KPK ‘Main Api’ Via Johan Budi, Fakta atau Berita?
By: Abul Ezz
Kamis, 09 Mei 2013
0
pkssiak.org - Ketika publik ramai membicarakan sepak terjang Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), maka sosok yang kerap kali muncul bukan Abraham Samad
sang ketua atau Pimpinan yang lain. Johan Budi, sang Juru Bicara KPK
ternyata lebih dikenal publik. Berita-berita dan sepak terjang seputar
KPK kerap kali muncul melalui Johan.
Sebenarnya hal ini sangat
wajar, mengingat hal tersebut memang merupakan bagian dari tugas juru
bicara. Namun kemunculan Johan di media akhir-akhir ini terasa memiliki
nuansa yang berbeda dari biasanya. Apalagi semenjak sang ketua Abraham
Samad tersangkut kasus ‘sprindik’, walaupun bukan Samad pelaku utamanya.
Entah krna “kebodohan” atau jebakan2 yg dibuat khusus utk Samad
memang sangat canggih. Samad pun akhirnya tumbang. Skrg jd “ayam sayur” demikian bunyi salah satu tautan di media sosial.
Johan
Budi benar-benar jadi penguasa tunggal KPK, Johan bebas berceloteh dan
mengeluarkan statement tanpa ada satu pun unsur pimpinan KPK yang
membantah apalagi melarang. Entah karena mereka tidak ingin perpecahan
di internal KPK terungkap, atau memang semua pejabat di KPK layaknya ‘setali tiga uang’
Kalau
kita ikuti satu persatu kasus-kasus yang sedang di tangani KPK, ada
kejanggalan dan keanehan di sana-sini. Kita ambil contoh kasus-kasus
besar yang sedang ditangani KPK seperti Century, Hambalang dan yang
teranyar kasus suap impor daging sapi. Pada dua kasus di atas (Century
dan Hambalang) terlihat KPK seperti tidak bergairah untuk menuntaskan
kedua kasus tersebut, ini bisa dilihat dari sepak terjang KPK di dalam
memeriksa dan menetapkan sebagai tersangka orang-orang yang terlibat
didalamnya. Bahkan seorang Johan Budi yang kerap menjadi corong KPK
nyaris tak terdengar celotehannya. Kalaupun bersuara, tidak sekeras
ketika KPK menangani kasus suap impor daging sapi.
Agresifitas KPK
Coba kita
perhatikan sepak terjang KPK di dalam penanganan kasus suap impor daging
sapi yang diduga melibatkan mantan presiden Partai Keadilan Sejahtera
Luthfi Hasan Ishaq (LHI). Disini Sangat jelas kita lihat agresifitas
KPK.
Sangat kentara/vulgar/kasat mata, upaya penjemputan paksa dan
penahanan LHI itu oleh KPK. HARUS MALAM ITU JUGA. Padahal LHI tidak
kena Operasi Tangkap Tangan (OTT). Kenapa treatment atau perlakuan KPK
terhadap LHI itu berbeda dengan tersangka-tersangka korupsi lain yang
tidak terkena OTT ? Kenapa harus ditahan malam itu juga? Demikian bunyi
tweet pada akun @TrioMacan2000
Tak urung kasus penangkapan LHI
mendapat sorotan tajam dari banyak pihak, salah satunya dari Anggota
Komisi III DPR dari FPP, Ahmad Yani yang menduga ada konspirasi di balik
penangkapan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq sebagai tersangka kasus
suap impor daging sapi.
“Ini saling sandera, uji-menguji. KPK
jangan dijadikan instrumen politik. Kalau ini betul konspirasi betapa
tidak bermoralnya bangsa ini,” katanya di Kompleks MPR/ DPR, Senayan,
Jakarta (ROL,31/1/2013).
Pakar Hukum Tata Negara Jimly Asshiddiqie
menilai ada yang ganjil pada penetapan tersangka oleh KPK kepada
Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq.
“KPK menetapkan Luthfi Hasan
Ishaq sebagai tersangka sangat cepat, hanya beberapa menit setelah
penangkapan. Kesannya, PKS seperti menjadi target,” kata Jimly
Asshiddiqie usai diskusi publik yang diselenggarakan Fraksi Partai
Gerindra di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta.
Mantan Ketua Mahkamah
Konstitusi ini membandingkan dengan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas
Urbaningrum, yang pernah disebut-sebut oleh beberapa tersangka maupun
saksi pada kasus dugaan korupsi proyek Wisma Atlet SEA Games maupun
Hambalang, tapi sampai sekarang belum ada proses lebih lanjut dari KPK.
(ROL, 31/1/2013).
Bahkan Ketua DPR Marzuki Ali pun tidak percaya
dengan penetapan LHI sebagai tersangka kasus suap impor daging sapi. Di
mata Marzuki, Lutfi merupakan figur alim yang religius. “Sejujurnya saya
terkejut. Saya tahu beliau orang yang religius dan khusyuk sekali,”
kata Marzuki kepada wartawan, di kompleks MPR/DPR, Senayan Jakarta.
Sampai saat ini Marzuki belum percaya dengan penetapan tersangka Luthfi.
“Saya hampir-hampir tidak percaya Beliau menjadi tersangka kasus suap,”
lanjutnya. (ROL, 31/1/2013)
Dan proses penetapan dan penangkapan
LHI pun jelas sekali ada keganjilan dalam penahanan mantan orang nomor
satu di PKS itu. Salah satunya, rentang waktu yang sangat cepat terkait
penetapan tersangka hingga penahanan menimbulkan pertanyaan.
