka pun menikah. Saya diminta untuk
memberikan sambutan atas nama keluarga besar mempelai pria. Ada tatap
kebahagiaan di wajah Ahmad kala itu dan senyum malu-malu dari pengantin
wanita. Saya ingat ketika itu adalah bulan Ramadhan. Akad nikah
dilangsungkan bakda ashar dan walimah -yang artinya makan-makan-
berbarengan dengan buka puasa.
Saat ini sahabat saya hidup bahagia. Mereka telah dikaruniai dua orang
anak yang cantik dan cerdas. Ahmad saat ini berbisnis dan telah memiliki
mobil sendiri. Mereka menjadi "korban" Ustadz Ali yang didera
kebahagiaan dan kenikmatan. Masalah tentu saja ada sebagai bumbu
penyedap rumah tangga.
Benar sabda Nabi SAW dari Bilal bin Rabbah:
"Ada tiga orang yang berhak mendapatkan pertolongan Allah : Mujahid di jalan Allah, budak mukatab yang menginginkan kebebasan, dan orang yang menikah demi menjaga kesucian dirinya". []
"Ada tiga orang yang berhak mendapatkan pertolongan Allah : Mujahid di jalan Allah, budak mukatab yang menginginkan kebebasan, dan orang yang menikah demi menjaga kesucian dirinya". []
*penulis: @iman_azzam on twitter
DPD PKS Siak - Download Android App