Anis Matta Sang Mu’asshil dan Mutthawwir
By: Abul Ezz
Senin, 06 Mei 2013
0
Oleh Mangaraja Halongonan Hrp*
pkssiak.org - Tulisan ini merupakan telaah terhadap tantangan dan hambatan yang
dialami oleh fase-fase dakwah yang hendak berkembang. Islam setelah
diteriakkan dan bendera dikibarkan tidak pernah henti-hentinya untuk
dihina dan dicaci maki oleh musuh-musuhnya. Sebab itu penulis ingin
bersama-sama pembaca menilik perjalanan dakwah melalui tulisan ini.
Penulis mengatakan adalah orang yang masih lemah pemahamannya terhadap
dakwah ini, karena dalam tulisan ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Namun saya hanya ingin mengetahui dan ingin belajar dan
berbagi terhadap antum tentang tajribiyah (pengalaman) dakwah dari masa
ke masa. Yaitu tentang Visi dan Misi Dakwah Islamiyah ketika
Rasulullash wafat. Penulis ingin menyampaikan kisah tentang Dakwah
Khalifaurrasyidin (Abu Bakr dan Umar Bin Khattab), Kisah Dakwah Ikhwanul
Muslimin (Hasan Al-Banna dan para sahabatnya) dan Kisah Dakwah Tarbiyah
Hizbul Adalah Wassalamah (PKS di Indonesia).
A. Abu Bakr sang Mu’asshil (pemelihara orisinalitas dakwah) dan Umar Bin Khattab sang Mutthawwir (pengembang dakwah)
Dua sahabat yang sangat mulia yaitu Abu Bakar Siddiq dan Umar Bin
Khattab. Sahabat rasulullah yang beliau sebutkan dalam haditsnya
“Seandainya Pahala 2 sahabatku ini (Abu Bakr dan Umar) ditimbang dengan
pahala umatku sedunia niscaya tidak akan mampu untuk menandinginya”.
Ketika rasulullah dijemput sang khaliq untuk kembali kepangkuannya, umat
islam merasakan kegoncangan, sedih, kecewa, putus asa antara percaya
dan tidak percaya terhadap kondisi yang telah menimpa mereka. Para
sahabat rasulullah ada yang sudah mulai berkelompok-kelompok sehingga
antar satu kelompok dengan kelompok yang lain mulai berbeda atau tidak
saling percaya. Namun diantara mereka masih ada beberapa sahabat yang
pemahaman dakwahnya masih ta’shil (orisinal), sehingga mereka dengan
giatnya untuk menyatukan umat islam kembali sebelum rasulullah
dimakamkan, yaitu Sahabat Abu Bakar Assiddiq, Umar Bin Khattab dan Abu
Ubaidah Aljarrah.
Singkatnya, terpilihlah sahabat Abu Bakar menjadi Khalifah pertama
setelah rasulullah wafat. Kejadian ini sangat terasa sedih dan terpukul
sekali bagi umat islam, dimana mereka kehilangan sosok rasul (teladan)
bagi mereka, karena kejadian yang menimpa ini ada diantara para sahabat
yang tidak mau lagi seutuhnya menjalankan syariat islam, ada yang tidak
patuh pada khalifah terpilih, lalu diantara mereka ada yang membangkang.
Apa yang terjadi seandainya permasalahan ini terus berlanjut, dibiarkan
begitu saja sehingga dakwah mulai hilang, dan yang terjadi hanyalah
peperangan antar umat islam. Sang khalifah Abu Bakar As-Siddiq tidak
tinggal diam, dengan tegas beliau mengatakan kepada sahabatnya Umar Bin
Khattab, perangi mereka yang tidak mau membayar zakat, hancurkan mereka
yang mengaku sebagai nabi apalagi yang tidak patuh pada pemimpin.
