Revisi Asumsi Makro, Cermin Buruknya Tata Kelola Energi
By: admin
Rabu, 29 Mei 2013
0
pkssiak.org, Jakarta (29/5) –
Karena rendahnya produksi dan lifting minyak nasional di Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2013 hanya
mencapai 840 ribu barel per hari jauh dibawah target yang ditetapkan
dalam APBN tahun 2013 sebesar 900 ribu barel per hari menyebabkan
struktur asumsi makro ekonomi nasional berubah. Di sisi karena besarnya
importasi minyak nasional, menyebabkan kenaikan biaya importasi yang
berpengaruh langsung terhadap defisit neraca perdagangan nasional tahun
2013.
Ironisnya
selama ini Pemerintah tidak memiliki terobosan energi yang revolusioner
untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, padahal
penurunan produksi minyak nasional sejak satu dekade terakhir telah di
bawah 1 juta barel per hari.
Anggota
Komisi VII DPR RI Rofi Munawar menanggapi, Pemerintah saat ini
mengalami kegagalan di sektor produksi, distribusi dan konsumsi migas.
Diantaranya, tercatat ada tiga kegagalan terkait BBM, mulai dari
kegagalan produksi minyak dan stagnannya pengembangan energi terbarukan,
“Kegagalan distribusi yang terbukti dengan banyaknya pihak yang tidak
berhak mengonsumsi BBM bersubsidi dan kegagalan konsumsi yang berujung
dengan disalahkanya masyarakat yang dianggap boros mengonsumsi BBM
bersubsidi,” ujar Rofi yang berasal dari daerah pemilihan Jawa Timur VII
yang meliputi
Dalam
asumsi dasar ekonomi makro RAPBN-P, Pertumbuhan ekonomi yang tadinya
diasumsikan 6,8 persen dalam APBN 2013 turun menjadi 6,2 persen. Selain
memangkas pertumbuhan ekonomi tersebut, pemerintah juga mengusulkan
perubahan tingkat inflasi dari 4,9 persen menjadi 7,2 persen serta serta
nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dari Rp 9.300 menjadi Rp 9.600.
terakhir, menetapkan harga minyak Indonesia (ICP) dari US$ 100 per barel
menjadi US$ 108 per barel dan penuruan lifting minyak dari 900 ribu
barel per hari menjadi 840 ribu barel per hari.[kabarpks]
DPD PKS Siak - Download Android App