Select Menu

SaintekSIROH

PKS BERKHIDMAT UNTUK RAKYAT

BERITA SIAK

FIQIH

SIROH

Kesehatan

Saintek

Video Pilihan

Minggu, 26 Mei 2013

Terkait Kuota Impor Daging Sapi Indoguna: Sengman Tjahja,Tokoh di Balik Elizabeth Liman!


pkssiak.org - Belakangan ini PT Indoguna Utama ramai dibicarakan dan menjadi bahan perhatian publik. Mengapa ? Karena dua orang yang menjabat sebagai Direktur yakni H Juard Effendi dan Arbi Arya Effendi dinyatakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka kasus dugaan suap daging sapi impor. Sejatinya bagaimana sepak terjang PT Indoguna Utama sebagai importir terbesar daging sapi ?

PT Indoguna Utama didirikan pada 1982 oleh Elizabeth Liman, wanita asal Makassar. Kantor pertamanya berada di Jl. Gajah Mada, Jakarta Barat, dan hanya dijalankan oleh lima orang termasuk Elizabeth. Tiga puluh tahun lebih telah berlalu. Kini, PT Indoguna sudah menjangkau pasar luar negeri dan memiliki lebih dari 1.000 orang karyawan.

Di Indonesia, markasnya sudah pindah ke Jl Taruna no 8, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur sejak 1992. Tak hanya kantor, di lahan seluas 25.000 m2 ini juga ada pabrik dan gudang penyimpanan daging berpendingin (cold storage). Selain itu, cabangnya juga terdapat di Yogyakarta, Surabaya, dan Bali.

Pada 1993, PT Indoguna Utama melebarkan sayap ke Singapura. Dua orang staf berkembang menjadi 146 orang, dan kini perusahaan tersebut dikenal secara luas di industri food and beverage setempat. Tak hanya itu, PT Indoguna juga sudah memiliki cabang di Dubai, Macau, Hong Kong, Lebanon, Amerika Serikat, dll.

Produk utamanya adalah daging sapi impor dari Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat. Selain itu, PT Indoguna juga menjual seafood, kaviar, produk susu, keju, serta berbagai makanan berkelas. Ratusan hotel berbintang, restoran ternama, serta swalayan top menjadi klien setianya di Jakarta. Belum lagi di kota dan negara lain.

Rahasia sukses Elizabeth dalam mengembangkan PT Indoguna adalah selalu berusaha memenuhi kebutuhan pasar. Di awal, Elizabeth menjalankan bisnisnya dengan mendekati calon pelanggan, seperti chef hotel, dari pintu ke pintu.

Elizabethpun terus membina hubungan baik dengan mereka. Jadi, meskipun beberapa klien pindah tugas ke luar negeri, mereka tetap meminta daging dipasok dari PT Indoguna. Inilah mulanya perusahaan ini menancapkan taring di luar negeri.

Khusus pasar dalam negeri, Indoguna merupakan penguasa impor daging. Dari 70 importir yang terdaftar di Kementerian Pertanian pada tahun 2011, Indoguna mengimpor 5 ribu ton daging dari jatah 72 ribu ton. Pada saat Menteri Pertanian Suswono menambah alokasi impor daging 28 ribu ton, Indoguna bahkan mendapat jatah 37,86 persen.

Dominasi kuota impor daging oleh Indoguna ini terus berlanjut hingga tahun ini. Namun kali ini Indoguna terpeleset. KPK menangkap dua Direktur Indoguna, Arya Abdi Effendi?dengan panggilan akrab Dio?merupakan putra Elizabeth Liman dan H Juard Effendi, adalah paman dari Dio, terkait kasus suap-menyuap daging sapi impor yang juga menjerat mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq.

Namun, seiring maraknya kasus suap daging sapi impor belakangan ini, beberapa pihak mulai mempertanyakan izin impor PT Indoguna Utama. Pasalnya, perusahaan ini pernah masuk rekomendasi daftar hitam karena mengimpor daging sapi sebelum mendapat Surat Persetujuan Pemasukan (SPP) dari Ditjen Perternakan dan Hewan, Kementan RI.

Pada periode Oktober 2011-Januari 2012, PT Indoguna Utama bersama anak usahanya yakni CV Cahaya Karya Indah dan CV Surya Cemerlang Abadi juga termasuk dalam lima perusahaan yang mendapat kuota impor daging tambahan. Padahal, diduga saat itu ketiga perusahaan tersebut masih di-blacklist.

Namun, Menteri Pertanian Suswono mengatakan bahwa PT Indoguna sudah diberi izin kembali karena mematuhi sanksi dengan melakukan reekspor.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro mengungkapan PT Indoguna Utama pada tahun 2013 mendapatkan jatah impor daging sapi total sebanyak 3.420 ton atau 10,6% dari total kuota daging beku 2013 sebanyak 32.000 ton.

Angka ini mencakup kuota daging industri 2.995 ton dan 425 ton daging keperluan untuk hotel, restoran dan katering.

"Indoguna merupakan salah satu dari 67 importir yang mendapatkan alokasi impor daging pada 2013," kata Syukur dalam konperensi pers di Kantor Kementerian Pertanian, Jumat (1/2/2013).

Alokasi yang didapat PT Indoguna Utama ungkap Syukur untuk daging impor untuk industri sebesar 2.995 ton atau 15% dari total impor daging untuk industri pada 2013.

"Sedangkan alokasi daging impor untuk Horeka (hotel, restoran dan katering) Indoguna mendapatkan alokasi sebanyak 425 ton atau 3% dari total alokasi kebutuhan daging Horeka tahun ini," terang Syukur.

