Strategi Operasi Partai Kita: Mengokohkan Tarbawi, Menaklukan Medan Politik
By: Abul Ezz
Selasa, 30 April 2013
0
Perbedaan kita dan mereka.
“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia
tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan
kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia
tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah
tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan
utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu
merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya
dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“.
Lima
belas tahun sudah jamaah dakwah ini manapaki ganasnya medan perpolitikan tanah
air, banyak sudah cobaan yang kita rasakan, kemenangan dan kekalahan kita sudah
pernah sama-sama rasakan baik itu ditingkat nasional sampai dengan tingkat
provinsi , kota dan kabupaten. Namun kita optimis dengan izin Allah kita dapat
menyelsaikan setiap tantangan yang kita hadapi.
Publik
bisa melihat bahwa partai kita dapat keluar dari permasalahan dengan cara yang
sama sekali tidak pernah terbayang sebelumnya, masyarakat kita kaget bagaimana
partai ini menyikapi badai karupsi impor sapi dan masih sempat memenangkan
setidaknya empat pemilihan kepala daerah, mungkin persis dengan kagetnya kaum
quraisy pada saat pertama kali menghadapi strategi perang parit yang diarsiteki
oleh Salman Alfarisi.
Namun
kita harus sepenuhnya sadar bahwa semua tindakan-tindakan luar biasa tersebut
bukanlah prestasi-prestasi yang dibangun dalam satu malam, bahkan tidak juga
dalam satu tahun. Seluruh keputusan keputusan jamaah kita itu dibangun lewat
nafas-nafas panjang di setiap kelompok- kelompok usrah. Dikerjakan dengan rasa
ikhlas yang dipupuk sedikit demi sedikit ketika halaqoh pertama dimulai.
Pembinaan
ini lah yang membedakan partai kita dan partai tetangga, ketika partai kita
harus mengganti presiden. Kita sanggup melakukannya dengan tanpa menimbulkan
gejolak yang berarti, sangat jauh dengan tetangga kita yang bahkan terkesan
diharapakan untuk segera diganti karena dituding sebagai penyebab jatuhnya
elektabilitas partai. Ini semua karena kita kenal tsiqoh sedangkan mereka
tidak. Lebih tegasnya lagi, kita punya tarbiyah sedangkan mereka tidak.
Harganya harus kita bayar
terus.
Sejarah
mencatat bahwa salah satu sebab runtuhnya peradaban-peradaban besar di Dunia
ini disebabkan keengganan generasi akhir yang tidak mau berjuang seperti para
kaum pendahulunya, dan ini berlaku juga untuk kaum muslim. Perlu dan patut
untuk diduga bahwa salah satu runtuhnya kemegahan islam dikarenakan generasi
hari ini enggan membayar seperti generasi pendahulunya membayar peradaban gemilang
melalui perjuangan yang sangat panjang yaitu dakwah wal jihad.
Cukuplah
hadist tentang penyakit al wahn dibawah ini sebagai pengingat.
Sunan Abu Daud 3745: dari Tsauban ia
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hampir-hampir bangsa-bangsa
memperebutkan kalian (umat Islam), layaknya memperebutkan makanan yang berada
di mangkuk.” Seorang laki-laki berkata, “Apakah kami waktu itu berjumlah
sedikit?” beliau menjawab: “Bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak,
namun kalian seperti buih di genangan air. Sungguh Allah akan mencabut rasa
takut kepada kalian, dan akan menanamkan ke dalam hati kalian Al wahn.”
Seseorang lalu berkata, “Wahai Rasulullah, apa itu Al wahn?” beliau menjawab:
“Cinta dunia dan takut mati.”
Ketika
virus Al wahn tersebut menjangkiti kita sebagai pejuang dakwah maka hilanglah
kewibawaan kita, maka logika-logika dakwah dikebelakangkan, selalu dinomor
sekiankan dan selalu mengedepankan logika-logika politik, komunikasi kita
berubah menjadi komunikasi industrialistis menghilangkan empati dan cinta
antara sesama.
Tidak
ada lagi ukhuwah, ukuran ke-lapang dada-an sebagai ukuran minimal ukhuwah dan
mendahulukan kepentingan saudara seperjuangan digantikan oleh perhitungan
untung rugi. Pembicaraan menjadi hambar dan penuh intrik agar terlihat
sempurna, karena siapapun yang diajak berbicara dianggap berpotensi menjadi
musuh untuk mencapai kepentingannya.
Lalu bila ukhuwah dan cinta hilang dari partai ini apa yang tersisa dari
kita? Yang tersisa adalah perebutan kepentingan pribadi, gesekan-gesekan
personal yang berujung tercerai berainya barisan dakwah ini.
Begitulah,
ketika kita menganggap bahwa pengorbanan dalam ber-ushroh ini adalah kewajiban
maka yang muncul ada generasi penurut syahwat politik dan pada saat yang
bersamaan dangkal dalam berlogika dakwah.
Mengokohkan Usrah Sebagai Basis Utama.
Orang
luar mungkin tidak percaya bahwa partai islam terbesar di Indonesia ini , dan
bahkan terbesar di Dunia ini bermula dari pengajian-pengajian rutinan pekanan,
tapi kita jangan pernah lupa akan hal ini, kekuatan dan ketahanan partai dakwah
ini ditentukan seberapa solid kelompok usrah yang tersebar di penjuru daerah.
