pkssiak.org, JOGJA - Kemarin pagi (Senin, 26/5/13) kantor DPW PKS DI
Yogyakarta kedatangan tamu tak biasa. Dua orang petugas dari kepolisian
“rawuh” di kantor PKS yang berlokasi di wilayah kecamatan Umbulharjo
Yogyakarta ini. Satu dari petugas Polres Kota Yogyakarta, satunya dari
Polsek Umbulharjo. Kedatangan mereka disambut hangat dan ditemui
langsung Ketua DPW PKS DIY, DR Sukamta, ditemani beberapa pengurus yang
lain.
Menurut penuturan Pak Polisi ini, mereka datang dalam rangka
mengkonfirmasi laporan dari staf Ketua KPK Pak Busyro Muqoddas
berinisial "I" yang menelpon (melaporkan) bahwa rumah Pak Busyro yang
hanya berjarak sekitar 2 km dari kantor DPW PKS DIY hari itu akan didemo
oleh kader-kader PKS.
Dengan senyum khasnya, Pak Kamta (begitu panggilan Ketua DPW PKS DIY
ini) menuturkan kalau PKS DIY tak ada rencana untuk mendemo rumahnya Pak
Busyro. “Pak Busyro merupakan salah satu tokoh masyarakat Jogja yang
kami hormati, kalaupun ada perbedaan pandangan antara beliau dengan PKS
akhir-akhir ini tentu bukan seperti itu kami mensikapinya,” ujar doktor
lulusan Inggris ini. “Memang ada sikap beberapa kader kami yang terlalu
sensitif atas komentar pak Busyro, tapi tak banyak,” imbuh Anggota DPRD
DIY ini. “Itupun saya yakin bukan menyerang beliau sebagai pribadi,
namun hanya meminta KPK berlaku adil dan tidak tebang pilih dalam
penegakkan hukum,” tambahnya.
Ungkapan menarik justru muncul dari salah satu pengurus teras PKS DIY
yang ikut membersamai Pak Kamta dengan senyum spontan berucap, "Gak
mungkin kami mendemo rumah Pak Busyro, lha wong beliau itu kakak ipar saya kok".
Secara terpisah, Ketua Bidang Pemenangan Pemilu PKS DIY Setiya meyakini
bahwa Busyro Muqoddas semestinya sudah sangat memahami karakter kader
PKS DIY, apalagi hubungan Busyro dengan PKS DIY sangat dekat. "Saya
yakin Pak Busyro tahu betul sifat kader-kader PKS DIY, beliau lama
berinteraksi dengan kami. Kami masih sama seperti dulu yang santun dan
menjaga akhlak. Kami tak pernah anarkis. Perbedaan pendapat bagi kami
tak menjadi alasan untuk memutus hubungan baik dan silaturohmi," ujar
Setiya.
Lebih lanjut Setiya menjelaskan bahwa hubungan Busyro dengan PKS
(khususnya DIY) dulu sangat dekat, karena pada pemilu tahun 2004 PKS DIY
mengusung Pak Busyro dalam bursa pencalonan DPD RI, “Sayangnya
perjuangan kami saat itu belum berhasil, walau kader-kader kami hingga
pelosok desa telah totalitas tanpa pamrih bahkan turut merogoh kocek
sendiri untuk mengkampanyekan beliau. Sebetulnya hal inilah yang membuat
tanda tanya besar bagi pengurus dan kader PKS DIY kenapa akhir-akhir
ini Pak Busyro justru "menyerang" PKS, atau jika meminjam istilah Pak
Hidayat Nurwahid 'miring' terhadap PKS," papar lelaki asli Jogja ini.
Seperti ramai diberitakan dua tiga hari terakhir ini,
pernyataan-pernyataan Pak Busyro Muqodas di media memang kerap miring
terkait PKS. Ketua KPK ini bahkan menyatakan kader-kader PKS itu taat
tetapi tidak kritis (pada pemimpinnya). Bahkan sempat di media
diberitakan Pak Busyro 'menantang' mana yang akan bubar, PKS atau KPK.
Pernyataan-pernyataan inilah yang sangat disayangkan Pak Hidayat
Nurwahid. Ketua Fraksi PKS ini menyarankan aparat penegak hukum fokus
dengan tugasnya menegakkan hukum tidak malah 'bermain' politik. PKS
sangat menghormati proses hukum. Kader dan pimpinan PKS yang dipanggil
KPK menjadi saksi semuanya juga sudah datang memenuhi panggilan itu.
Bahkan dua pucuk pimpinan PKS, Presiden dan Ketua Majlis Syuro PKS, juga
sudah hadir memenuhi panggilan KPK, tak seperti Sri Mulyani yang justru
KPK harus “sowan” ke Amerika untuk meminta keterangan padanya, begitu
pula dengan Boediono yang terkesan "didiamkan" KPK dalam kasus Century
yang telah merugikan negara trilyunan rupiah.
Terpisah, Ketua Bidang Humas PKS DIY Arif Rahman Hakim membantah jika
kader PKS taat tapi tidak kritis pada pimpinannya, “Kami taat pada
pimpinan kami jika mereka benar, tapi jika mereka salah, tak ada
kewajiban kami untuk taat pada mereka, sebagaimana kita shalat, jika
imam salah, tentu harus diingatkan dan ditegur oleh makmum, apalagi jika
imam batal, maka dia harus berhenti jadi imam,” jelas Arif. “Tahun 2004
dulu kami juga taat pada pimpinan kami saat diperintahkan untuk
mendukung pak Busyro, dan karena kami melihat pak Busyro memang baik,
tentu kami ikut mendukung beliau saat itu,” imbuh Arif. *** [pkspiyungan]