Sahabat Umar Bin Khattab terkejut mendengar perintah khalifah, lalu ia
bertanya, “wahai khalifah, mereka itu adalah saudara kita, lantas kenapa
mereka harus kita bunuh. Bukankah itu menyalahi aturan? Khalifah
menjawab, “wahai Umar Bin Khattab, dimanakah keberanianmu yang dulu itu.
Jikalau engkau tidak mau untuk memerangi mereka, hari ini selagi aku
masih bisa menggenggam pedang ini dan menunggangi kuda maka aku sendiri
yang akan turun untuk memerangi mereka sehingga tidak ada lagi fitnah
dalam umat islam.” Sang khalifah yang begitu lembut, bisa menjadi tegas
dan bijaksana, yang akhirnya umat islam kembali bersatu. Intinya
perjuangan sahabat Abu Bakar adalah memperjuangkan tentang Ta’shil
Dakwah (Orisinalitas Dakwah), keaslian dakwah. Sehingga umat islam itu
tidak boleh bercerai berai, harus bersatu dalam menjalankan syariat
islam permukaan bumi ini. Adapun masa kerja Khalifah Abu Bakar As Siddiq
adalah 2 tahun 3 bulan dan semua program kerjanya yaitu memelihara
orisinalitas dakwah berjalan dengan baik dan sempurna, dan pada saat ini
umat islam telah menjadi wahdatul islamiyah (islam yang satu) dan ini
ditandai dengan kebangkitan umat islam.
Lalu bagaimana dengan Khalifah Umar Bin Khattab? Setelah masa kerja
khalifah umar bin khattab berjalan dengan sempurna, kepemimpinan Umar
Bin Khattab ditandai dengan Masa Tathwir (pengembangan). Khalifah
melanjutkan perjuangan yang dilakukan oleh rasulullah yaitu menyebarkan
islam keberbagai penjuru sehingga islam bertumbuh dan berkembang dengan
pesat, sampai mesjid al-aqsha direbut kembali umat islam setelah beribu
tahun lamanya dikuasai oleh orang-orang yahudi. Dan perjuangan untuk
merebut al-aqsha (alquds/tempat suci bagi umat islam) itu diraih dengan
mudah tanpa peperangan sedikitpun, hanya melalui lobi dan negosiasi
sehingga umar bin khattab dikagumi oleh orang-orang yahudi dan nasrani.
Masa kerja Umar Bin Khattab selama menjadi khalifah 10 tahun dan puncak
kejayaan islam terjadi pada masa Umar Bin Khattab, perjuangan beliau
tidak lepas dari perjuangan yang telah didahului oleh khalifah abu bakar
as-siddiq menuju wahdatul islamiyah.
Bila kita mencermati kepemimpinan khalifah Abu Bakr As-siddiq
radhiyallahu’anhu mencerminkan visi ta’shil (pemeliharaan
orisinalitas), sedangkan kepemimpinan Khalifah Umar Radhiyallahu’anhu
mencerminkan visi tathwir (pengembangan). Ta’shil dan Tathwir adalah
sebuah wacana tentang Visi dan Misi Dakwah Islamiyah. Dan kejadian
tersebut selalu berlaku setiap zamannya, dan disetiap zaman itu pasti
ada yang memecahkan masalahnya.
B. Ikhawanul Muslimin (Hasan al-Hudaibi, Hamid Abun Nasr, Mustafa
Masyhur, Sayyid Qutub dan Muhammad Qutub Sang Mu’asshil “pemelihara
orisinalitas” dan Umar Tilmisani, Yusuf Qardhawi, Muhammad Al-Ghazali
Sang Mutthawwir “pengembang”)
Mari kita menilik kembali bagaimana peliknya gambaran dakwah Ikhwanul
Muslimin yang pendirinya ialah Hasan Al-Banna. Pada suatu hari, saat
penjara-penjara Mesir benar-benar berubah menjadi madzhabah (pejagalan)
dalam arti harfiyah, seorang opsir membawa Mushtafa Masyhur muda bersama
seoranga anggota usrahnya yang tak hilang-hilang gemetar dan
kengeriannya melihat penyiksaan yang diluar batas khayalan manusia. Ya
Naqib (pimpinan grup), bagaimana nasib kita bila mereka lemparkan kita
ke sarang srigala lapar atau lubang busuk tanpa kehidupan? Dengan mantap
Mushtafa Masyhur menjawab: “Mereka dapat membuang kita ketempat manapun
yang kita takuti, namun ketahuilah mereka takkan mampu membuang kita
ketempat yang tak ada Allah.”
