PKS Mencuci Otak Para Kadernya?
By: Abul Ezz
Kamis, 16 Mei 2013
0
pkssiak.org - Beberapa hari ini, berita tentang PKS dimedia kembali menghangat,
lanjutan dari episode sinetron kasus LHI, semakin menarik karena salah
seorang artis dipaksakan untuk dikaitkan, akhirnya semakin seksi untuk
dikomentari. Saya mengikuti berita melalui media online, dan juga ikut
membaca beberapa komentar dibawahnya, pro dan kontra muncul, bahkan ada
yang berkomentar bahwa perlu diwaspadai PKS melakukan cuci otak terhadap
kader-kadernya, karena kader-kader PKS diduga semakin militan saat
pimpinannya ditangkap dan dizhalimi.
Entah mengapa, saya agak
terusik dengan frasa “cuci otak” ini, padahal saya bukan siapa-siapanya
PKS, bukan pengurus PKS, cuma simpatik berat dengan PKS, karena
kader-kadernya sejak awal kuliah membina saya. Saya mendapatkan
pencerahan dan manfaat yang sangat besar, ketika Allah mempertemukan
saya dengan para kader PKS. Semoga saya dan keluarga bisa istiqomah,
berjuang dalam barisan orang-orang yang mengutamakan Cinta, Kerja dan
Harmoni ini. Amin ya robbil alamin.
Untuk menjawabnya, izinkan saya
bercerita pengalaman saya dengan kader-kader PKS wabil khusus
pertemuan-pertemuan saya dengan pengajian-pengajian dan acara-acara yang
diadakan oleh kader-kader PKS. Sejak awal kuliah, saya ikut proses
pembinaan yang diadakan rutin setiap pekan, sesekali diadakan Dauroh
(pelatihan) dengan berbagai tema, dan juga dilibatkan dalam mengelola
beberapa aktivitas dakwah, Saat itu belum ada partai.
Entah mengapa, saya agak
terusik dengan frasa “cuci otak” ini, padahal saya bukan siapa-siapanya
PKS, bukan pengurus PKS, cuma simpatik berat dengan PKS, karena
kader-kadernya sejak awal kuliah membina saya. Saya mendapatkan
pencerahan dan manfaat yang sangat besar, ketika Allah mempertemukan
saya dengan para kader PKS. Semoga saya dan keluarga bisa istiqomah,
berjuang dalam barisan orang-orang yang mengutamakan Cinta, Kerja dan
Harmoni ini. Amin ya robbil alamin.
Nah, pertanyaan selanjutnya
adalah, apakah saya dan keluarga merasakan otak saya dicuci oleh
kader-kader PKS, sehingga buta mata hati dan fikiran serta membela
membabi buta ketika PKS dipojokkan, pimpinannya ditangkap, dibully
dimedia, dan seterusnya.
Ceritaku..
Untuk menjawabnya, izinkan saya
bercerita pengalaman saya dengan kader-kader PKS wabil khusus
pertemuan-pertemuan saya dengan pengajian-pengajian dan acara-acara yang
diadakan oleh kader-kader PKS. Sejak awal kuliah, saya ikut proses
pembinaan yang diadakan rutin setiap pekan, sesekali diadakan Dauroh
(pelatihan) dengan berbagai tema, dan juga dilibatkan dalam mengelola
beberapa aktivitas dakwah, Saat itu belum ada partai.
Begitu
telatennya mereka membina kami, setiap pekan didatangi, diberi arahan,
dibantu kuliahnya, dibantu mencarikan rumah, dibantu dalam segala
urusan, bahkan jika uang kiriman dari orang tua terhambat, hal ini juga
bisa dikonsultasikan ke murobbi (pembina).
Saya punya
pengalaman unik, murobbi saya pernah mendatangi saya ke kost-kostan pada
jam sholat shubuh (sebenarnya dia baru pulang dari masjid sholat shubuh
berjama’ah), padahal rumahnya berlawanan arah dengan rumah saya dari
masjid. Sepertinya dia tidak melihat saya sholat shubuh berjama’ah di
masjid, maka dia mengecek saya ke rumah. dan apa yang terjadi?…saya
gelagapan , karena masih tertidur, jadi belum sholat shubuh…:) :(
Begitulah, salah satu cara mereka dalam membina kami, agar kami sholat
shubuh berjama’ah di masjid, atau paling tidak sholat diawal waktu,
dengan cara yang tepat mengajak kami untuk melakukan amal sholeh. Ada
pula program tahajud call, dimana sekitar jam 02.00 malam, kami satu
persatu ditelepon oleh murobbi kami, atau teman sekelompok pengajian
untuk dibangunkan agar mudah melaksanakan sholat tahajjud.
