Select Menu

Iklan 1080x90

SaintekSIROH

PKS BERKHIDMAT UNTUK RAKYAT

BERITA SIAK

FIQIH

SIROH

Kesehatan

Saintek

Video Pilihan

» » » "AS Tidak Ingin Kemenangan Mursi Terulang di Indonesia oleh PKS"

"AS Tidak Ingin Kemenangan Mursi Terulang di Indonesia oleh PKS"


By: Abul Ezz Kamis, 16 Mei 2013 0


"Membaca Arah Tuduhan Korupsi Sapi dan Wahabi"


By: Nandang Burhanudin

pkssiak.org - Sejak Masa Penjajahan hingga beberapa kali Pemilihan Umum yang diselenggarakan pada era Orde Lama, Wahabi seringkali menjadi objek perjuangan yang ditikam fitnah dan diupayakan penghapusan atas eksistensinya.
Buya HAMKA, ulama kharismatik Indonesia yang mendunia mengatakan, “Seketika terjadi Pemilihan Umum, orang telah menyebut-nyebut kembali yang baru lalu, untuk alat kampanye, nama “Wahabi.” Ada yang mengatakan bahwa Masyumi itu adalah Wahabi, sebab itu jangan pilih orang Masyumi. Pihak komunis pernah turut-turut pula menyebut-nyebut Wahabi."
Sekarang “Wahabi” dijadikan alat kembali oleh beberapa golongan tertentu untuk menekan semangat kesadaran Islam yang bukan surut ke belakang di Indonesia ini, melainkan kian maju dan tersiar. Kebanyakan orang Islam yang tidak tahu di waktu ini.
Sejatinya, umat sudah mulai paham. Bahwa ajaran Islam sesungguhnya, bukan sekedar hapal ribuan ayat Al-Qur'an, paham ribuan hadis Nabi. Namun ajaran Islam itu harus diimplementasikan dalam independensi sikap dan totalitas akhlak mulia. Maka kita paham, mengapa Musabaqah Tilawah Al-Qur'an didukung besar-besaran? Sebab di situ ada UANG BESAR. Demikian haji, difasilitasi. Karena di masalah haji, ada berlipat-lipat materi yang kasat mata dikorupsi.
Umat terus dieperdaya. Aktivitas keislaman yang sebataas mengibar-ngibarkan bendera Laa Ilaaha Illallaah, namun tanpa didukung perjuangan riil yang membumi. Insya Allah akan tetap didukung, malah jika perlu diberi pengamanan khusus dari kalangan Polri hingga TNI. Tapi jika perjuangan Islam yang menentang terhadap arogansi dan menolak perbudakan modern, pasti digembosi sesuai pesanan Big Bos.
Ternyata, AS lebih menganggap bahaya kemerdekaan Indonesia dengan swasembada SAPI daripada sekedar teriakan Laa Ilaaha Illaah, Allaahu Akbar di seminar-seminar. Karena saat Indonesia berhenti mengimpor sapi, itu sama dengan upaya merongrong ekonomi AS. Ada yang tahu, berapa setiap tahun nilai impor sapi Indonesia dari AS-Australia? Pasti mencengangkan bukan?
Ternyata bagi Paman Sam, swasembada kedelai bagi pengrajin tahu-tempe Indonesia, jauh lebih membahayakan daripada aksi teror para teroris kacangan di Indonesia. Mau tahu berapa milyar dollar "setoran" impor kedelai Indonesia ke AS?
Ternyata bagi Barat, lebih berbahaya kedaulatan energi daripada paham Wahabi. Karena paham Wahabi di Saudi sendiri sudah lama mati.
Ini yang dipelajari Moursi, saat ini. Untuk swasembada pangan yang di era Mubarak 90 % impor dari AS, maka Moursi melakukan langkah nyata dengan membangun JALAN DARAT Mesir-Sudan. Jarak tempuh yang biasanya 3 hari, menjadi hanya hitungan jam. Manfaatnya dirasakan nyata, Moursi dapat mengendalikan harga daging SAPI dan GANDUM, dan mengalihkan impor yang dikuasai mafia-mafia Barat dengan mengimpor SAPI dan Gandum dari SUDAN. Makanya AS-Barat berang.
Untuk kemampuan militer, Moursi menjalin hubungan dengan China, Brazil, Turki, Iran, dan Rusia. Makanya AS murka.
Jadi, suka atau tidak, mau atau tidak mau, terasa kental hubungan antara aksi KPK-tuntutan ICW-pernyataan KH. Agiel Siradj, ketua PBNU yang saya yakin tidak mewakili mainstream NU, yang satu persatu bersahutan: Tuduhan KORUPSI SAPI-TERORIS-PAHAM WAHABI. Ingat dalam satu waktu bersamaan! Namun endingya sama: BUBARKAN PKS!
1. Karena ia WAHABI
2. Karena ia cikal bakal teroris hanya karena banyak hapalan quran, suka shalat malam, suka puasa sunnah.
3. Karena ia korupsi SAPI.
Tujuannya jelas, menyingkirkan Islam haraki di perhelatan akbar politik Indonesia. Bahaya laten PKS, sama bahanya dengan bahaya laten MASYUMI.

Afalaa ta'qiluun?


7: 29, KL: 16/05/13



DPD PKS Siak - Download Android App


«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama
0 Comments
Tweets
Komentar