Ukhti Nurliani, Sosok Isteri Teladan Kader PKS
By: Abul Ezz
Rabu, 10 April 2013
0
"Menjadi Penyemangat Suami"
Nurliani Ummu Nashifa
Saya lupa kapan persisnya suami diberi amanah sebagai Ketua Ranting
(DPRa) PKS di sebuah kelurahan wilayah ujung perbatasan kota
metropolitan, DKI Jakarta.
Seingat saya, sesaat sebelum amanah itu diemban suami sudah memegang
amanah menjadi Ka Pelayanan diwilayah kelurahan kami, Rorotan, Kecamatan
Cilincing, Jakarta Utara.
Hampir sekitar 3 tahun, amanah yang berat bagi kami, karena tidak
mungkin saya biarkan suami tercinta saya ini memegang amanah berat
tersebut serasa sendirian. Amanah yang sejak awal kalau bisa kami tolak
atau tidak diterima. Seingat saya, lebih enak jadi kader biasa saja
tentunya. Tidak usah jadi pengurus, apalagi diberikan amanah sebesar ini
bagi kami. Namun nasihat Ustadzah Yoyoh Yusroh begitu sering terlintas
di kepala, bahwa berlelah-lelah itu di dunia, istirahatnya di surga.
Bismillah saya dukung suami saya 1000% kalau perlu, untuk mengemban
amanah itu dengan sebaik-baiknya. Dimulailah kami sering diskusi, hal
apa saja yang bisa kami lakukan untuk kelurahan tercinta ini. Kami
tinggal diwilayah ini baru sekitar 6tahun, saat Pilkada DKI 2007 dulu
kami pindah kesini. Bergabung dengan saudara/i disini menjadi oase
kebahagiaan bagi keluarga kecil yang baru kami bangun tersebut. Saat
itu, kami baru memiliki anak satu, usia 5 bulan.
Di awal amanahnya, dimulailah saya lihat suami sering pulang malam dalam
1xsepekan untuk menghadiri rapat di DPC kami belum lagi instruksi
tiba-tiba dari DPW atau DPD untuk menghadiri agenda yang
lain/konsolidasi. Wajah kelelahan dan istirahat yang kurang menjadi
salah satu rutinitasnya. Maklum saja, karena besok paginya suami saya
harus kembali bekerja kantoran.
Kalau saya teringat amanah suami yang berat, seringkali saya support
dengan menanyakan bagaimana program-progam DPRa kedepan. Yang paling
berkesan saat kemarin kami berjuang diPilgub, waktu Ustadz Hidayat
diusung PKS. Ingatan saya muncul, kami berdua selepas pulang kantor
menyusul ke DPW kemudian ke KPUD untuk mengantarkan dengan semangat
qiyadah tercinta kami tersebut. Di mobil langsung kami diskusikan
bagaimana langkah-langkah kedepan untuk mensukseskan langkah Ustadz
Hidayat sebelum biasanya suami saya akan diskusikan di program rutin
syuro pekanan dengan pengurus lainnya.
Kami biasa syuro pekanan di rumah kecil kami, Alhamdulillah rumah ini
menjadi berkah karena menjadi markas bagi kader PKS kelurahan kami untuk
mengadakan syuro semenjak pasca pilkada DKI 2007 lalu. Maklum budget
DPRa terbatas untuk bisa menyewa ruko, lebih baik dananya kami gunakan
untuk keperluan lain yang lebih penting. Pernah sih dicoba untuk sewa,
namun akhirnya pindah lagi kerumah ya karena alasan dana itu.
Pernah suatu malam, suami saya tidak bisa tidur karena bagaimana
bingungnya memikirkan cara yang efektif untuk dapat memenangkan Ustadz
Hidayat dalam Pilgub sedangkan dana belum ada yang turun. Dana kas
terbatas sekali, dan ghirah kaderpun masih belum terlihat. Tetesan
airmatanya mengalir deras, saya jadi ikut menangis dan coba menenangkan
suami bahwa pasti ada jalan untuk kita bisa tetap membuat
program-program ditengah masyarakat kelurahan kami ini.
Kemudian saya sampaikan pada suami, “Abi.., ini umi ada sedikit
tabungan bisa kita belikan alat pembuat pin dan gelas. Kita bisa gunakan
alat tersebut untuk mencari orderan dari DpRa lain,dan juga sebagai
minimalisir dana kampanye.” Alhamdulillah, suami menerima gagasan dan
dana tabungan saya tersebut. Akhirnya kamipun membeli alat tersebut yang
bisa digunakan untuk support pemenangan Pilkada DKI 2012.