Pada
Rabu (30/1) pukul 01.00 WIB lalu, penyidik KPK mengembuskan berita yang
menjadi kebiasaan buruk bahwa ada anggota Komisi IV DPR akan ditangkap.
Nyatanya hal itu tidak betul.
Pukul 15.00 WIB, tiba-tiba LHI sudah
dicekal KPK dan pukul 18.00 WIB, unsur Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKS
sudah mendengar berita tentang penetapan tersangka.
Selanjutnya
pukul 21.00 WIB, penyidik KPK sudah merapat ke gedung DPP PKS. Awalnya
diduga kedatangan mereka untuk menyampaikan surat panggilan penyelidikan
kepada empat orang yang ditangkap (terduga kasus suap impor daging).
Ternyata dugaan itu salah hingga terjadi penangkapan LHI.
“Indikasi
itu menunjukkan seolah KPK dikejar untuk menjerat LHI. Ada apa ini
kaitannya? Sangat singkat sekali prosesnya,” tegas Kuasa Hukum LHI
Jadi,
dalam penanganan kasus ini ada tampilan tidak biasa dari KPK dalam
menetapkan seseorang sebagai tersangka. Kalau setidaknya lima
komisioner, minimal ketuanya yang tampil dalam konferensi pers, kali ini
tidak ada satupun komisioner KPK yang tampil berbicara di depan
publik. Yang muncul terkait penahanan LHI malah juru bicara Johan Budi.
Ini ada apa? Mereka mau bermain sembunyi petak umpat. Sejak saat itu,
muncul tanda tanya, orang yang baru diduga dikaitkan dengan pelaku suap
kok langsung ditahan. Sementara ada juga pejabat negara lain yang sudah
ditetapkan sebagai tersangka masih bisa berkeliaran bebas. Ini ada
perlakukan tidak sama, KPK tidak tebang pilih dalam penahanan tersangka
kasus korupsi.
Dari penetapan LHI sebagai tersangka inilah
dimulainya babak baru penanganan kasus dugaan korupsi impor daging sapi.
Jubir KPK Johan Budi lah yang selalu tampil berbicara di depan publik,
seolah-olah Johan sudah menerima order secara khusus untuk menangani
kasus suap impor daging sapi.
Bukti terbaru dapat kita lihat pada
proses penyitaan Mobil LHI di kantor DPP PKS. Dengan lantang Johan Budi
memberikan keterangan pers yang bertolak belakang dengan realita di
lapangan.
Fahri Hamzah Bersuara
Terkait Surat Penyitaan Komisi Pemberantasan
Korupsi mengaku sudah membawa surat penyitaan saat mendatangi kantor DPP
Partai Keadilan Sejahtera untuk menyita lima mobil pada Senin
(6/5/2013) malam. “Semalam juga (bawa), tadi juga dibawa, ditunjukkan
kepada penjaga gedung,” kata Juru Bicara KPK Johan Budi di Jakarta.
Namun
pada kenyataannya, Johan Budi tidak berkutik menghadapi argumen Fahri
Hamzah dalam debat di Metro TV yang disiarkan secara langsung malam tadi
(Rabu, 8/5/2013).
Pada debat ini, Fahri Hamzah mengatakan bahwa Johan Budi lakukan kebohongan publik terkait penyitaan di DPP PKS.
“KPK datang ke DPP PKS tidak membawa surat penyitaan. Anda jangan melakukan kebohongan publik,” kata Fahri Hamzah.
Sampai disini, Johan Budi tak berkutik. Kemudian dengan nada ragu Johan Budi menjawab.
“Oke, kita buka di pengadilan kami punya bukti video,” ujar Johan, lalu diam.
Menurut Fahri, selain melakukan kebohongan publik, KPK juga melakukan pelanggaran prosedur.
“Masa mengambil mobil orang lain tidak ada suratnya. Anda menyalahi prosedur. Ini bertentangan dengan KUHAP,” tegas Fahri.
“Hukum
jangan diputar menjadi opini publik semau mereka. Perang opini lawan
KPK tidak akan menang, makanya Johan Budi dipelihara,” pungkas Fahri
Hamzah.
Pengamat Politik Angkat Bicara
Melihat kondisi seperti ini, pengamat hukum Tata Negara, Margarito Kamis angkat bicara.
Menurutnya, tidak bisa dihindari dan sangat beralasan jika publik menilai bahwa KPK diskriminatif dalam penanganan korupsi.
“Terlalu
sulit bagi saya untuk mengatakan bahwa KPK tidak diskriminatif dalam
penanganan kasus korupsi,” kata Margarito, Senin (4/2/2013).
“Saya
kira KPK harus menjelaskan kepada publik. Kenapa KPK subjektif dalam
menangani kasus korupsi. Apakah yang satu dari partai penguasa dan yang
satu dari parpol bukan pemerintah,” tegas Margarito.
Melihat fakta-fakta diatas, apakah KPK melalui Johan Budi sedang Main api? Apakah
pernyataan-pernyataan Johan budi sebuah Fakta, atau hanya sekedar
berita yang hanya menjadi konsumsi media belaka. Layak disimak sepak
terjang KPK dan seorang Johan budi.
DPD PKS Siak - Download Android App