Media Masa, Uang Dan Penguasa" | @BungAji
By: admin
Jumat, 24 Mei 2013
0
pkssiak.org - Aneh
nya Negeri ini, banyak Media Meng-Industrialisasi Kasus Korupsi..
mereka mengais mencari rezeki dg mem-festivalisasi Kasus Korupsi
Mereka dibayar..kemudian mereka menulis Kasus Korupsi menurut Versi mereka..fitnah menjadi dagangan utamanya..Industri Kasus Korupsi terjadi
Masih jauh membicarakan Media sebagai pilar Demokrasi keempat kalau yg punya Kuasa jg yg punya Media..
Yg terjadi selama ini, yg punya Kuasa membayar Media agar Media memberitakan sesuai selera penguasa..sesuai selera yg punya uang
Kalau sudah terjadi seperti ini, segala kasus yg menyeret Dimensi Hukum & Politik, mudah sekali di-industrialisasi oleh Media
Atas nama kebebasan Media, oknum wartawan Media bisa seenaknya saja menanyakan kpd Seorg Tokoh pertanyaan yg melecehkan
Media dg 'sebebasnya' (setelah dibayar) memberikan Opini sebuah Kasus Suap/Korupsi dg selera mereka,padahal Pengadilan berbicara yg beda..
Kalau Orde baru mengontrol Media cukup dg Kuasa, Orde Reformasi "mengontrol & mempengaruhi" Media o/Pemilik Modal Uang dan Kekuasaan..
Pelajaran dari Orde baru,Media dikontrol dg ketat shingga media berisikan hany selera penguasa,yg 'bandel dikit' dibredel,TEMPO pnh dibredel
Kini dg orde "kebebasan"penguasa beserta pemilik modal bayar Media utk beritakan& giring opini publik sesuai selera Penguasa & Pemilik Modal
Lucunya, Media sejenis TEMPO pula pelakunya, jadi ini contoh Media yg ga punya "warna", pas reformasi terkesan idealis, kini pragmatis
Muncul DETIK, VIVA, dll.. mereka ikut festivalisasi kasus-kasus yg libatkan politisi/Pejabat Publik.. mereka ikut mengais rezeki dari situ
Sekarang, gimana cerita @detikcom mengumbar abis2an Darin dikaitkan dg LHI? ini maksudnya apaan sih Detik? pengen kesankan PKS amoral?
Kalian ini ga banget,ga lucu,ga ada etika --> @detikcom @tempodotco @VIVAnews <-- kompak bener mengumbar Darin dgn angle menuju ke PKS
Seperti statemen Purnomo Rahardjo (Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia) ktika Media tak punya posisi tawar,mudah dintervensi dg Uang & Kuasa
Ignatius Haryanto,dlm karyany "The Age of Capital",ktika Modal jd kekuatan Utama,pd akhirny menghilangkan Mekanisme Pers yg sehat & Obyektif
Untuk menghindari kooptasi Media sehingga tidak bisa sembarang giring opini, Pemilik Media harus dipisahkan dari Penguasa (Politik)
Tapi apa yg terjadi? Hari Tanoe, Surya Paloh, Abu Rizal, Chairul Tandjung berlomba2 menjadi Penguasa.. keran kebebasan yg kebablasan
"Saya tidak pernah mengandalkan uang besar untuk kemenangan yg besar,tapi saya mengandalkan IDE BESAR untuk kemenangan besar" { @anismatta }
http://chirpstory.com/li/80804
Mereka dibayar..kemudian mereka menulis Kasus Korupsi menurut Versi mereka..fitnah menjadi dagangan utamanya..Industri Kasus Korupsi terjadi
Masih jauh membicarakan Media sebagai pilar Demokrasi keempat kalau yg punya Kuasa jg yg punya Media..
Yg terjadi selama ini, yg punya Kuasa membayar Media agar Media memberitakan sesuai selera penguasa..sesuai selera yg punya uang
Kalau sudah terjadi seperti ini, segala kasus yg menyeret Dimensi Hukum & Politik, mudah sekali di-industrialisasi oleh Media
Atas nama kebebasan Media, oknum wartawan Media bisa seenaknya saja menanyakan kpd Seorg Tokoh pertanyaan yg melecehkan
Media dg 'sebebasnya' (setelah dibayar) memberikan Opini sebuah Kasus Suap/Korupsi dg selera mereka,padahal Pengadilan berbicara yg beda..
Kalau Orde baru mengontrol Media cukup dg Kuasa, Orde Reformasi "mengontrol & mempengaruhi" Media o/Pemilik Modal Uang dan Kekuasaan..
Pelajaran dari Orde baru,Media dikontrol dg ketat shingga media berisikan hany selera penguasa,yg 'bandel dikit' dibredel,TEMPO pnh dibredel
Kini dg orde "kebebasan"penguasa beserta pemilik modal bayar Media utk beritakan& giring opini publik sesuai selera Penguasa & Pemilik Modal
Lucunya, Media sejenis TEMPO pula pelakunya, jadi ini contoh Media yg ga punya "warna", pas reformasi terkesan idealis, kini pragmatis
Muncul DETIK, VIVA, dll.. mereka ikut festivalisasi kasus-kasus yg libatkan politisi/Pejabat Publik.. mereka ikut mengais rezeki dari situ
Sekarang, gimana cerita @detikcom mengumbar abis2an Darin dikaitkan dg LHI? ini maksudnya apaan sih Detik? pengen kesankan PKS amoral?
Kalian ini ga banget,ga lucu,ga ada etika --> @detikcom @tempodotco @VIVAnews <-- kompak bener mengumbar Darin dgn angle menuju ke PKS
Seperti statemen Purnomo Rahardjo (Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia) ktika Media tak punya posisi tawar,mudah dintervensi dg Uang & Kuasa
Ignatius Haryanto,dlm karyany "The Age of Capital",ktika Modal jd kekuatan Utama,pd akhirny menghilangkan Mekanisme Pers yg sehat & Obyektif
Untuk menghindari kooptasi Media sehingga tidak bisa sembarang giring opini, Pemilik Media harus dipisahkan dari Penguasa (Politik)
Tapi apa yg terjadi? Hari Tanoe, Surya Paloh, Abu Rizal, Chairul Tandjung berlomba2 menjadi Penguasa.. keran kebebasan yg kebablasan
"Saya tidak pernah mengandalkan uang besar untuk kemenangan yg besar,tapi saya mengandalkan IDE BESAR untuk kemenangan besar" { @anismatta }
http://chirpstory.com/li/80804
DPD PKS Siak - Download Android App