Kondisi para kader ikhwanul muslimin sangat mengkhawatirkan, karena
pemimpinnya (Hasan Albanna) telah meninggal dibunuh, kemudian api fitnah
disemburkan, tuduhan terhadap jamaah ini digencarkan sehingga para
kadernya ikhwanul muslimin ada yang bertahan dan ada yang keluar dari
jama’ah. Namun Hasan Al-Hudaibi, sebagai pemimpinnya tetap memberikan
semangat kepada para kadernya, melakukan kunjungan, pro-aktif dalam
menyatukan umat islam, sehingga jamaah ikhwanul tetap berlanjut. Masa
kepemimpinan beliau bermacam fitnah digencarkan kepada jamaahnya,
jamaah ini diprovokasi terhadap jamaah islam lainnya, sehingga jamaah
yang lain berbondong-bondong untuk mencaci maki jamaah ikhwanul
muslimin. Karena provokasi tersebut banyak para kader yang tidak tahan
dan ingin melakukan perlawanan kepada jamaah yang memfitnah ikhwanul
muslimin, namun sang mursyid ‘am Hasan al-Hudaibi dengan tegas
mengingatkan para kadernya Nahnu Duatun la Qudlah (Kami Dai, bukan
Hakim). Setelah beliau Hamid Abun Nasr dan Syaikh Mushtafa Masyhur yang
melanjutkan kepemimpinan ikhwanul muslimin. Namun kita lebih menarik
untuk menceritakan kepemimpinan masa Syaikh Mustafa Masyhur, sebab
rujukan tulisan ini adalah Fiqh Dakwah Jilid I.
Pada kepemimpinan beliau lagi-lagi Ikhwanul Muslimin kembali diuji
tentang orisinalitas dakwahnya, yaitu tuduhan tentang ashalah dakwah dan
modal untuk berdakwah. Tuduhan itu digencarkan oleh orang-orang yang
benci terhadap gerakan ikhwanul muslimin, sangkin gencarnya tuduhan itu
terbit disalah satu koran/media di Mesir yang bertajuk “Apakah Ikhwan
dan para pemimpinnya hari ini telah menyimpang dari jalan yang ditempuh
Assyahid Hasal Al-Banna rahimahullah)?” Mushtafa Masyhur menjawab:
Nampaknya wallahu ‘alam ada kalangan yang karena tujuan-tujuan pribadi
ingin menebarkan keraguan terhadap jamaah secara keseluruhan dan malu
untuk terus terang menaburkan keraguan terhadap perjalanan Hasan
Al-Banna agar tak nampak niatnya. Maka mereka katakan ikhwan hari ini
telah menyimpang dari garis perjuangan Hasal Al-Banna. Dengan jawaban
yang singkat dan padat ini gugurlah tuduhan untuk menjatuhkan ikhwanul
muslimin dan pengikutnya. Kemudian tentang kemandirian modal, banyak
kalangan yang benci dan ragu terhadap gerakan ikhwanul muslimin. Mereka
meragukan kemandirian modal yang dimiliki ikhwanul muslimin, dari
keraguan mereka diantaranya mengatakan, “Dari mana ikhwan membiayai
dakwah ini. Suatu anggaran yang sangat besar yang orang-orang kaya saja
tak mampu menanggungnya, terlebih orang-orang miskin? Syaikh Mushtafa
Masyhur dengan tegas membuat tajuk Harta Bersumber Dari Kantung Para Dai
saja. Inilah yang kemudian menjadi jargon dakwah yang sangat populer
Shunduquna Juyubhuna (Brankas kita adalah kantung kita sendiri). dan ini
pula yang ditulis oleh mursyid dan murabbinya sebelum ia tulis risalah
pergerakan ikhwanul muslimin.