Ada
pula, ifthor jama’i (berbuka puasa bersama) pada hari Senin dan Kamis,
agar kami terbiasa melaksanakan sunnah, ada pula bertukar hadiah,
tadabur alam, rihlah (wisata), outbound, olah raga …..itu semua dalam
kerangka mentadaburi ayat-ayat Allah yang terhampar dimuka bumi ini.
Dari Jambi saya merantau ke Bogor, proses merantau inipun
dikonsultasikan ke murobbi, sehingga bisa diberikan masukan konstuktif
untuk kebaikan bersama, saya dibekali surat mutasi, sehingga saat sampai
di Bogor sudah ada yang menunggu dan menjemput, dan ajaibnya
seolah-olah kita berdialog, berinteraksi seperti orang yang sudah kenal
lama, dan selanjutnya saya ditempatkan kembali dalam grup pengajian yang
telah ditentukan. Budaya yang dulu saya dapatkan, juga saya temukan di
Bogor, kami diminta aktif dikampus, mengelola dakwah, mengorganisasi
aktivitas mahasiswa, asrama, masjid, dll.
Dari Bogor saya
pindah ke Jakarta. Saya kembali dibekali surat mutasi sehingga langsung
bergabung dengan teman-teman di Jakarta. Meneruskan budaya yang sama
dalam rangka amar ma’ruf nahi mungkar. Saat di Jakarta ini pulalah, ada
kenangan special yang tidak bisa dilupakan, dimana murobbi saya membantu
dengan sepenuh hati (moril dan materil) proses pernikahan saya, padahal
saya adalah anak perantauan dari Riau yang tidak mempunyai keluarga di
Jakarta. Namun, percaya atau tidak, teman-teman grup pengajian saya
mengurusi pernikahan saya, seolah-olah saya, adalah saudara kandung
mereka, sampai akhirnya proses pernikahan berjalan lancar.
Di
Jakarta saya bekerja, menikah, mempunyai anak-anak dan menetap sekitar 9
tahun, dan sampai pada episode selanjutnya, kami sekeluarga merantau ke
Jerman. dari Jakarta kami dibekali selembar surat “sakti” yang sudah
saya rasakan saktinya ketika pindah ke Bogor dan Jakarta. Ternyata hal
yang sama juga saya rasakan ketika pindah ke Jerman, surat sakti
tersebut, benar-benar sangat sakti dan membantu adaptasi kami dinegeri
orang yang jauh dari keluarga dan muslim adalah minoritas.
Kami
diterima seperti keluarga yang sudah lama tidak bertemu, kami dibantu
urusan visa, rumah, sekolah anak-anak, studi dan semua aspek diurus, dan
mereka ini adalah kader-kader PKS. Jadi, kalau ada orang yang
berpandangan tidak relevan PKS disebut sebagai partai dakwah, saya dan
keluarga sudah membuktikan dan merasakan bahwa politik bagi PKS hanya
bagian dari aktivitasnya, dan jauh lebih banyak urusan lainnya yang juga
dikelola dengan baik dan konsisten oleh PKS. bahkan ketika kami sudah
mempunyai anak-anak, ada panduan yang dibuat dengan matang tentang
pendidikan anak-anak, yang diberi nama Tarbiyah Anak Kader, Proses
pembinaan yang dirancang agar anak-anak menjadi pribadi yang sholeh,
cerdas dan bermanfaat bagi orang tuanya, bangsa dan agamanya.
Singkat cerita PKS mengurusi sejak dari anak-anak, remaja, dewasa,
menikah, punya anak, sampai meninggalpun juga diurusi oleh kader-kader
PKS. Coba partai mana yang mempunyai bidang khusus yang mengurusi
pernikahan, keluarga dan anak-anak para kadernya, serta anak-anak muslim
lainnya.
Kembali pada topik, benarkah PKS melakukan cuci otak?
Coba anda tarik sendiri kesimpulan, dari cerita saya diatas, apakah
saya dan keluarga dicuci otaknya?, kalau kita mau berkata jujur,
terlihat dengan jelas, tidak ada proses cuci otak, yang ada adalah
jiwa-jiwa kami dicuci dari kejelekan, dan diajak untuk amar ma’ruf nahi
mungkar, dengan rasa cinta, dilayani secara konsisten oleh kader-kader
PKS. Bisa jadi awalnya kami ikut-ikutan, atau terbawa oleh lingkungan,
namun seiring dengan waktu, kami sadar inilah jalan yang baik dan benar,
bahkan kami juga ingin menyebarkan cinta-cinta kami kepada semakin
banyak orang, untuk ikut dalam pengajian-pengajian kami, agar kami bisa
berbagi cinta kepada khalayak ramai, sehingga kami memimpikan
orang-orang yang cerdas yang mengetahui hak dan kewajibannya sebagai
anak bangsa, dan muslim yang baik.
