pkssiak.org - Belakangan kader-kader
PKS disibukkan dengan berbagai berita miring di media. Dan yang paling
heboh adalah ketika mantan Presiden Partai Mereka Luhtfi Hasan Ishaq
(LHI) ditangkap oleh KPK.
Kasus ini terus bergulir
setelah Presiden baru mereka Anis Matta mengeluarkan jargon Cinta,
Kerja, Harmoni dengan harapan kader memfokuskan diri pada bagian-bagian
cinta, kerja dan harmoni.Tapi dengan terus bergulirnya kasus LHI ini
ternyata kader-kader PKS kehilangan keseimbangannya dalam mengolah
media. Tak sedikit yang harus menghela nafas panjang, menahan cacian,
seakan-akan terpaan badai terlalu sulit jika harus mereka hadang.
Kegalauan
ditengah-tengah kader PKS ini berhasil dimanfaatkan berbagai lawan
politik mereka, mulai dari tak fokusnya pada beberapa pilkada dan tak
fokusnya pada kerja-kerja nyata ditengah masyarakat.
Walaupun mungkin bekerja
ditengah masyarakat tapi cyber army yang selalu didengungkan oleh PKS
selama ini terlalu sibuk dengan kasus LHI dan tak fokus dengan amal
nyata kader-kader PKS-nya.
Kegalauan kader PKS
semakin menjadi ketika kasus LHI bergulir pada Darin Mumtazah (DM) yang
membuat shock beberapa kader karena pendidikan islam dan moral menjadi
acuan mereka dalam berpolitik. Padahal kenyataannya DM sendiri dan
ibunya telah berkali-kali melakukan bantahan atas apa yang media
beritakan.
Problema yang dihadapi
kader PKS saat ini seharusnya tak perlu membuat mereka galau jika mereka
memahami berbagai prinsip yang dipegang oleh media dan belajar dari
kasus yang sudah-sudah.
Pertama, kader-kader PKS
seharusnya memahami media memegang beberapa prinsip dalam menghadirkan
ulasan dalam pemberitaannya, 2 hal yang harus cukup dipahami adalah
prinsip kepentingan dan keuntungan.
Posisi PKS yang berbasis
moral dengan slogan bersih, peduli dan profesional memiliki 2 peran ini
secara strategis. Selain bermain pada kepentingan karena media-media
Indonesia rata-rata dimiliki oleh pimpinan partai tertentu dan ketika
kita berbicara keuntungan maka PKS adalah partai yang memiliki nilai
jual sangat tinggi jika dibandingkan dengan partai-partai lainnya di
Indonesia.
Jika kader PKS di
Indonesia ini dikatakan ada sekitar 700ribuan maka jika ada berita PKS
di televisi dan dianggap 60% kadernya menonton maka akan didapatkan
angka 400ribuan kader PKS akan menonton tayangan tersebut di seluruh
Indonesia. Ini bukan angka yang sedikit dan bisa dipastikan rating iklan
akan naik pada jam-jam tayang ini.
Karena 2 peran strategis
inilah kader-kader PKS menjadi komoditi yang sangat menghasilkan bagi
media yang ada di Indonesia dalam pemberitaan. Tapi kemudian kader-kader
PKS tak mencoba memahami hal ini dan justru terjebak pada permainan
media untuk mendatangkan keuntungan dalam proses kepentingan. Dan justru
anehnya kader PKS juga percaya pada berita salah satu media besar yang
justru pernah menampilkan "markus" bayaran dalam pemberitaannya.
Kedua, mungkin
kader-kader PKS telah mendengar beberapa berita terkait di tutupnya
kasus oleh Polda Sumatera Terkait laporan mantan anggota DPRD Sumbar
kepada Gubernur Sumatera Barat, Prof. DR. irwan Prayitno, SPi, MSc atas
masuknya proposal Dana Safari Dakwah PKS kedalan APBD Sumatera Barat.
Kasus ini ditutup karena tidak ditemukannya bukti setelah dilakukan pemeriksaan terhadap 17 orang saksi termasuk saksi ahli.
Diawal mencuatnya kasus
ini cukup meresahkan kader-kader PKS, bahkan media sekaliber tempo
angkat bicara dalam kasus ini walaupun pada akhirnya kasus ini hanyalah
pepesan kosong belaka.
Tapi ketika mencuatnya
kasus ini kader-kader PKS berhasil dialihkan pada hal-hal yang terkait
dengan Cinta, Kerja, dan Harmoni dimana justru mereka berhasil
memenangkan pilkada Jawa Barat dan Sumatera Utara.
Poin kedua ini ada
sebuah jawaban bahwa kegalauan-kegalauan akan berhasil dijalani jika
dijawab dengan kerja-kerja nyata, bukan perenungan-perenungan.
Masyarakat Indonesia
meyakini bahwa hanya kader-kader PKS yang mau berkontribusi nyata pada
bangsa ini. Hanya kader-kader PKS yang mau bekerja, turun kelapangan,
walaupun harus mendahulukan orang lain daripada keluarga mereka sendiri.
Ini adalah hal yang harus memang diakui oleh masyarakat Indonesia.
Dengan adanya 2 hal ini
maka saat ini PKS harus segera kembali pada jalan yang benar. Jalan yang
telah digariskan oleh Presiden mereka yang baru Anis Matta yaitu CInta,
Kerja dan Harmoni. Kader-kader harus segera menyadari bahwa masyarakat
membutuhkan mereka. Hanya kader-kader PKS yang dapat berbuat
ditengah-tengah masyarakat, tanpa bayaran dan tanpa balas jasa.
PKS, Kembalilah Kejalan Yang Benar
Wallahualam
Faguza Abdullah
*Islamedia