KPK: BERANI JUJUR BERAT!
By: Abul Ezz
Jumat, 10 Mei 2013
0
Saya merekam baik-baik situasi kala itu. Beragam pernyataan hilir mudik, membuat bingung banyak orang.
“Saya tak paham apa itu kriminalisasi KPK,” kata Presiden SBY menanggapi opini yang berkembang bahwa telah terjadi upaya kriminalisasi KPK. Seorang presiden bergelar S3 dan jenderal bintang empat sama sekali tak paham istilah kriminalisasi. Ciyusss?
“Saya menemui Anggoro di Singapura difasilitasi KBRI,” ujar mantan Kabareskrim Susno Duadji. Belakangan, pihak KBRI membantahnya.
“Saya diperas oleh pimpinan KPK,” ucap Anggodo. Padahal, dalam rekaman yang diputar di Mahkamah Konstitusi jelas terdengar jika Anggodo mengambil inisiatif menyuap KPK.
Pertengahan 2011, “sinetron” dengan judul yang sama juga tersaji. Pemerannya: anggota Panja Pemilu dari Komisi II DPR, Andi Nurpati, dan pihak-pihak yang terkait dengan surat palsu MK. Tempatnya: di gedung dewan yang terhormat. Lakonnya: Membantah setiap pernyataan yang dilontarkan lawan mainnya. Akting mereka tak kalah dengan artis-artis sinetron kebanyakan.
Anggota Panja dari Fraksi PKS, Al Muzzammil Yusuf mencatat ada sedikitnya 4 keterangan berbeda antara Andi Nurpati dan lawan mainnya. Andi Nurpati bilang A, tapi lawan mainnya mengatakan B. Andi Nurpati bilang C, tapi lawan mainnya mengatakan D. Begitu seterusnya. Hingga akhirnya Akbar Faisal dari Fraksi Hanura berujar untuk meluapkan kegundahannya:
“Jujur, saya tak tahu siapa diantara mereka ini yang berbohong.”
Di negeri ini, “sinetron” semacam di atas sangatlah banyak. Setiap hari, kita seolah dipaksa untuk menyaksikanya, meski sangat menjengkelkan. Kita masih ingat bagaimana kisah Nazaruddin yang lari ke Singapura. Dari Negeri Singa itu, politisi Partai Demokrat tersebut terus saja berkoar-koar tentang kasus yang melilit dirinya. Dia menuduh banyak pihak yang terlibat. Tuduhan Nazaruddin tentu saja segera dibantah. Dan kita, menjadi bingung, siapa yang benar, siapa yang tak benar.
Dan hari-hari terakhir ini, suguhan serupa dan jauh lebih dahsyat juga dipertontonkan. Ironisnya itu dilakukan oleh KPK melalui Jubirnya Johan Budi, sebuah lembaga yang mengusung slogan Berani Jujur Itu Hebat!
Per Kamis, 9 Mei 2013, sedikitnya sudah enam kebohongan publik yang telah dilakukan .
1) Johan Budi mengatakan LHI Tangkap Tangan, Faktanya LHI di tempat lain saat kejadian.
"Kasus LHI dan AU kan berbeda. Kalau kasusnya LHI kan karena adanya OTT (operasi tangkap tangan)," kata juru bicara KPK, Johan Budi di KPK, Jakarta, Selasa (26/2).
Johan Budi menambahkan, dalam OTT, orang-orang diduga terlibat dapat langsung dilakukan penangkapan dan disertai penahanan dalam waktu 1x24 jam. Sedangkan untuk kasus dugaan suap impor daging sapi dengan salah satu tersangkanya Luthfi (LHI), penyidik melakukan tangkap tangan dugaan suap dengan barang bukti uang Rp 1 miliar. (republika.co.id)
2) KPK mengklaim ada bukti rekaman, dan Abraham Samad sendiri yang membantahnya.