Mereka kita sebut sebagai ta’shil dakwah (pemelihara orisinalitas
dakwah), sebab karena langkah, kebijakan dan keistiqamahan mereka
bersama dakwah membuat dakwah tersebut terus berlanjut hingga berkembang
yang dilanjutkan oleh para generasinya.
Selanjutnya para tathwir (pengembang dakwah), yaitu Umar Tilmisani,
Yusuf Qardhawi dan Muhammad Al-Ghazali. Mereka bergeliat berdakwah ke
negara lain untuk menyebarkan murni ajaran islam keberbagai belahan
saudi arabia. Seandainya mereka tetap bertahan di Mesir, maka dakwah
akan mengalami stagnan atau tetap dan tidak akan berkembang. Dan mereka
juga akan mengalami penyiksaan dari penguasa mesir dan penjajah inggris,
sehingga dakwah wahdatul islamiyah akan terhenti sampai di Mesir. Namun
dengan ijtihad syaikh Yusuf Qardhawi dan Muhammad Al-Ghazali yang luar
biasa yaitu menyebarkan ajaran islam ke negara lain, akhirnya dakwah
terus bertumbuh dan berkembang. Kelompok-kelompok ikhwanul muslimin
semakin banyak bertumbuh dan berkembang di luar negara mesir. Mereka ini
kita sebut sebagai tathwir (pengembang dakwah)
C. PK dan PKS di Indonesia (Nurmahmudi Ismail, Hidayat Nurwahid,
Tifatul Sembiring “Sang Mu’asshil”, Luthfi Hasan Ishak dan Muhammad Anis
Matta “Sang Tathwir”)
Ketika pertama kali Partai Keadilan dideklarasikan presiden pertamanya
adalah Nurmahmudi Ismail, partai ini banyak mendapat simpatik dari
khalayak masyarakat karena pendiri-pendiri partai, pemimpin-pemimpinnya
dan kader-kadernya adalah anak-anak muda. Sejak Partai Keadilan
dideklarasikan Tahun 1998 bersamaan dengan setelah reformasi, maka pada
tahun 1999 Partai Keadilan mengikuti Pemilihan Umum. Namun pada saat itu
para kader Partai Keadilan yang duduk dikursi parlemen belum
mendominasi sehingga dalam membuat kebijakan para kadernya belum bisa
mengusulkan kebijakan-kebijakan yang pro dengan rakyatnya. Menteri yang
masuk dalam kabinet masih satu yaitu Pak I.r Nur Mahmudi Ismail,
setelah itu kepemimpinan partai dipimpin oleh Ustadz Dr.Hidayat
Nurwahid.
Pada tahun 2003 Partai Keadilan berubah menjadi Partai Keadilan
Sejahtera, sebab pada pemilu 2004 Partai Keadilan tidak bisa mengikuti
pemilihan umum karena kurang electoral treeshold yang membuat PK tidak
bisa ikut Pemilu. Akan tetapi, langkah para kadernya tidak terhenti
walaupun tidak bisa ikut pemilu namun karena semangat muda yang
menggelora mereka merubah Partai Keadilan menjadi Partai Keadilan
Sejahtera (PKS), yang dipimpin sementara oleh ustadz Al-Muzammil Yusuf.
Setelah Musyawarah Nasional I (Munas I) terpilih ustadz Dr.Hidayat
Nurwahid menjadi presiden partai keadilan sejahtera. Pada tahun 2004
Ustadz Hidayat Nurwahid terpilih menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), dan digantikan oleh Ustadz Ir.
Tifatul Sembiring. Dalam kepemimpinan ustadz Tifatul Sembiring banyak
provokasi dan fitnahan kepadanya dan kepada partainya. Tuduhan dan
fitnahan tersebut membuat sebagian para kadernya keluar dari jamaah
karena mereka berpikir bahwa asholah dakwah tidak lagi sesuai jalurnya.
