Select Menu

Iklan 1080x90

SaintekSIROH

PKS BERKHIDMAT UNTUK RAKYAT

BERITA SIAK

FIQIH

SIROH

Kesehatan

Saintek

Video Pilihan

» » » Pengakuan Jonru: "PKS Telah Mencuci Otak Saya!"

Pengakuan Jonru: "PKS Telah Mencuci Otak Saya!"


By: Abul Ezz Jumat, 17 Mei 2013 0





Jonru Ginting
Founder dan CEO Dapur Buku



"Pengakuan: PKS Telah Mencuci Otak Saya!"

Banyak orang yang heran:

pkssiak.org - “PKS ini ngakunya partai antikorupsi. Tapi presidennya korupsi, mereka malah membela mati-matian. Otak mereka sudah dicuci kali, ya? Saya curiga, jangan-jangan di PKS itu ada proses pencucian otak!”

Hm…
Saya tertegun. Langsung ingat masa lalu. Ya, saya akui… Sebagai orang yang pernah jadi kader aktif di PKS, otak saya memang telah berhasil dicuci oleh PKS. Ya, PKS memang partai pencuci otak!
Kalau tak percaya, berikut saya ceritakan sejelas-jelasnya.
Ketika masih tinggal di Binjai, Sumatera Utara, saya hidup di lingkungan yang orang-orangnya kebanyakan cuma Islam KTP. Jarang yang shalat. Kalau ada yang rajin shalat, langsung dicap “sok suci.” Saya pun ketika itu bisa dikategorikan Islam KTP. Bahkan masih percaya pada dukun. Masih percaya ramalan bintang. Bahkan sabuk pinggang saya berukir zodiac sagitarius :-D
Tahun 1991, saya pindah ke Semarang karena diterima sebagai mahasiswa Universitas Diponegoro. Di sinilah untuk pertama kalinya saya menemukan banyak orang yang rajin shalat. Ketika jam istirahat, banyak teman yang mengajak saya shalat berjamaah. Terus terang, hal seperti ini belum pernah saya alami di Binjai dulu.
Alhamdulillah, pengetahuan dan wawasan keislaman saya jadi lebih baik setelah tinggal di Semarang. Tapi secara umum, saya masih liberal. Saya masih beranggapan bahwa pakai jilbab bagi muslimah itu tidak wajib. Saya masih beranggapan bahwa menerapkan ajaran islam itu bisa mempersulit hidup, bisa menghalangi rezeki.
Tapi berita baiknya, saya bisa berteman baik dengan teman-teman salafy dan ikhwanul muslimin. Walau beda aliran, anehnya kami sangat akrab. Saya iri pada mereka, ingin hidup yang penuh nuansa religius seperti mereka. Tapi saya merasa belum sanggup. Bahkan pada tahap tertentu, saya merasa beda prinsip dengan mereka.
Sampai lulus kuliah (tahun 1998), boleh dikatakan hidup saya masih bertahan seperti itu.
Perubahan yang mencolok mulai terjadi ketika saya sudah tinggal di Jakarta. Saat itu, saya masih lajang, dan sering bertemu dengan salah seorang sahabat masa kuliah, yakni Subhan Afifi. Sampai saat ini saya belum tahu aliran dia apa. Yang saya tahu, sewaktu kuliah Subhan ini termasuk anggota “islam jamaah” yang rajin ikut pengajian.
Dari Subhan-lah saya banyak mendapat pencerahan tentang Islam. Alhamdulillah. Terima kasih banyak untuk sahabatmu Subhan Afifi. Semoga kita nanti dipertemukan lagi di Surga. Aamiin :-)
Peristiwa BERSEJARAH (yang menjadi awal dari proses CUCI OTAK tersebut) pun terjadi sekitar tahun 2002. Saat itu, banyak kejadian dan ujian yang membuat jiwa saya labil. Tiba-tiba saya rindu agama, ingin menjadi orang yang lebih agamis, lebih religius, tapi belum tahu caranya.
Saat itulah, ada dua orang tetangga di Slipi yang memperkenalkan saya dengan pengajian PKS. Maka saya pun ikut. Itulah pertama kalinya saya ikut kegiatan tarbiyah, khususnya di PKS.
Di tarbiyah inilah, untuk pertama kalinya saya mendengar ceramah si murobbi, yang pernah saya tulis di sini:
“Salah satu prinsip tauhid adalah kita tidak boleh taqlid buta kepada siapapun, kecuali kepada Rasulullah. Walau dia ulama besar sekalipun, wali sekalipun, tetap tidak boleh. Sebab ulama dan wali sekalipun adalah manusia biasa. Mereka bukan orang suci dan pasti tidak terbebas dari dosa dan kesalahan. Sedangkan Rasulullah sudah dijamin oleh Allah sebagai manusia yang bebas dari dosa dan kesalahan. Ketika Rasulullah berbuat salah, langsung pada saat itu juga Allah menegurnya.”
Inilah prinsip yang akhirnya menyadarkan saya, dan Insya Allah akan terus saya jadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Bahkan ketika saya sudah bergabung sebagai kader PKS pun, prinsip ini tetap saya pegang. Ketika para qiyadah PKS melakukan dan mengatakan hal-hal yang benar sesuai ajaran Islam, maka saya ikuti. Jika tidak sesuai, ya ngapain diikuti? Mereka cuma qiyadah. Mereka bukan nabi.