"Saya ingin menjelaskan, tidak pernah ada keterangan resmi yang menyatakan ada percakapan dari hasil penyadapan antara Suswono dan LHI (Luthfi Hasan Ishaaq). Itu sama sekali tidak ada," kata Abraham Samad, Jumat (8/2).
Padahal, ketika Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR, Abraham mengatakan lembaganya miliki sadapan pembicaraan suara mirip Menteri Pertanian, Suswono dengan suara mirip mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq.
"Begini, jadi masalah rekaman itu menjadi bagian dari strategi penyidikan yang akan diumumkan di persidangan dan itu menjadi rahasia," kata Ketua KPK, Abraham Samad di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (6/2)
3) Johan Budi Berkali-kali mengatakan AF kader PKS, Faktanya AF bukan kader PKS.
Beberapa kali Johan Budi mengeluarkan pernyataan yang menyiratkan AF adalah kader PKS. Berbagai media pun memberitakannya. Dan saya masih ingat betul tentang ini. Tapi anehnya, saya agak kesulitan untuk menemukannya kembali meski sudah searching berkali-kali.
4) Johan Budi mengatakan LHI punya simpanan Deposit uang , Faktanya kotak sepatu kosong.
Tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi batal menyita isi safe deposit box milik mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq. Kotak deposit itu awalnya diduga berisi barang berharga milik Luthfi.
"Disita tapi tak ada isinya," kata pengacara Luthfi, Mohammad Assegaf, saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (1/5/2013).
Assegaf menjelaskan, kotak deposit itu berada di Bank Mandiri, Jalan Gatot Subroto. Penyitaan dilakukan pada Selasa (30/4). Saat itu, KPK sempat membawa Luthfi untuk membuka kotak depositnya itu.
"Saat dibuka, isinya hanya kardus sepatu yang berisi amplop kosong dan dokumen yan tak ada artinya dan tak ada barang yang berharga," jelas Assegaf.
5) Johan Budi mengatakan Ahmad Zaki kabur, Faktanya Ahmad Zaki istirahat duduk di kantor PKS.
"Jam persisnya jam 8 malam penyidik berangkat ke sana sambil membawa terperiksa namanya Ahmad Zaky. Dibawa ke sana untuk nunjukkin mobil itu. Kami masuk lah, sambil membawa surat. Tapi pemilik gedung itu enggak mau, kemudian Ahmad Zaky tahu-tahu kabur," kata Johan di kantor KPK, Jakarta, Selasa (7/5/2013).
Johan melanjutkan, Zaky diketahui kabur dengan cara melompat pagar gedung DPP PKS. Hal itu dilakukannya saat penyidik sedang bernegoisasi dengan penjaga markas Anis Matta Cs tersebut. (tribunnews)
6) Johan Budi mengatakan KPK bawa surat penyitaan mobil kader PKS, faktanya Mobil tersebut disita tanpa ada selembar suratpun yang diberikan KPK.
"Apapun, tetap harus pakai prosedur. Anda tiba-tiba didatangi orang yang mau nyita mobil atau rumah, tentu tanya siapa yang bersangkutan. Dia bilang KPK, buktinya mana? Kemarin enggak bawa surat. Jadi kayak preman," ujar Fahri kepada binesia.com, di Jakarta, Rabu (8/5/2013).
Johan Budi menyangkal pernyataan Fahri, Johan mengatakan bahwa KPK bawa surat penyitaan. ungkapan itu disampaikan saat secara Live ditayangkan di Prime Times News Metro TV pada Rabu malam 8 Mei 2013.
Entah oleh siapa “sinetron” terakhir ini disutradarai. Tapi yang jelas diproduksi dan diaktori oleh sebuah lembaga yang mengusung slogan BERANI JUJUR HEBAT! Ironis.
Akhirnya, kepada Pimpinan KPK, dan khususnya Johan Budi, ijinkan saya memberikan masukan agar spanduk jumbo yang terpampang di Gedung KPK diganti saja dengan slogan baru: BERANI JUJUR BERAT!
Setuju Pak Johan?
Erwyn Kurniawan/Islamedia
DPD PKS Siak - Download Android App