Namun karena ketegasan dan ketegaran ustadz Tifatul jamaah dakwah ini
tetap bertahan, kemudian kesolidan dan ukhuwah para kadernya sehingga
menimbulkan rasa cinta untuk bersama-sama dalam menegakkan dakwah
ilallah. Selain permasalahan juga timbul dari internal, permasalahan
datang juga dari luar eksternal. Dimana menteri pertanian dari PKS yaitu
Bapak Anton di fitnah dengan berbagai tuduhan sehingga kadernya merasa
kecewa dan para simpatisan kader juga banyak yang mundur.
Begitulah tuduhan dan fitnahan yang mereka teriakkan kepada publik
melalui media-media yang mereka miliki dan kuasai. Namun malah yang
terjadi adalah sebaliknya, suara PKS tahun 2009 nomor urut 4 terbanyak
setelah PD, PDIP, Golkar. Fitnahan dan tuduhan itu tidak mempunyai arti
sendiri bagi PKS untuk menyudutkan dan menjatuhkannya walaupun mereka
tidak memiliki media, koran atau sebagainya.
Kenapa mereka membenci PKS? Apa yang membuat mereka selalu ingin
menjatuhkan PKS? Mungkin pertanyaan ini sudah terjawab dalam diri kita,
karena tujuan PKS adalah Hadharah Islamiyah/ustadziyatul ‘alam
(peradaban islam/peradaban dunia). Semoga fitnahan dan tuduhan tersebut
terus berlanjut sehingga kader PKS selalu bersikap bersiap-siap dan
bersemangat. Dan pada fase ini kita sebut mereka sebagai ta’shil
(pemelihara orisinalitas) karena keistiqamahannya dalam dakwah keteguhan
mereka membuat dakwah ini masih terus berlanjut dan berkembang hingga
saat ini.
Kemudian, kita masuk pada masa kerja tathwir (pengembang) yaitu
kepemimpinan ustadz Luthfi Hasan Ishak, dan ustadz Muhammad Anis Matta.
Ustadz Tifatul Sembiring diangkat menjadi Menteri Komunikasi dan
Informasi (Menkominfo), ustadz Luthfi diangkat menjadi presiden PKS dan
setelah Musyawarah Nasional II dilaksanakan akhirnya yang terpilih
ustadz Luthfi Hasan Ishak. Konsep kepemimpinan beliau menjadi partai
terbuka, dimana orang yang beragama kristen, hindu, budha dan selainnya
boleh bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera. Namun banyak kalangan,
organisasi atau selainnya menghujat PKS, menghina dan ada sebagian
mengatakan bahwa PKS tidak lagi islam. Namun semua itu bisa ditepis oleh
sang kiyadah ustadz Luthfi Hasan Ishak. Islam adalah rahmat bagi
seluruh alam.
Dan pada tahun 2013 atau disebut sebagai tahun politik, Ustadz LHI
difitnah dengan isu kasus suap impor daging sapi dan dituduh dengan
bermain perempuan karena ahmad fathanah yang mengaku sebagai asistennya
tertangkap bersama seorang wanita. walaupun fitnahan dan tuduhan itu
tidak pernah terbukti hingga saat ini, ustadz LHI masih saja ditahan
oleh KPK. Bahkan karena isu terkait kasus suap impor daging tidak
terbukti, isu yang kasus pencucian uang malah digencarkan di media. Ini
adalah fitnahan dan tuduhan yang sangat menyakitkan bagi kader PKS.
Setelah ustadz LHI ditetapkan sebagai tersangka, Ustadz Muhammad Anis
Matta ditetapkan sebagai Presiden PKS. Fitnahan dan tuduhan ini adalah
hal yang paling menyakitkan bagi ustadz Anis dan para kadernya. Karena
isu ini bersamaan dengan pemilihan Gubernur Jawa Barat dan Pemilihan
Gubernur Sumatera Utara yang kader PKS maju dalam pemilihan tersebut.
