pkssiak.org - Solikhin Abu Izzuddin
Penulis Buku
Penulis Buku
“Kekuatan adalah jalan paling aman untuk merealisasikan kebenaran. Dan alangkah indah jika kekuatan dan kebenaran berjalan beriringan.” (Majmu’ah Rasa’il, Hasan Al Banna)
Hakekat kehidupan dakwah yang bisa kita rasakan adalah soal kecepatan
dan kecermatan memilih respon yang tepat atas masalah yang terus saja
datang menghampiri kita. Karena kita sudah memilih jalan ini, maka tak
ada lagi jalan untuk kembali. Yang ada terus maju. Terus melangkah.
Terus melaju. Hingga akhirnya kita dimenangkan oleh Allah atau binasa
syahid karenanya, itu harus kita yakini.
Membangun kesadaran iman menjadi energi yang menghidupkan dan
menggerakkan. Karena kemenangan harus dimulai dan didasari serta
disadari dari fondasi keimanan yang kokoh. Iman itulah yang
menggerakkan. Iman yang menghidupkan. Iman yang mencerahkan. Iman yang
memenangkan setiap pejalan dakwah apapun resiko dan rezekinya. Karena
tidak ada kamus kalah dalam jiwa orang beriman.
Saat Rasulullah wafat, ketika umat kehilangan perekat, iman bicara cepat
untuk bertindak tepat. “Ulurkan tanganmu, aku akan membaiatmu,” pinta
Umar kepada Abu Bakar. “Justeru aku ingin membaiatmu,” jawab Abu Bakar.
“Engkau lebih utama daripada diriku,” tukas Umar berjiwa besar. “Engkau
lebih kuat daripada diriku,” jawab Abu Bakar berpikir besar. “Kekuatanku
untukmu bergabung dengan keutamaanmu,” tandas Umar.
Dalam ranah dakwah, kita sudah “belajar cepat untuk bekerja lama” karena
yang akan memenangkan pertarungan sesungguhnya bukanlah yang bisa
membunuh lebih banyak musuh namun siapa yang bisa bertahan lebih lama.
Kecepatan dan daya tahan dibutuhkan di jalan ini, sebagaimana dibutuhkan
kekuatan dan kebenaran untuk berjalan beriringan.
Jika kekuatan bergabung dengan keutamaan maka akan jadi jamaah yang
sangat kuat, sangat kuat. Iman bicara, tak ada perebutan kekuasaan. Iman
inilah energi janji penggerak hati. Nah, karena kita sudah berjanji,
energi sudah dimiliki. Segera install diri untuk menggerakkan diri.
Think first do first, melompat dahsyat dengan cepat. Jangan kalah
dengan penjahat yang bertobat, tergugah melangkah untuk menjaga hidayah.
Istiqomah. Bergerak lebih cepat. Bekerja lebih lama. Berjuang dengan
senang.
Think first do first, berpikir cepat dan pertama berinisiatif. Ukasyah
minta doa Nabi untuk masuk surga tanpa hisab, dan diijabahi. Abu Ayyub
Al Anshori berlari memenuhi panggilan Nabi untuk membebaskan
Konstantinopel, sendiri, dan syahid di jalan ilahi.
Think first do first, energi janji ini diolah dan dikelola dalam
kerja-kerja dakwah secara berjama’ah akan menjadi karya monumental dan
amal fenomenal. Energi janji menjadi inspirasi untuk terus menginstall
diri agar bisa selalu memberi... kuunuu robbaaniyyiina bimaa kuntum
tu’allmuunal kitaaba wabimaa kuntum tadrusuun. Sebab orang yang tidak
memiliki sesuatu tidak bisa memberikannya kepada orang lain...
faaqidusy- syai laa yu’tiih.
Think first do first, energi janji menjadi semangat untuk terdepan
dalam keteladanan dan bersih dalam ucapan. Ujian demi ujian bagi kita
adalah pemantik untuk melejitkan potensi terpendam yang ada dalam diri
setiap prajurit dakwah. Saatnya semua bergerak. Saatnya semua memberikan
kontribusi terbaik bagi dakwah di jalan Allah.
”Jika engkau mampu mencegah diri dari kejahatan, maka engkau akan mampu mencegah orang lain dari kejahatan. Sesuai dengan kadar kekuatan imanmu engkau bisa menyingkirkan kemungkaran-kemungkaran, dan sesuai kadar kelemahan imanmu engkau akan ongkang-ongkang kaki di rumah dan berdiam diri dari penumpasan kemungkaran-kemungkaran." (Syaikh Abdul Qadir Jailani dalam Al Fathu Ar Rabbani, 50, dikutip dari Al Qiyadah, Jasim Muhalhil Al Yasin )
*@pkshol on twitter – Penulis, Inspirator, Murabbi Gaul anti Galau
[pkspiyungan]