Hal ini saya buktikan ketika Pemilihan Presiden beberapa tahun lalu, saat PKS mendukung SBY. Menurut saya ketika itu, yang patut didukung adalah JK. Maka saya pun mendukung JK dan tak mau ketika diajak kampanye SBY.
Imam Hasan Al Banna (yang menjadi imam panutan teman2 PKS dan ikhwanul muslimin pada umumnya), pun mengatakan hal yang sama seperti kata murobbi saya di atas. Ucapan ini membuat saya berpikir:
“Berarti, bahkan Imam Hasan Al Banna sendiri pun, kita tak boleh mengikuti semua ucapannya 100%, kan? Sebab dia hanya ulama, dia bukan nabi.”
Pemikiran ini, alhamdulillah, bisa membuat pikiran saya lebih jernih dalam melihat kehidupan sehari-hari.
Dari pengajian PKS -antara lain- saya mulai paham, bahwa ternyata banyak dukun berkedok agama, banyak orang yang lebih patuh terhadap pemimpin partai atau pemimpin ormasnya ketimbang terhadap Rasulullah, banyak orang yang lebih percaya kepada aturan dan sistem buatan manusia ketimbang buatan Allah.
Dari PKS-lah, alhamdulillah, saya akhirnya banyak mendapat pencerahan tentang Islam yang sebenarnya.
PKS beda dari partai-partai lain. Di partai lain, mereka hanya sibuk mengurus politik. Di PKS, ada kegiatan baksos, ada pembinaan kader, ada pengajian mingguan yang membuat ruhani kita selalu di-charge, agar iman dan aqidah tetap terjaga.
Inilah sebabnya, kenapa kader PKS itu umumnya militan, taat beribadah, dan religius.
NB: Jika Anda berpendapat bahwa di PKS pun ada koruptor, ada orang bejat, dst… ya ini bisa panjang ceritanya jika didiskusikan.
Jawaban singkat:
Kalaupun ada orang yang seperti itu di PKS, berarti ini membuktikan bahwa PKS bukan lembaga malaikat.  Yang jelas, di PKS itu ada sistem yang baik: Barang siapa yang ketahuan korupsi misalnya, langsung dipecat. Bahkan LHI yang belum terbukti pun, langsung mundur dari jabatan Presiden PKS.
Jadi terlepas dari ada tidaknya koruptor atau orang bejat lainnya di PKS, yang jelas PKS adalah partai yang paling bersih, dan sistemnya paling baik di Indonesia.
* * *
Memang saya akui, PKS tidak identik dengan Islam. Jadi, saya tidak sedang berkata bahwa yang di luar PKS bukan Islam. Hehehe… naif sekali kalau ada yang berpendapat seperti itu!
Islam itu bisa ada di mana-mana. Dan PKS hanyalah salah satu lembaga yang berusaha mengislamkan dirinya.
Saya termasuk yang percaya bahwa haroqah atau mazhab atau aliran apapun di dalam Islam, semua itu buatan manusia, semua itu hasil pemikiran manusia. Pasti ada kekurangan dan kelebihannya. Termasuk PKS pun demikian.
Karena itu, saya tak mau hanya belajar agama di PKS. Saya juga rajin mendengarkan ceramah-ceramah di radio Rodja FM yang dikelola oleh teman-teman Salafy. Saya juga mengakui, bahwa teman-teman HTI itu hebat, karena mereka sangat rajin berkampanya untuk tegaknya khilafah. Seorang kakak kandung saya ikut jamaah MMI, dan saya pernah mendengarkan ceramah ustadznya. Secara umum saya simpati dan kagum pada mereka.
Saya percaya bahwa harokah atau aliran apapun di dalam Islam itu hanya buatan manusia, pasti ada kekurangannya. Yang sempurna itu hanya Islam. Karena itu, yang saya jadikan sebagai pedoman hidup adalah Islam. PKS hanya alat menuju tujuan Islam yang indah.
Saya ingin meletakkan PKS di tangan, bukan di hati. Mengenai belajar Islam, saya ingin belajar di mana saja, bukan hanya di PKS. Karena kebenaran bisa ditemukan di manapun. Bahkan di tempat maksiat pun, seringkali kita temukan kebenaran.
“Jika Islam tidak hanya ada di PKS, kenapa kamu memilih PKS, bukan yang lain?” Mungkin ada di antara Anda yang berkata demikian.
Jawabnya:
Karena SECARA PRIBADI saya menilai bahwa PKS yang paling moderat dibanding yang lain. Itu saja. Dan saya menghormati teman2 dari harokah lain. Sebab walau berbeda, saya yakin tujuan kita semua sama: Kejayaan Islam. Jadi buat apa saling menyalahkan dan mempermasalahkan perbedaan?
* * *
Kembali soal kasus LHI. Kenapa saya membela beliau?
Hal ini pun sudah saya jelaskan di sini. Berikut kutipannya:
Dan hari ini, saya bersama para kader PKS lainnya membela LHI. Padahal banyak orang yang berkata bahwa LHI koruptor. Kenapa? Apakah saya sudah berubah? Apakah saya sudah tidak percaya pada prinsip yang tertulis di atas?