Lawan politik mereka memanfaatkan momen ini untuk menjatuhkan calon yang
maju dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat dan Sumatera Utara dengan
kasus suap impor daging.
Anis Matta setelah menyampaikan orasi pertamanya dalam konferensi pers
yang diadakan di Kantor DPP PKS sangat membangkitkan semangat dan gairah
para kadernya untuk melakukan taubat nasional dan tetap bersatu dalam
jamaah, meningkatkan persaudaraan, menumbuhkan cinta dalam berjamaah.
Setelah ia berorasi, ia kembali melakukan safari dakwah ke Jawa Barat
untuk memompa semangat para kadernya dalam memenangkan pemilihan
Gubernur. Kemudian beliau melakukan safari dakwahnya ke Sumatera Utara,
juga untuk memompa semangat para kadernya. Setelah itu beliau melakukan
roadsahow dengan bertujuan untuk melakukan konsolidasi antara pengurus
DPP dengan Pengurus DPW dan DPD dalam beberapa provinsi. Strategi beliau
ini juga tidak lepas dalam hal ta’shil (pemeliharaan orisinalitas
dakwah) dan tathwir (pengembangan dakwah) untuk memenangkan partai ini
dalam event setiap pemilihan Gubernur dan pemilihan kepala daerah.
Presiden Muhammad Anis Matta belakangan ini sering disebut sebagai
Soekarno Muda karena kepandaian dan kelihaiannya dalam menyampaikan
orasi pidatonya. Dan ini sudah terbukti karena kedua calon gubernur
telah dimenangkan oleh kadernya, dan beberapa kepala daerah sebab beliau
berhasil membangunkan macan tidur PKS. Oleh karena itu, para pengamat,
analisis dan media menyebutnya sebagai soekarno muda, ada yang
mengatakan bagaikan matahari disiang hari, dan sebagainya. Yang akhirnya
karena dengan bijaknya ia muncullah sebuah jargon yaitu Mission is
Nothing Imposible. Puncak keberhasilannya dalam hal ta’shil dan tathwir
adalah ia berhasil membuat acara Rapimnas PKS dan Milad PKS di Lawung
Sewu salah satu tempat mitos di daerah Jawa Tengah yang juga bertujuan
untuk menembus mitos satu wilayah satu partai dalam hal memenangkan
calon yang didukung oleh PKS dalam pemilihan gubernur Jawa Tengah.
Banyak hal positif yang sangat menarik untuk dituliskan tentang
kepribadian beliau baik sebelum menjadi presiden PKS maupun sesudah
menjadi presiden Partai Keadilan Sejahtera. Oleh karena itu, sangatlah
pantas sekali kita menyebutkan Ustadz Muhammad Anis Matta, L.c sebagai
sang ta’shil dan sang tathwir di era dakwah masa kini.
Situasi dan kondisi antara masa Abu Bakr dan Umar Bin Khattab, Ikhwanul
Muslimin dan PKS di Indonesia sangat jauh berbeda, namun ada persamaan
antara tiga masa tersebut, yaitu dalam hal tsawabitnya. Tsawabitnya
ialah dalam hal memperjuangkan akidah ilallah dan dakwah rasulullah.
Karena dakwah bukan hanya tugas seorang rasul namun semuat umat islam.
Dengan demikian, sewajarnya kita umat islam saling bergandengan tangan
untuk mendukung Ustadz Muhammad Anis Matta mewujudkan peradaban islam di
permukaan bumi ini sehingga tidak ada lagi fitnah yang tersebar
diantara sesama umat manusia. []
Penulis:
Mangaraja Halongonan Hrp, S.Pdi (Sang Dhaif)
*http://politik.kompasiana.com/2013/05/03/anis-matta-sang-tashil-dan-sang-tathwir-557147.html
DPD PKS Siak - Download Android App