Secara terpisah data Kementerian Perdagangan (Kemendag) menunjukan PT Indoguna Utama memegang hak impor daging sapi beku tahun 2013 sebesar 2.995 ton untuk industri. Angka ini menunjukan penurunan dari tahun sebelumnya.

"Tahun 2012 itu PT Indoguna Utama jumlahnya 3.962 ton. Tahun 2013 sebesar 2.995 hanya untuk daging beku. Yang kita catat di Kemendag PT Indoguna hanya daging beku tidak sapi. Presentasenya 9,36% itu yang tercatat di SPI (Surat Persetujuan Impor) yang kita keluarkan terhadap total impor daging beku 2013," ungkap Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi saat berdiskusi dengan media di Kantor Kementerian Perdagangan Jakarta,

Seperti diungkap Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Syukur Iwantoro, pada 2012 jumlah importir yang mendapat alokasi impor daging sapi ada 54 importir, sedangkan di 2013, jumlah importir yang mendapatkan alokasi impor daging meningkat sebanyak 67 importir.

PT Indoguna Utama sendiri mendapatkan jatah kuota impor daging untuk industri sebanyak 15% dari total kuota.

Di Belakang Elizabet, Sengman Tjahja

Foto Susilo Bambang Yudhoyono bersama Kristiani Herawati (Ani Yudhoyono) terpajang di belakang ruang resepsionis Hotel Princess, Kompleks Ilir Barat Permai, Palembang. Presiden dan Ibu Ani, yang berbusana muslim, tersenyum lebar. Tak ada yang salah dengan pemasangan foto itu. Masyarakat Palembang pun mafhum soal kedekatan Sengman Tjahja, pemilik hotel tersebut, dengan Yudhoyono.

Banyak narasumber di Palembang menyebutkan Sengman mengenal Yudhoyono jauh sebelum menjadi presiden. Sengman merintis persahabatan sejak SBY-panggilan akrab Yudhoyono-menjabat Panglima Daerah Militer Sriwijaya pada 1996-1997. Ketika itu Sengman adalah pengusaha di Kota Pempek.

Persahabatan mereka setidaknya terlihat ketika Sengman menghadiri wisuda Agus Harimurti, anak sulung Yudhoyono, di Nanyang Technological University, Singapura,. Presiden Yudhoyono juga hadir pada resepsi pernikahan anak Sengman bernama Karen Tjahja dengan Slandy Karlam di grand ballroom Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Oktober 2008.

Sengman, saat dihubungi lewat sambungan telepon, tak mau banyak berkomentar tentang pertemanannya dengan Presiden. "Saya sedang di luar kota," ujarnya buru-buru mengakhiri percakapan. Adapun Heru Lelono, anggota Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi, mengatakan tak tahu sejauh mana pertemanan Presiden dengan Sengman. "Saya tak tahu apakah Presiden mengenal Sengman atau tidak," ujar Heru . "Yang jelas, Pak SBY punya banyak teman."

Di Palembang, Sengman dikenal sebagai pengusaha properti.Pada 2005, Sengman menjadi Direktur Utama PT Bayu Jaya Lestari Sukses, pengembang kompleks terpadu Mal Palembang Square. Pembangunan properti ini merupakan bagian dari persiapan Sumatera Selatan menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional, September 2004.

Proyek pembangunan Palembang Square ramai dibicarakan karena ada dugaan penyelewengan pemberian izin hak pakai atas tanah milik Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Masalah pokoknya adalah pengalihan fungsi tanah seluas 56.217 meter persegi di kawasan strategis eks Taman Ria Sriwijaya itu ke perusahaan milik Sengman.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Selatan membentuk panitia khusus menyelidiki dugaan ini. Sengman merespons pembentukan panitia khusus itu, dan menyatakan berkomitmen menyelesaikan pembangunan Palembang Square. "Saya yakin masalahnya clear dan bisa diluruskan," katanya saat itu.

Belakangan Sengman mengalihkan kepemilikan Palembang Square kepada Grup Lippo pada 2008. Pengalihan ini juga menimbulkan masalah karena Sengman dianggap berjalan sendiri tanpa melibatkan pemerintah Sumatera Selatan. Sejak ramai-ramai itu, Sengman "menghilang" dari Palembang.

Sengman muncul lagi di Bumi Wong Kito ketika meresmikan Mal Paragon di kawasan Ilir Barat Permai. Pusat belanja ini menampung pengusaha kecil-menengah. Peresmian Paragon dilakukan oleh Wakil Wali Kota Palembang Romi Herton. Sengman menyatakan siap berbisnis lagi di Palembang meski Paragon tak semegah Palembang Square.

Kini nama Sengman menjadi buah bibir lagi. Bukan di kalangan pengusaha properti, melainkan di kalangan importir daging. Sengman ikut membantu PT Indoguna Utama mendapatkan jatah kuota impor daging 30 ribu ton.Dengan demikian, sudah sangat jelas, di belakang Elizabet Liman diduga kuat Sengman Tjahja.

Menurut sumber Koran Kota , Sengman masuk ke Kementerian Pertanian melalui Ketua Majelis Syura PKS Ustad Hilmi Aminuddin. Perantara Sengman tak lain Ridwan Hakim, biasa dipanggil Iwan, anak keempat Hilmi Aminuddin.

Sejumlah pengusaha importir daging mengerutkan kening dan keder ketika mendengar nama Sengman. Pasalnya, Sengman sering sesumbar kenal dekat dengan Cikeas dan memiliki hubungan kedekatan dengan para petinggi PKS.0 jay/berbagai sumber...


*http://korankota.co.id/page/berita/terkait-kuota-impor-daging-sapi-indoguna-sengman-tjahjatokoh-di-balik-elizabeth-liman/up
0 Comments
Tweets
Komentar