Bersyukurlah Kala Terkena Musibah
By: admin
Jumat, 31 Mei 2013
0
pkssiak.org - Allah
Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan apapun bentuk musibah yang
menimpa kalian, maka itu adalah disebabkan oleh ulah tangan-tangan
kalian sendiri, padahal Allah memaafkan (menutupi dan tidak menghukum)
sebagian besar yang lain (diantara kesalahan-kesalahan kalian).” (QS.
Asy-Syura [42]: 30)
Kita tidak bisa membayangkan seandainya
seluruh kesalahan, kelalaian, keteledoran, pelanggaran, kemaksiatan dan
dosa kita, disingkap dan dibeber semuanya serta dihukum setimpal oleh
Allah Ta’ala di dalam hidup di dunia ini! (lihat misalnya QS. An-Nahl
[16]: 61) dan QS. Fathir [35]: 45). Allahumma ‘afwaka..! Ya Allah, ampunan-Mu-lah yang selalu kami harap..!
Ini yang sering saya katakan bahwa, saat
tertimpa ujian musibah buruk yang biasanya seseorang akan diingatkan
agar banyak bersabar dalam menghadapinya, dengan sedikit tafakkur,
perenungan dan muhasabah (introspeksi/evaluasi diri), kita akan segera
tersadar bahwa, ternyata justru sikap syukur-lah yang lebih butuh
dihadirkan disitu! Demi mengingat dan menyadari betapa masih lebih
banyak dan lebih dominan dosa-dosa yang Allah maafkan dan ampuni,
minimal dengan menutupinya dan tidak membeberkan kebanyakannya. Belum
lagi bila mengingat dan menyadari pula beragam karunia kenikmatan dan
kerahmatan tak terhingga yang masih tetap Dia limpah ruahkan kepada
kita, ditengah kemaksiatan dan dosa-dosa kita! Namun betapa seringnya
kita melalaikannya?!
Sebagaimana sebaliknya, saat beroleh
ujian baik berupa kenikmatan yang menyenangkan, dimana biasanya akan
dinasehatkan agar kita banyak bersyukur atasnya, dengan sedikit tafakkur
dan perenungan pula, kitapun akan segera ingat dan sadar bahwa, dalam
menerima, menyikapi dan mempertanggung jawabkan kenikmatan tersebut,
sangat boleh jadi ternyata justru sifat dan sikap sabarlah yang lebih
dituntut disana, daripada syukur!
Karena sabar dan syukur memang harus
senantiasa bergandengan, dalam kondisi dan situasi apapun, dan tidak
mungkin dipisahkan satu sama lain. Sebab salah satunya memang merupakan
sarana utama, landasan dan bahkan syarat bagi yang lainnya. Sifat sabar
adalah sarana utama, landasan dan bahkan syarat bagi syukur. Begitu pula
sebaliknya, sifat syukur merupakan sarana utama, landasan, dan bahkan
syarat bagi sikap sabar. Atau dengan kata dan ungkapan lain, tiada sabar
tanpa syukur, dan tiada syukur tanpa sabar. Sehingga hanya orang pandai
bersyukurlah yang mampu benar-benar bersabar saat tertimpa ujian
keburukan berupa musibah yang menyusahkan! Demikian pula, hanya orang
sabarlah yang mampu benar-benar bersyukur atas ujian kebaikan berupa
kenikmatan yang menyenangkan!
Oleh karena itu, di kala Allah
menimpakan musibah buruk dan berat yang menyesakkan, disamping tentu
saja harus istiqamah dan tsabat (teguh) dalam menghadapinya dengan penuh
kesabaran, mari tak henti pula memuji Allah Ta’ala dan bersyukur
kepada-Nya, dengan pujian dan sikap syukur yang sebenar-benarnya. Bukan
bersyukur atas musibah yang melanda. Melainkan bersyukur karena kita
sadar bahwa, yang Allah tutupi diantara kesalahanan-kesalahan kita,
kelalaian-kelalaian kita, keteledoran-keteledoran kita,
pelanggaran-pelanggaran kita, kemaksiatan-kemaksiatan kita, dan
dosa-dosa kita, baik yang syar’i (pelanggaran terhadap ketentuan hukum syariah Allah) maupun yang kauni (pelanggaran terhadap ketentuan hukum sunnatullah yang berlaku di alam ini)…
Ya, ternyata apa yang Allah tutupi
tetaplah masih jauh lebih banyak dan lebih dominan, daripada yang Allah
singkap, Allah beber dan Allah hukum! Belum lagi bila musibah yang
menimpa itu, sebesar dan seberat apapun, yang tiada lain juga akibat
kesalahan, keteledoran, kelalaian, kemaksiatan dan dosa kita-kita
sendiri… bila dibandingkan dengan berlimpah anugerah kenikmatan dan
kerahmatan yang masih tetap Allah pertahankan dan curahkan kepada kita,
dalam berbagai aspek dengan beragam bentuknya dalam hidup ini! Dan
hasilnya? Tentu saja sangat tidak sebanding sama sekali, dan bahwa,
musibah yang terjadi itu sangatlah tidak ada apa-apanya sama sekali!
Nah, jika demikian halnya, maka bukankah
benar bahwa, saat musibah menimpa, dengan sedikit perenungan saja,
ternyata kita lebih butuh bersyukur daripada bersabar?
Ada yang setuju dengan saya?
DPD PKS Siak - Download Android App