Akhir pekan, agenda kami selain diisi jadwal halaqoh rutin tentunya kami
harus berpindah dari RW ke RW yang lainnya untuk mengadakan baksos,
pelayanan kesehatan dan direct selling ke tengah-tengah masyarakat.
Aktivitas ini memang sudah rutin kami lakukan, namun dikala perjuangan
dakwah ini telah ditentukan tentu intensitasnya menjadi lebih
dipersering. Jam tidur tentu kami kurangi, saya bantu suami dengan
segala support untuk terus semangat dan semangat untuk memenangkan
Ustadz Hidayat.
Seringkali kami berdiskusi dan bersyukur bagaimana dikala hempitan
ujian, selalu saja ada jalan kemudahan. Bahkan seringkali kami berdoa
untuk Allah berikan rezeki-rezeki yang tak terduga agar support dakwah
semakin mudah. Saat Pilkada DKI kemarin, saya sedang hamil anak ke-3,
namun ingin saya perlihatkan pada suami. Bahwa istrinya yang sedang
hamil ini, tak lantas menjadi surut semangat dan langkahnya sebagaimana
Asma binti Abu Bakar mencontohkan dalam membantu perjuangan Rasulullah
dan ayahnya.
Sebagai Ketua DPRa, suami sering menceritakan bagaimana qiyadah-qiyadah
telah menyampaikan program-progam yang baik untuk bisa dilaksanakan,
namun sinergisitas dengan seluruh pengurus dan kader di DPRa kami
tentunya harus diselaraskan agar porgram dapat berjalan dengan baik dan
maksimal. Untuk membantu suami, seringkali saya ingatkan jadwal syuro
pekanan DPRa atau membantu beliau mengirim sms tercinta kepada seluruh
kader kelurahan. Bahkan urusan menjawab sms pun saya sering membantu
beliau, tentunya dengan izin beliau dan isi yang sudah sesuai instruksi
:)
Walaupun Allah belum mentakdirkan Ustadz Hidayat menjadi Gubernur DKI
namun aktivitas perjuangan kami tidak terhenti hanya saat momen PilGub.
Aktivitas sosial dan keagamaan kami tetap berjalan, walau kuantitasnya
agak berkurang dikarenakan aktivitas kader diluar juga banyak.
Sungguh amanah ini sangat berat, seringkali suami bilang kalau bisa yang
lain mending yang lain saja. Namun sebagai istri, saya sampaikan… “Abi,
ini amanah dakwah, jalankan dengan sebaik-baiknya. Memohonlah kepada
Allah agar senantiasa diberikan petunjuk dan kemudahan.”
Teringat amanah menjadi istri Ketua DPRa, saya juga seringkali
tersenyum. Suatu malam, rumah kami kedatangan tamu. Seorang bapak, yang
ingin meminjam uang karena ingin membantu ibunya keluar dari RSUD Koja,
disampaikannya ini informasi Pak RT. Kata Pak RT, coba saja kerumah Pak
Mahfud, Ketua PKS. Orang PKS kan baik-baik, sosial banget. Insya Allah
kalau kesana akan ada bantuan. Ya Alhamdulillah, walau tidak bisa
sepenuhnya, namun ada yang sedikit bisa kami bantu. Senang rasanya kalau
PKS telah menjadi trade-mark kebaikan di tengah-tengah masyarakat.
Justru saya seringkali khawatir, kalau amanah suami ini sebagai Ketua
DPRa di kelurahan ini tidak berjalan maksimal. Bahkan selalu saya
berdoa, semoga tidak ada warga kelaparan/kesulitan yang kami tidak
ketahui. Sungguh saya bersyukur, dengan amanah ini pintu-pintu kebaikan
menjadi lebih mudah terbuka, peluang amal menjadi lebih besar. Dan
semoga Allah kabulkan menjadi salahsatu jalan yang memudahkan kami untuk
berkumpul di SurgaNya.
Pemilu sudah semakin dekat, perjuangan dakwah sudah dipelupuk mata.
Seperti momen sebelumnya, diskusi-diskusi kami terasa indah diiringi
program-progam apa yang bisa kami berikan terus untuk kader dan
masyarakat.
Demikian secuil cerita saya sebagai istri Ketua DPRa PKS. Semoga
dimanapun berada, para ummahat bisa terus juga menggelorakan semangat
dakwah suaminya untuk terus mengemban amanah. Sungguh istirahat itu
nanti di Surga. []
*Penulis: @semangat_liani on twitter
:: PKS PIYUNGAN
DPD PKS Siak - Download Android App