Insya Allah saya masih percaya. Prinsip itu masih saya pegang hingga hari ini.

Saya membela LHI karena saya percaya padanya. Sampai hari ini, belum ada satu bukti pun yang menunjukkan bahwa beliau bersalah. Bahkan seperti yang kita saksikan sendiri, banyak sekali kejanggalan pada kasus ini.
* * *
Jadi teman-teman sekalian,
Itulah pengakuan saya mengenai PKS yang telah berhasil mencuci otak saya. Itulah bukti bahwa PKS merupakan partai pencuci otak!!!
Otak saya yang awalnya masih banyak dipenuhi pemikiran-pemikiran liberal, masih percaya dukun, masih lebih percaya hukum manusia ketimbang hukum buatan Allah, dan sebagainya, alhamdulillah sekarang saya merasa hidup lebih bahagia. Walau hidup saya masih penuh dengan maksiat (dan saya selalu berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik), tapi alhamdulillah saya merasa makin memahami Islam yang sebenarnya, setelah saya bergabung dengan PKS.
Jadi, bagi Anda yang tidak mau jadi korban berikutnya, tidak mau jadi korban cuci otak PKS, waspadalah! Jangan dekati PKS. Ini partai yang sangat berbahaya!
NB: Ini salah satu bukti lainnya tentang cuci otak ala PKS: Klik di sini :-)

Wassalam!

Jonru
Founder dan CEO Dapur Buku
Cara Baru Menerbitkan Buku

Follow me: @Jonru


_____
NB: Berikut sebuah gambar yang saya buat, untuk mengilustrasikan kasus LHI secara sederhana. Alhamdulillah, gambar ini sudah di-share oleh ribuan orang melalui social media. Termasuk yang ikut men-share adalah pak Tifatul Sembiring dan Anis Matta.



*http://politik.kompasiana.com/2013/05/17/pengakuan-pks-telah-mencuci-otak-saya-560900.html


DPD PKS Siak - Download Android App


«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama
0 Comments
Tweets
Komentar