Separuh Aku | by Badri Muhammad
By: admin
Minggu, 26 Mei 2013
0
Separuh Aku - Bersama PKS
Oleh : Badri Muhamad
Ketika seorang ulama berkata: “Saudaraku
para pejuang dakwah, sesungguhnya jalan dakwah yang antum lewati itu belum ada
apa-apanya jika belum ada fitnah. Ketika antum bergabung dengannya dengan
aktifitas biasa-biasa saja - ngaji masih sempat selonjoran, baca Qur’an
terkantuk-kantuk Sesungguhnya itu masih dalam latihan saja. Barulah saat fitnah
mendera, maka sebenarnya kita baru sedang memasuki jalan dakwah.”
Kata-kata ulama tersebut, masih
terngiang-ngiang di telinga saya ketika saya sudah mulai merasa dua dasa warsa
bersama dakwah. Teringat masa-masa indah saat direkrut oleh jamaah tarbiyah
(d/h PKS), ya kerjaannya hanya mendengar tausiah dari para calon penghuni
jannah. Hati terasa begitu tenteram saat keindahan surga digambarkan seolah
berada dipelupuk mata. Rasa takut terus menggelayut, seolah-olah neraka siap
melahapku hidup-hidup. Makan bersama 5 orang berpiringkan nampan, begitu indah
parsaudaraan saat tahu dan tempe goreng
kita belah untuk kawan. Mungkin kalo dimasa sekarang saya katakan, “zaman itu
adalah zaman pesantren PKS”.
Apakah hanya itu yang saya rasakan..? Tidak
ya akhi.. saudaraku seiman. Aspek kehidupan ruhani yang dihidangkan pada kami
tidak hanya terkumpul di surau, pojok masjid seperti kebiasaan orang mengaji.
Tapi ajaran guru-guru kami dari “PKS” itu telah mampu kami bawa di ruang kuliah
kami, di warung kami, dan di rumah-rumah kami. Kami sempat membaca Qur’an saat
kami berjualan, kami mendengar ceramah saat kami menunggu waktu kuliah atau
kami dapat hidup bahagia karena kami juga dicarikan pasangan hidup sholehah
oleh “PKS”. Saya belum menemukan jamaah seperti ini, PKS – "Partai Kader
Sholeh”.
Tentu, sebagai komunitas muslim kami
memimpikan lahirnya kepemimpinan muslim di negeri tercinta Indonesia saat itu.
Maka, tatkala mulai terlihat akan munculnya fajar keadilan lewat skenario Allah
Swt dengan tumbangnya rezim orde baru kami berharap-harap cemas ummat Islam
dapat mengambil moment sejarah menyongsong orde berikutnya yaitu orde
reformasi. Pemilu pra orde reformasi -kalo tidak salah- saat itu tahun 1997,
kami hanya bisa menjadi penonton dengan harapan satu-satunya partai Islam saat
itu dapat memperoleh suara signifikan.
Para ustadz kami menyampaikan pesan
kepada peserta tarbiyah, “mohon bersabar, hingga waktu ditentukannya kiprah
politik kita Insya Allah bendera akan dikibar.” Kamipun menunggu keputusan,
Alhamdulillah.. tadbir robbani, rencana kita akan dirikan partai 2010
dipercepat menjadi 1998 karena corong reformasi bergema dimana-mana.
Berdirilah Partai Keadilan dengan tombak
dan dua bulan sabitnya, membuat kami semakin yakin bahwa Islam tidak hanya
membahas thoharoh dan shalat saja. Bahwa Islam adalah agama syamil wal
mutakamil. Bukan hanya mengatur bagaimana melangkahkan kaki kiri saat masuk
kamar mandi tapi juga agama yang mengatur bagaimana harusnya mengurus negeri.
Langkah saya semakin yakin bahwa saya sudah berada dalam
jalur sirathal mustaqim karena ternyata eh ternyata.. meskipun
komunitas ini
telah berubah bentuk dari jamaah menjadi partai, tapi kebiasaan
jamaahnya malah
semakin kental. Nama boleh berubah tapi karakternya tetap sama. Makan
senampan
bersama, target hafal Qur’an, silaturahim sesama ikhwah, diajarin
bagaimana mengurus istri dan anak ala nabi Muhammad SAW tidak pernah
berhenti dilakukan oleh
PKS.
Oleh karenanya ikhwah fillah, jika antum
merasakan apa yang pernah saya rasakan. Adalah sebuah keniscayaan, ketika
orang-orang shaleh semakin terkumpul banyak dan bertambah besar pasti akan
membuat pengikut-pengikut syetan bertambah gusar. Disaat itu, bersiap-siaplah untuk
mendapatkan gelombang fitnah yang memburu kita dari berbagai arah. Seperti yang
pernah kita pelajari dalam Al Qur’an, bagaimana begitu sulitnya perjalanan nabi
Musa AS yang harus mengurus pengikutnya yang ngeyel sambil berhadapan dengan
firaun. Bagaimana Nabiyullah Yusuf AS yang sejak kecil, ramaja hingga dewasa
didera dengan fitnah dan ujian, namun berbuah manis di akhir perjalanan.
Laa Tahzan, Innallaha ma’ana.. Janganlah
bimbang, sesungguhnya Allah beserta kita. Jika berkumpul manusia dimuka bumi
ini untuk mengatur skenario penghancuran kita, kita tetap akan mengikuti
skenario yang dibuat oleh Allah Swt karena dialah sebaik-baik pembuat skenario
meskipun kita berada diantara dua pilihan, Hidup Mulia atau Mati sebagai
Syuhada.
Ya Allah hamba bersyukur padaMu, karena
hamba telah dipertemukan dengan PKS. Jika karena bukan hidayahMu ya Allah,
tentu hamba sudah berada dibarisan penentangMu. Nauzubillah tsumma
nauzubillah..
Berikanlah kekuatan kepada hamba untuk
istiqomah.. bersama-sama saudara hamba yang istiqomah..
Dukunglah hamba dan mereka untuk
memperjuangkan kemanusiaan, kebenaran dan keadilan atas namaMu ya Allah
sehingga tidak ada lagi fitnah dimuka bumi.. Amin ya Rabbal ‘Alamin..
Terima kasih PKS, Separuh hidupku telah
berjalan bersamamu…
DPD PKS Siak - Download Android App