Select Menu

SaintekSIROH

PKS BERKHIDMAT UNTUK RAKYAT

BERITA SIAK

FIQIH

SIROH

Kesehatan

Saintek

Video Pilihan

Selasa, 28 Mei 2013

Dilapori Ajudan Busyro Muqoddas, Polisi Datangi Kantor PKS Jogja


pkssiak.org, JOGJA - Kemarin pagi (Senin, 26/5/13) kantor DPW PKS DI Yogyakarta kedatangan tamu tak biasa. Dua orang petugas dari kepolisian “rawuh” di kantor PKS yang berlokasi di wilayah kecamatan Umbulharjo Yogyakarta ini. Satu dari petugas Polres Kota Yogyakarta, satunya dari Polsek Umbulharjo. Kedatangan mereka disambut hangat dan ditemui langsung Ketua DPW PKS DIY, DR Sukamta, ditemani beberapa pengurus yang lain.
Menurut penuturan Pak Polisi ini, mereka datang dalam rangka mengkonfirmasi laporan dari staf Ketua KPK Pak Busyro Muqoddas berinisial "I" yang menelpon (melaporkan) bahwa rumah Pak Busyro yang hanya berjarak sekitar 2 km dari kantor DPW PKS DIY hari itu akan didemo oleh kader-kader PKS.
Dengan senyum khasnya, Pak Kamta (begitu panggilan Ketua DPW PKS DIY ini) menuturkan kalau PKS DIY tak ada rencana untuk mendemo rumahnya Pak Busyro. “Pak Busyro merupakan salah satu tokoh masyarakat Jogja yang kami hormati, kalaupun ada perbedaan pandangan antara beliau dengan PKS akhir-akhir ini tentu bukan seperti itu kami mensikapinya,” ujar doktor lulusan Inggris ini. “Memang ada sikap beberapa kader kami yang terlalu sensitif atas komentar pak Busyro, tapi tak banyak,” imbuh Anggota DPRD DIY ini. “Itupun saya yakin bukan menyerang beliau sebagai pribadi, namun hanya meminta KPK berlaku adil dan tidak tebang pilih dalam penegakkan hukum,” tambahnya.
Ungkapan menarik justru muncul dari salah satu pengurus teras PKS DIY yang ikut membersamai Pak Kamta dengan senyum spontan berucap, "Gak mungkin kami mendemo rumah Pak Busyro, lha wong beliau itu kakak ipar saya kok".
Secara terpisah, Ketua Bidang Pemenangan Pemilu PKS DIY Setiya meyakini bahwa Busyro Muqoddas semestinya sudah sangat memahami karakter kader PKS DIY, apalagi hubungan Busyro dengan PKS DIY sangat dekat. "Saya yakin Pak Busyro tahu betul sifat kader-kader PKS DIY, beliau lama berinteraksi dengan kami. Kami masih sama seperti dulu yang santun dan menjaga akhlak. Kami tak pernah anarkis. Perbedaan pendapat bagi kami tak menjadi alasan untuk memutus hubungan baik dan silaturohmi," ujar Setiya.
Lebih lanjut Setiya menjelaskan bahwa hubungan Busyro dengan PKS (khususnya DIY) dulu sangat dekat, karena pada pemilu tahun 2004 PKS DIY mengusung Pak Busyro dalam bursa pencalonan DPD RI, “Sayangnya perjuangan kami saat itu belum berhasil, walau kader-kader kami hingga pelosok desa telah totalitas tanpa pamrih bahkan turut merogoh kocek sendiri untuk mengkampanyekan beliau. Sebetulnya hal inilah yang membuat tanda tanya besar bagi pengurus dan kader PKS DIY kenapa akhir-akhir ini Pak Busyro justru "menyerang" PKS, atau jika meminjam istilah Pak Hidayat Nurwahid 'miring' terhadap PKS," papar lelaki asli Jogja ini.
Seperti ramai diberitakan dua tiga hari terakhir ini, pernyataan-pernyataan Pak Busyro Muqodas di media memang kerap miring terkait PKS. Ketua KPK ini bahkan menyatakan kader-kader PKS itu taat tetapi tidak kritis (pada pemimpinnya). Bahkan sempat di media diberitakan Pak Busyro 'menantang' mana yang akan bubar, PKS atau KPK. Pernyataan-pernyataan inilah yang sangat disayangkan Pak Hidayat Nurwahid. Ketua Fraksi PKS ini menyarankan aparat penegak hukum fokus dengan tugasnya menegakkan hukum tidak malah 'bermain' politik. PKS sangat menghormati proses hukum. Kader dan pimpinan PKS yang dipanggil KPK menjadi saksi semuanya juga sudah datang memenuhi panggilan itu. Bahkan dua pucuk pimpinan PKS, Presiden dan Ketua Majlis Syuro PKS, juga sudah hadir memenuhi panggilan KPK, tak seperti Sri Mulyani yang justru KPK harus “sowan” ke Amerika untuk meminta keterangan padanya, begitu pula dengan Boediono yang terkesan "didiamkan" KPK dalam kasus Century yang telah merugikan negara trilyunan rupiah.
Terpisah, Ketua Bidang Humas PKS DIY Arif Rahman Hakim membantah jika kader PKS taat tapi tidak kritis pada pimpinannya, “Kami taat pada pimpinan kami jika mereka benar, tapi jika mereka salah, tak ada kewajiban kami untuk taat pada mereka, sebagaimana kita shalat, jika imam salah, tentu harus diingatkan dan ditegur oleh makmum, apalagi jika imam batal, maka dia harus berhenti jadi imam,” jelas Arif. “Tahun 2004 dulu kami juga taat pada pimpinan kami saat diperintahkan untuk mendukung pak Busyro, dan karena kami melihat pak Busyro memang baik, tentu kami ikut mendukung beliau saat itu,” imbuh Arif. *** [pkspiyungan]
0 Comments
Tweets
Komentar