Sampai
saat ini kita belum menemukan unit pembinaan kader se efektif usrah baik pembinaan akhlak, akidah, dan ibadah , sekaligus
evaluasi amanah yang menjadi kewajiban peserta usrah tapi disisi lain semua
memahami bahwa tantangan pada masa muasasi jauh lebih kompleks ketimbang pada
saat masa tandzimi. Oleh karena itu penting sekali untuk memperhatikan kualitas
usrah.
Meningkatkan kualitas Usrah
sebagai unit terkecil pembinaan kader.
Jamaah
kita selalu meng up date materi-materi halaqoh, kita sudah merasakan
beberapakali revisi manhaj tarbiyah yang terakhir adalah manhaj 1434. Selain
dari segi materi tentu saja kesehatan dalam berjalannya halaqoh juga harus
menjadi perhatian, forum mutabaah murabi dan nuqoba harus mendapat perhatian
khusus karena ini terkait dengan pencapaian karakteristik kader pada setiap
jenjang kaderisasi.pada tingkatan usroh lah penanaman arkanul baiat yang
diantaranya ukhuwah dan tahdiyah benar benar ditekankan, karena bila arkanul
bait dan karekteristik kader
terpenuhi beban- beban kerja menjadi
tidak terlalu relevan untuk dipermasalahkan.
Inilah setrategi kita.
Setelah
kita memastikan bahwa usroh sebagai basis kekuatan kita berjalan dengan baik ,
maka inilah yang setidaknya harus kita kerjakan ;
1.
Mampu menokohkan kader .
Kita
harus memperhatikan sebab apa saja seseorang dapat dijadikan tokoh, setidaknya
ada beberapa factor diantaranya ,tingkat pendidikan,pekerjaan tertentu, jumlah
kekayaan, karena keahilan yang dimilikinya, keturunan keluaraga, dll[1].
Bila
kita sudah mengetahui faktor – faktor apa saja yang dapat menjadikan seseorang
tokoh, maka tugas kader adalah bekerja sekuat tenaga untuk dapat memenuhi
faktro – faktor diatas tersebut. Atau merekrut orang yan sudah relative
memiliki faktor- faktor tersebut diatas. Tentu saja ini adalah kerja yang tidak
bisa diselesaikan dalam hitungan hari, oleh karena itu harus dimulai sesegera
mungkin.
Gerakan
ini dapat dimulai agar seluruh kader yang berpotensi melakukan mobilitas
fertikal, masuk pada sector sector kepemimpinan publik baik sekala formal
maupun informal sekecil apapun, entah kepemimpinan di warga sekitar semisal RT
dan atau RW.
Jangan
sampai kader kader potensial kita terjebak dalam struktural partai yang daya
tampungnya sangat terbatas sekali yang bila dibiarkan maka potensi kader untuk
menjadi tokoh akan menjadi sia-sia dan bahkan lebih jauh dimanfaatkan oleh
pihak pihak yang tidak simpati pada gerakan dakwah.
2.
Adanya dinamisasi kader dalam melakukan beberapa hal berikut;
Setidaknya
ada empat amal pelayanan umat yang kita
harus mendinamisasikan antara lain;
- Dakwah fardiah (dakwah perseorangan),dakwah ini adalah dakwah yang dilakukan oleh perseorangan , perlu digaris bawahi bahwa dakwah jenis ini adalah induk dari program dakwah yang lainnya. Karena pada prakteknya dakwah ini adalah dakwah yang paling sederhana tapi menjadi nyawa bagi dakwah yang lain dengan bermodalkan niatan tulus seseorang untuk mengajak saudaranya pada kebaikan dan ini yang dilakukan oleh para nabi.
- Ratbul Aam. Ini adalah gerakan dakwah yang menyasar pembentukan opini publik, bahwa ide ide, gagasan, program kerja dakwah itu menajdi isu utama, disinilah kader yang menjadi tokoh mempunyai peranan penting, contoh nyata adalah bagaimana isu pentingnya pendidikan agama untuk anak-anak SD di kota Bandung, yang pada 2015 akan menjadi syarat melanjutkan pada jenjang berikutnya. Inilah hasil dari dakwah ratbul aam.
- Ta’awum muasasi, gerakan ini adalah gerakan tolong menolong dalam hal kebaikan terlepas dari latar belakang etnis, agama, suku dan lain lain dalam segala bidang,
- Struktur Partai hendaklah dikelola oleh orang yang mempunyai bidang akademis dan atau setidak – tidaknya memiliki pengalaman dibidangnya, sehingga pengelolaan program-program dakwah menjadi lebih professional dan lebih proaktif. Semisal bidang advokasi sedapat mungkin dipegang seorang Al akh yang mengambil studi hukum, dll.
Hendaknya
program pemberdayaan pada masyarakat itu dipilih dan dipilah berdasarkan
komunitas dan atau jaringan, karena dengan berdasarkan komunitas dan jejaring
ini program pemberdayaan yang digulirkan akan lebih spesifik dan akan memiliki
dampak yang lebih luas.
Pada
akhirnya, tujuan yang kita ingin capai dari strategi operasi diatas adalah
bahwa seluruh program dakwah ini dapat di nikmati oleh semua orang dari
berbagai golongan , sehingga dakwah ini menjadi gerakan yang inklusif dan pada
akhirnya akan mencerminkan bahwa islam yang rahmatan lil alamiin, []
*http://www.pkskotacirebon.org/2013/04/strategi-operasi-partai-kita_29.html
DPD PKS Siak - Download Android App