Lelaki Tua Dalam Mimpiku..
By: admin
Kamis, 30 Mei 2013
0
"Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama dan tempat dalam cerita ini, kami mohon maaf"
pkssiak.org - Suasana mendadak teramat dingin. Sekujur tubuhku menggigil. Gigi
bergemeretak, hingga akhirnya aku terbangun. Aneh..dimana aku? Tubuhku
terbalut kain Ihram. Bersandar pada tiang tengah bangunan megah yang
teramat luas tak berbatas. Aku seorang diri di keheningan. Bahkan tidak
tahu, dimana aku kini?. Jam berapa sekarang? Pagi, siang, sore ataukah
malam hari?. Sebuah Masjidkah?..Semua berwarna putih. Dapat kupandang,
walau tak ada sebuah lampu yang menyinari. Redup..namun semuanya serba
jelas terlihat. Dari Lantainya, dinding dan langit-langit.
"Assalamu'alaikum". Ucap lembut dua orang lelaki bersorban, berwajah
teduh, di kanan kiriku. Keduanya duduk tasyahud disebelahku yang
bersandar meluruskan kaki dilantai. Aku menjawab salam itu, lalu
keduanya menggamit lenganku mengajakku berdiri dan melangkah menuju
mimbar. Dimana ada seorang lelaki tua yang bersorban juga menyambutku
dengan senyum penuh kasih sayang. Aku didudukkan dihadapannya, lalu
keduanya pergi, seakan membiarkan kami berdua saja saling berhadapan.
"Subhanallah!.."Aku
mengenal betul wajahnya. Hanya saja nampak begitu tua dan rapih, tidak
seperti pekerja kasar yang kulihat berlari-lari dipelantar pelabuhan
laut, demi menyongsongku. Lalu aku pun menyelipkannya beberapa lembar
uang ribuan, sekedar menggembirakannya. Ia masih saja lurus memandangku
dengan sorot matanya yang teduh.
Rasa
terkejutku makin menjadi-jadi, ketika wajahnya berubah mirip binaanku
yang celotehnya suka menghibur bahkan kadang membosankan. Lelaki tua itu
belum juga bicara.
Hening...sampai akhirnya kulihat lagi wajahnya yang kali ini seperti
wajah Kakekku dari sebelah Ibu yang kami sekeluarga teramat
mengaguminya. Hingga Fotonya yang berjubah, terpampang di dinding rumah
tempat aku dibesarkan. Aku ingin menyapanya lebih dahulu, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan.
Dimana aku berada?..tempat apa ini? Mana Handphoneku, BlackBerry dan iPhone
yang membuat istriku kerap cemburu merasa tidak diperhatikan saat
berada disebelahnya. Qur'an kesayanganku pun entah kemana. Satu-satunya
benda yang membuat istriku maklum, kala aku asyik membacanya. Banyak
sekali ingin kutanyakan. Tapi mulut tak kuasa kugerakkan, lidahku kelu.
Lelaki tua dihadapanku pun mulai bicara,"Kami menyayangimu Abdullah".
Masya Allah!Ia mengenal namaku. Suaranya amat halus berwibawa,"gerakkan
dakwah ini memerlukan keseriusanmu. Kerja-kerja semakin banyak.Tantangan
dan rintangan terus tumbuh menghadang didepanmu. Sementara waktu yang
tersedia semakin berkurang.
Kamu adalah pemimpin dan bagian harapan dari dakwah agar bisa tegak di
negeri ini,"ucapnya. Ya Allah..siapa Lelaki tua dihadapanku ini.
"Tentunya perjuangan demi perjuangan banyak menyita waktumu diluar
rumah, bukan begitu Abdullah?.."tanyanya dan aku cuma mengangguk.
"Memang demikian. Engkau akan pulang ke rumah, selalu dalam keadaan
letih. Hingga anak-anak terlebih lagi Istrimu, harus terbiasa dengan hal
itu. Tapi mereka tetap saja perlu bermain dan bermanja denganmu.
Seperti halnya sekian orang kau pimpin diluar rumah yang harus terus
diperhatikan & dimotivasi agar Dakwah ini tetap hidup"jelasnya lagi.
"Menurut kami, engkau belum mampu bersikap adil, Abdullah,"tambahnya.
"Berapa banyak persoalan yang harus kau hadapi, namun kau serahkan
begitu saja kepada teman yang lain. Managementmu berantakan,
kepemimpinanmu sekedarnya. Engkau lelah lebih dahulu, sebelum kelelahan
yang sesungguhnya. Menjadikanmu pelupa bahkan kau hadapi semua dengan
berdiam diri. Diammu memang ciri khasmu memberi jawaban, tapi diam tidak
menyelesaikan. Ada yang harus diurai dan dijelaskan.
"Astaghfirullah!..siapa lelaki tua dihadapanku ini? ucapannya mulai
lancang menyudutkanku. Tapi aku tak jua mampu berkata-kata melakukan
pembelaan. Seakan lidahku terkunci, tubuhku lunglai tak berdaya. "Lelaki
tua itu beranjak mendekatiku. Hingga kedua lutut kami nyaris
bersentuhan. "Wahai Abdullah..bukan berapa banyak keilmuan yang kau
miliki, tapi seberapa banyak yang mampu kau amalkan?..Ayo perbaiki
dirimu dan penuhi haq-haq orang disekitarmu dengan sungguh-sungguh.
"Sejenak lelaki tua itu terdiam. Tapi sebentar saja, karena mendadak Ia
menepuk bahuku kuat-kuat sambil berkata dengan suara tinggi,"wahai
Abdullah! Bukankah kau berencana untuk beristri lagi? menikahi
akhwat-akhwat disekitarmu hanya karena berdasarkan rasa kasihan atau
beralasan ini bagian dari program dakwah ?.."Sekali lagi aku mengangguk.
Lelaki tua itu tertawa kecil.
Kali ini sikapnya sudah berlebih-lebihan, terkesan merendahkanku, Ia
guncangkan kedua bahuku kuat-kuat seraya berkata,"Bagaimana mungkin kamu
mampu bersikap adil terhadap kedua Istrimu!..Sedangkan Istrimu yang
seorang saja tak kunjung mampu kau seimbangkan Haqnya dengan aktifitasmu
diluar rumah.
"
ALLAH AKBAR!...sudah melewati batas tuduhan lelaki tua dihadapanku ini.
Dengan sedaya upaya aku bangkit dari tempat dudukku. Kucoba untuk balas
merenggutnya kembali. Meronta-ronta dengan sekuat tenaga. Sampai
akhirnya Lelaki tua itu hilang dari pandangan. Suasana hening berganti
hiruk pikuk. Redup dalam ruangan menjadi terang-benderang. Banyak orang
disekelilingku. Rupanya aku tertidur agak lama, sambil duduk diatas
kursi.
Bermimpi dan mengigau. Karena kelamaan menunggu Rapat Koordinasi tak kunjung dimulai.
Batam, Akhir Mei 2013
Batam, Akhir Mei 2013
Antho Bandara - 081277018244
DPD PKS Siak - Download Android App