Saya merasakan proses
pembinaan yang dilakukan oleh kader PKS adalah proses menjadikan
orang-orang yang cerdas semakin cerdas, dianjurkan semakin banyak
membaca, semakin banyak tahu, dan saya melihat langsung kader-kader PKS
banyak sekali yang berpendidikan tinggi, apalagi di Jerman, rata-rata
mereka adalah mahasiswa mulai dari S1 sampai S3, ada yang bekerja secara
profesional dengan disiplin ilmu yang dalam dan specifik, bahkan banyak
dari mereka adalah orang-orang yang sangat beprestasi dibidangnya
masing-masing.
Saya ikut dalam pengajian-pengajiannya mereka,
saya melihat mereka rela merogoh kantong untuk membiayai dakwah mereka,
juga mengalokasikan waktu akhir pekan mereka untuk ikut pengajian,
mengelola masjid, mengelola pengajian kota, mengisi pengajian , rapat,
dauroh, dan seabrek kegiatan dakwah dan sosial lainnya, dalam rangka
memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat.
Pengajian-pengajian di Jerman, tidak mudah dilaksanakan layaknya di
Indonesia, saya pernah diajak seorang sahabat untuk ikut pengajian, dan
ternyata antar kota, saya tinggal di Hannover (bagian baratnya Jerman),
dan ternyata saya diajak ikut pengajian di kota Dresden (bagian timurnya
Jerman), yang berjarak 373 km dari kota saya, atau kalau naik kereta
ekonomi, lama perjalanannya sekitar +/- 7 jam perjalanan sekali
perjalanan, dan ternyata lagi, mereka datang ke Dresden, bukan hanya
dari Hannover, tapi juga ada dari kota lainnya, seperti Berlin dan
Erfurt. Pengajian ini mereka adakan setiap dua pekan, mereka rutin
bertemu, dengan biaya sendiri.
Saya juga pernah diikutkan dalam
dauroh se-Eropa yang diadakan disalah satu kota di Jerman, pesertanya
dari beberapa negara di Eropa, panitia menyewa hotel untuk tempat acara
dan penginapan, dan belakangan saya baru tahu, panitia merogoh
kantongnya lebih dari 9.000 euro (+/- Rp. 108jt). Dari mana mereka
dapatkan uang sebesar itu?, ternyata para kader yang sudah bekerja
diminta pengorbanan hartanya, sebagian dari gaji mereka diinfaqkan untuk
dakwah, salah satunya untuk dauroh ini. Termasuk juga mengongkosi
sebagian student yang tidak bisa ikut acara karena tidak ada ongkos.
Coba anda bayangkan, mungkinkah mereka, para Associate Profesor, calon
profesor, doktor, master dan orang-orang cerdas ini, bergerak karena
otaknya sudah disalah gunakan PKS?, anda sendiri yang bisa menjawab,
bahkan saking semangatnya mereka, saya pernah mendengar kata-kata “PKS
itu hanya wajihah/kendaraan”, kalaupun PKS dibubarkan, atau dibekukan,
dakwah kami tetap berjalan, dan tidak akan memudar”.
Begitulah
semangat mereka dalam berdakwah, walaupun muslim minoritas di Jerman,
dan terpisah-pisah antar kota, namun mereka, karena cintanya kepada
Allah dan Rasulullah SAW, mereka terus bergerak seolah-olah tidak pernah
capek, untuk menyebarkan cinta kepada ummat muslim dimanapun berada.
Jadi, kalau anda percaya kader-kader PKS telah dicuci otaknya, bisa
jadi benar, PKS telah mencuci hati-hati para kadernya, sehingga Cinta
kepada Allah dan Rasul-Nya, telah mengerakkan hati dan fisik mereka
untuk bekerja, memberi cinta dan mengidamkan terjadinya pribadi,
keluarga, lingkungan, masyarakat, negara bahkan dunia yang harmoni,
jiwa-jiwa yang selamat dunia dan akhirat.Amin ya robbil alamin.
Jaharuddin Hannover, Musim bunga (Cinta) di Jerman, 5052013
http://m.kompasiana.com
DPD PKS Siak - Download Android App
Tags : Berita PKS
Share !