Bubarkan Metro TV, TV One dan Tempo!
By: Abul Ezz
Rabu, 22 Mei 2013
0
pkssiak.org - “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al-Hujurat : 6].
Jujur
saya katakan ini sudah mencapai titik ketidakwajaran, dimana media yang
seharusnya menyampaikan kebenaran berubah menjadi penyampai kebohongan.
Hal ini semata-mata karena perut, dengan perut idealism bisa di jual.
Sehingga independensi terabaikan. Di tulisan ini saya tidak mau
menggunakan kata oknum, media yang saya maksud itu adalah MetroTV, TVOne
dan MNC group juga beberapa media cetak seperti Tempo.
Saya
paham bahwa berita itu adalah bisnis, tanpa ada berita mereka tidak ada
income untuk memberi gaji kepada karyawan dan untuk operasional media
itu. Sehingga para jurnalis mencari dan memuat berita yang laku di
pasaran, terserah berita itu benar atau salah yang penting laku. Hal ini
saya dapatkan dari beberapa kali mengikuti pelatihan jurnalistik dan
Focus Group Diskusi (FGD) dengan jurnalis. Hal ini adalah kenyataan di
lapangan bahwa berita adalah bisnis.
Namun
berita beberapa hari belakangan ini saya nilai sudah sangat cukup
keterlaluan. Pasalnya kebohongan yang bertubi-tubi di publish ke
khalayak ramai tanpa ada berita klarifikasi setelah mendapat kebenaran.
Contoh
kasus saya paparkan di sini antara lain adalah kasus LHI. Dari awal
media yang saya sebutkan tadi memberitakan dengan sangat massif kepada
khalayak ramai bahwa LHI tertangkap tangan kasus korupsi impor daging
sapi. Padahal sebenarnya adalah Fathanah di tangkap di hotel bersama
Maharani dan LHI dijemput di kantor DPP PKS. Kasus tangkap tangan ini
sangat dipaksakan, gimana caranya yang penting LHI ke tangkap tangan.
Namun media memberitakan LHI ke tangkap tangan, ke tangkap tangan dan ke
tangkap tangan dengan berita bertubi-tubi.
Namun
setelah terbukti bahwa LHI tidak terbukti ditangkap dalam keadaan
tangkap tangan, dan itu salah satu kesalahan prosedur menangkap orang
tanpa ada bukti. Karena ada peraturan di KPK yang boleh ditangkap
langsung adalah kasus ke tangkap tangan. Namun dari alasan itulah KPK
bisa menangkap LHI padahal sebenarnya KPK tidak dibolehkan menangkap
langsung tanpa ada keputusan siding bahwa LHI menjadi tersangka.
Nah
kesalahan KPK ini tidak ada dan tidak pernah di publish oleh media baik
MetroTV, TVOne, Tempo dan kawan-kawan. Sehingga opini yang terbentuk di
masyarakat itu adalah LHI tertangkap tangan dan KPK berhak untuk
menangkapnya. Ini adalah pembunuhan karakter, perusakan citra yang
dilakukan oleh media. Implikasinya adalah menguntungkan beberapa pihak,
yaitu rival (lawan politik) PKS.
Siapa
dibalik media itu? MetroTV miliknya Surya Paloh ketua umum Partai
Nasional Demokrat, TVOne adalah miliknya Aburizal Bakrie ketua Umum
Partai Golkar. Sedangkan Tempo itu adalah media titipan misionaris. Yah
tentunya dengan perusakan citra untuk PKS akan menurunkan suara PKS pada
pemilu 2014 ini. Dan itulah yang diharapkan oleh rival PKS ini.
Hal
yang serupa juga dilakukan kepada partai Demokrat yang merupakan rival
Partai Nasdem dan Golkar juga Hanura. Berita kecil di besar-besarkan
agar citra partai ini rontok. Dan yang akan naik adalah partai mereka
yaitu NASDEM dan Golkar. Ini semata-mata untuk suksesi pemilu 2014.
Saya
sangat sepakat dengan pernyataan mantan Presiden RI B. J. Habibie yang
menyatakan “sangat berbahaya bila media adalah milik anggota suatu
partai”. Saya sudah melihat media ini, agar public tidak curiga ke
independenan media ini, mereka membuat sesekali berita tentang keburukan
partainya, namun berita itu tidak sebesar atau sebanding dengan berita
untuk partai lain. Dalam hal ini adalah Demokrat dan PKS yang di babat
habis.
Jika
ada rilis, siaran pers, aksi yang menuntut pembubaran media ini, tidak
pernah di publish. Seperti kasus penuduhan Rohis sarang teroris. Padahal
aksi yang dilakukan oleh aktivis roshis se-Indonesia dilakukan. Aksi
yang dilakukan sangat besar atas penolakan siaran MetroTV bahwa Rohis
sarang teroris. Namun berita itu tidak besar karena tidak di siarkan
oleh TV itu.
Sangking
bencinya kepada suatu partai media ini juga tidak tanggung-tanggung
memuat berita. Seperti kasus PKS menolak kenaikan BBM menjadi PKS dukung
kenaikan BBM. Kasus PKS laporkan KPK ke kepolisian menjadi KPK lapor
Johan Budi ke kepolisian. Sampai pemberian orang yang bukan juru bicara
KPK disebut juru bicara KPK. Sehingga masyarakat mengira itu adalah
perwakilan KPK, padahal bukan. Ini semata-mata untuk memuluskan
pemberitaan bohong kepada masyarakat.
Implikasinya
adalah masyarakat mendapat informasi yang selalu tidak ada
penyelesaiannya. Masyarakat tidak mengetahui kebenaran, dan itu adalah
ghazwul fikri yang dilakukan oleh media itu. Dan balasannya adalah
neraka jahanam kepada media yang memberitakan kebohongan. Karena dengan
berita yang salah akan mengakibatkan pertumpahan darah dan jutaan orang
yang dirugikan.
Saya
berharap kepada pemerintah sudah seharusnya mengevaluasi kebebasan pers
ini. Semata-mata untuk kemaslahatan masyarakat, bila perlu dibubarkan
saja. Hingga cukup TVRI saja yang bisa di kontrol langsung oleh
pemerintah. Dengan pernyataan ini saya yakin kawan-kawan dari media
maupun jurnalis tidak setuju. Namun saya sudah men SWOT lebih banyak
baiknya seperti harapan saya tadi yaitu bubarkan Metro TV, TV One dan
Tempo.
Saya
berharap kepada masyarakat yang membaca tulisan ini kembali membuka
hati nuraninya. Untuk menyaring berita yang dilakukan oleh media yang
ditunggangi ini. Berharap masyarakat tidak langsung percaya atas semua
pemberitaan yang disiarkan. Solusinya adalah tabayun, mengklarifikasi
berita itu kepada orangnya langsung atau keluarganya. Saya juga yakin
tidak semua orang membaca tulisan ini, namun usaha saya untuk
menyampaikan kebenaran ini. Saya berharap juga kepada yang telah membaca
tulisan ini untuk menyampaikan secara lisan kepada masyarakat sekitar.
Agar mereka tidak tersesatkan dengan berita-berita yang sesat. Dan
semoga ini menjadi amal jariah kita. Aamiin..
By: Arida Sahputra - Dakwatuna
DPD PKS Siak - Download Android App