"Menikmati Kerja-kerja Aktivis Dakwah" | by @teddiprasetya
By: admin
Jumat, 24 Mei 2013
0
pkssiak.org -
@teddiprasetya
Founder of Indonesia NLP Society
Tak banyak orang yang sadar bahwa hidup mereka dipengaruhi oleh aktivis dakwah. Saya salah satunya.
Aktivis dakwah itu, kerjanya halus. Bajunya macam-macam. Mengajak pelan-pelan. Hingga orang taubat perlahan.
Di kantor saya lama, masjid awalnya sepi. Ramai hanya kala jumatan. Kini? Jangan tanya penuhnya di jam shalat.
Banyak sudah orang bertaubat di masjid itu. Dulu dunianya kelam, kini lurus selurus-lurusnya.
Dan mereka mungkin tidak pernah sadar kalau ada aktivis dakwah yang diam-diam bekerja memakmurkan masjid.
Saya bukan aktivis. Tapi jadi saksi pekerjaan mereka. 15 menit sebelum adzan keliling ajak orang berjamah. Halus.
Tiap ada yang kesusahan, di sela jam kerja mereka keliling mengedarkan amplop. Patungan bantu yang sedang alami musibah.
Kini orang bisa kagum pada masjid kantor yang ramai itu. Tersentuh dengan suasananya. Tak tahu siapa yang gerakkan.
Beberapa aktivis yang saya kenal sudah resign. Yang taubatnya baru belakangan tak pernah tahu siapa dibalik semua itu.
Suami taubat. Istri bahagia. Tak pernah sang istri tahu siapa yang mempengaruhi suaminya.
Aktivis seperti ini sudah saya kenal sejak SMA. Mereka kerja. Sulit untuk tak tersentuh perjuangan mereka.
Saya tidak ikut kerja mereka. Tak sanggup. Betapa keras dan ikhlas. Hanya doakan dari jauh dan ikuti seruannya.
Tentu mereka manusia biasa. Makan, hidup, kerja. Tapi dibanding saya? Jauh waktu mereka lebih berharga.
Sempat dulu saya alergi sama mereka. Tapi belakangan baru sadar, itu karena kekotoran jiwa saya sendiri.
Masjid kantor tadi itu baru ramai 2008-sekarang. Perlu 7 tahun sejak pertama kali ada tahun 2001.
Saya masuk 2005. Dan 3 tahun alami pengajian mingguan hanya diisi 5 orang. Tekun sekali.
Mudah bagi saya meyakini kalau keburukan aktivis dakwah adalah fitnah. Karena 10 tahun lebih saya lihat kerja mereka.
Saya bukan aktivis, tapi menikmati kerja mereka yang tak pernah diminta.
Di kampus pun sama. Mushala kecil itu digerakkan oleh orang-orang tekun, sekaligus pemenang lomba riset ilmiah.
Kalau sekarang aktivis dakwah kaya, itu buah keikhlasan mereka. Dakwah pun perlu dana. Mereka kerja keras.
Ada aktivis yang siang kerja, malam dagang, lalu bimbing pengajian hingga larut malam. Sanggup? Saya tidak.
Sekarang ini, berhijab itu mudah. Dulu, aktivis dakwah dagang karena tidak diterima kerja sebab berhijab.
Ada aktivis dakwah kerja keras agar jadi manajer. Apa sebab? Biar bisa atur jadwal rapat tidak bentrok waktu shalat.
Kemenangan dakwah bukan kala kader jadi menteri. Tapi kala masjid di kementerian ramai, karyawan kerja jujur.
Aktivis dakwah itu ibadahnya 'ngeri'. Karena kerja mereka berat. Penuh ujian. Sering pula hinaan. Perlu energi.
Fitnah bertubi-tubi itu ujian bagi aktivis dakwah. Berlatih tak bergantung pada sanjungan pujian makhluk.
*https://twitter.com/teddiprasetya
DPD PKS Siak - Download Android App