"Memahami Sikap Kader PKS Terhadap Qiyadah"
By: admin
Kamis, 30 Mei 2013
0
pkssiak.org -
“dasar kader taklid buta!!”
“mau aja dibodoh-bodohin sama qiyadahnya!!”
“udah nganggep qiyadah itu setara nabi ya? suci, ga pernah salah”
“doktrinasinya kuat banget sampe segitu taklidnya sama qiyadah”
Mungkin itulah segelintir kata-kata yang sering dilontarkan kepada kader
PKS oleh orang-orang yang “belum memahami” rasa cinta terhadap saudara
seiman seperjuangan yang hari ini memegang amanah sebagai “qiyadah”
(pemimpin). Mereka yang mungkin belum mengerti dan memahami makna
ketaatan dan ke-tsiqah-an yang diperlukan jamaah ini dalam mengarungi
tantangan-tantangan dakwah dalam kehidupan.
Hari-hari ini, tuduhan tersebut semakin kencang ketika mantan presiden
PKS, ustadz Luthfi Hasan Ishaaq, ditangkap oleh KPK dalam kasus suap
impor sapi yang dari ke hari makin tidak jelas kebenaran kasusnya.
Ketika kader-kader PKS berusaha “membela” saudara seimannya tersebut
yang belum benar-benar terbukti bersalah, maka tuduhan-tuduhan diatas
pasti langsung teralamatkan kepada kader-kader PKS. Ironisnya, banyak
juga tuduhan-tuduhan tersebut berasal dari mereka-mereka yang sama-sama
berjuang dalam dakwah Islam ini, meskipun beda “jalan perjuangan”
ataupun mereka yang “pernah membersamai jamaah ini”.
Sebenarnya, adalah suatu respon yang wajar ketika seseorang membela
orang yang dicintai yang tiba-tiba dituduh dengan tuduhan yang belum
terbukti, apalagi ketika mereka mengenal orang tersebut dalam
kesehariannya, seperti halnya kader PKS mengenal ustadz LHI. Dan respon
ini pun umum juga dilakukan oleh mereka yang menuduh sama ketika orang
yang dicintainya dituduh semena-mena. (Contoh pembela Gusdur, pendukung
Megawati, atau pecinta Jokowi)
Padahal harusnya kita sebagai muslim sadar, apalagi aktivis-aktivis
dakwah, bahwa menuduh seseorang melakukan sebuah kemaksiatan dalam Islam
adalah suatu perkara yang berat. Harus menghadirkan saksi-saksi yang
menguatkan dan terpercaya kejujurannya serta bukti-bukti yang
menguatkan. Bahkan seorang Ali bin Abi Thalib pun pernah kalah oleh
seorang yahudi dalam persidangan memperebutkan baju besi karena tidak
punya bukti dan saksi yang kuat. Lalu kemana akhlaq seorang muslim yang
harusnya dimiliki melihat saudaranya sedang “diuji”? bukankah lebih baik
husnudzon daripada caci maki dengan opini yang sebenarnya belum
terbukti?
Tidak, tidak ada satupun kader PKS yang menganggap qiyadahnya adalah
seorang nabi, yang kata-katanya selalu benar. Tidak, tidak seperti itu.
Saya pribadi yang “hanya” simpatisan sering berseberangan opini dengan
opini qiyadah. Kader PKS justru menganggap bahwa qiyadah pun juga bisa
salah. Tapi kader-kader tersebut menolak justifikasi opini publik
sebelum ada keputusan bersalah. Jika bersalah? Hukum!!Tak ada pandang
bulu. Begitulah pesan Nabi.
Cuma justru kadang saya berpikir, justru mereka yang menuduh dan mencaci
makilah yang kadang menganggap kader-kader PKS harus seperti nabi,
harus tidak pernah salah, dan tidak mewajarkan jika kader PKS pun juga
bisa salah. Jika salah sedikit saja maka caci maki hampir pasti mampir
ke telinga para kader:)
Jikalau benar-benar bersalah, apakah mereka lupa bahwa dalam Islam pun
ada mekanisme taubat? Apakah kesalahan pribadi menjadi kesalahan jamaah?
Rasulullah pun pernah menegur sahabat yang mencaci maki seorang
perempuan yang berzina dan dihukum rajam atas permintaannya sendiri,
“Bisa jadi dia yang kalian caci maki itu lebih mulia derajatnya di sisi
Allah daripada kalian,” kata Nabi.
Tulisan ini pun juga sebagai otokritik untuk kader PKS yang kadang
seringpula melakukan hal yang sama terhadap “yang tidak sepaham” dengan
kita. Kalo saya ngikutin gayanya kang @hafidz_ary ”yang logis dan
rasional ajalah, jangan fanatic”:)
Terakhir, saya ingin menutup dengan kalimat “qiyadah kami memang bukan
malaikat ataupun nabi, punya kemungkinan untuk salah, tapi juga bukan
fir’aun ataupun iblis yang kesalahannya tak terampuni”.
Sekian.
Naufal Ibnu Amzani
@nauval_12 on twitter
DPD PKS Siak - Download Android App