Sekali Lagi tentang Perempuan | @ust_latifkhan
By: Abul Ezz
Rabu, 24 April 2013
0
pkssiak.org - Salah
satu topik yang selalu tetap hangat untuk didiskusikan dan tetap menarik untuk
dituliskan adalah topik tentang perempuan. Sejarah perempuan adalah sejarah
manusia dan kemanusiaan. sejarah perempuan adalah sejarah yang menunjukkan
bahwa laki-laki akan tak berdaya menjadi manusia tanpa kesertaan perempuan
bersamanya.
Teori
berbagai agama tak luput menceritakan itu semua, walau menghadirkan perempuan
dari angle yang tak melulu sama. Terdapat teori agama yang menghadirkan peran
perempuan melalui pendekatan misoginis. Sehingga akhirnya semua topik tentang
perempuan menjadi topik yang menuduh.
Kehadiran
perempuan yang tidak disukai, namun tidak dapat dihindari, adalah kehadiran
yang selalu ‘dipaksa’ melakukan peran sebagai obyek, bukan subyek. Bahkan ada
agama yang sempat mempersoalkan status kemanusiaan perempuan secara teologis.
Melalui teori agama, dunia di klaim adalah dunia laki-laki.
Suka
atau tidak suka, manusia yang tak bisa memungkiri agama sebagai sebuah
kesadaran potensial dalam dirinya, telah menjadi pembentuk nilai budaya
hidupnya, walaupun bukan satu-satunya pembentuk. Agama yang sedemikian, telah
mewariskan nilai, bahwa memandang perempuan seperti dimaksud di atas, adalah
bagian dari nilai positif yang seharusnya hidup. Oleh karenanya meletakkan
posisi dan peran perempuan di bawah posisi dan peran laki-laki adalah sebuah
keniscayaan yang sebenarnya layak dan luhur. Jika ada nilai atau norma atau
jika ada orang yang menolak nilai-nilai yang sudah dibentuk oleh agama sedemikian
itu. Maka orang atau norma itu akan ditolak sebagai norma yang dianggap
mengancam agama.
Sebenarnya
di luar sana, terdapat nilai lain yang mendasari sebuah ideologi gerak yang
dianut oleh masyarakat. Khususnya masyarakat yang menyebut diri sebagai masyarakat
modern. Topik perempuan bagi mereka, juga menarik, bahkan menjadi isu utama
dalam gerak ideologi mereka. Mereka meyakini dan melakoni upaya agar perempuan
keluar dari ‘sandera” laki-laki. Perempuan harus setara dengan laki-laki.
Perempuan memiliki hak hidup yang sama dengan laki-laki. Perempuan harus
memiliki peran yang sama dengan peran laki-laki, tanpa kecuali. Malangnya
ideologi mereka ini menurut saya, tidak matang. Bagi mereka, yang penting
adalah bebasnya perempuan dari sandera laki-laki. Kebebasan seperti apa,
bagaimana? Tentu saja tidak ada formula yang pasti. Pembelaan mereka kepada
perempuan bermula dari semua perlawanan terhadap ‘agama’. Sebenarnya perlawanan
itu bukan karena persoalan perempuan melulu, tapi pada beberapa topik lain. Dan
itu dapat disimpulkan bahwa sebenanrnya sejatinya mereka geram kepada agama.
Karena agama selama ini dianggap terlalu mendominasi manusia. Aturan agama
selalu diterima secara mutlak. Mereka tidak peduli agama apapun itu, karena
menurut mereka semua agama sama. Semua agama selalu ororiter dalam menetapkan
nilai benar dan salah.
Islam
dan Perempuan
Islam
adalah agama yang misi besarnya adalah rahmat lil ‘alamin. Kehadirannya adalah
kehadiran dengan semangat memberi rahmat, bukan menuntut. Sehingga penerimaan
terhadap Islam haruslah penerimaan secara sukarela bukan terpaksa. Bertitik
tolak dari inilah, Islam kemudiaan memproklamasikan diri sebagai satu-satunya
agama yang benar dan layak dengan kebutuhan manusia. Islam hadir sebagai solusi
bagi semua persoalan manusia dan kemanusiaan. khususnya tentang masalah
perempuan.
Ajaran
Islam terkait perempuan bukanlah ajaran yang muncul tiba-tiba. Atau sebuah
formula yang sama sekali baru. Islam hadir dan mengembalikan spirit ajarannya
tentang perempuan, pada spririt kenapa dan untuk apa perempuan diciptakan.
Tidak dengan semangat yang merendahkan, melainkan semangat menunjukkan bahwa
manusia dan kemanusiaan akan cela, saat mengabaikan siapapun dari yang layak
disebut sebagai manusia. Dan di antara kelayakan penyebutan diri sebagai
manusia, seseorang tidak dibenarkan jika secuilpun ia melakukan tindakan yang merendahkan
manusia yang lain. Kemanusiaan itu sejatinya bukan pada fisik belaka, melainkan
pada psikis. Kemanusiaan itu bukan pada klaim, melainkan pada fungsi dan
keberdayaannya. Tidak aneh jika dalam sumber otentik Islam ditemukan sebuah
pernyataan nabi saw bahwa seseorang dapat saja secara fisik masih hidup, namun
hakikatnya dia sudah mati di tengah komunitas manusia. Sumber otentik
sebenarnya ingin menyentil kita untuk mengetahui bahwa kemanusiaan kita akan
semakin kelihatan kita kita berdaya secara positif. Kapasitas itu tidak luar
biasa kita diam, dia harus berdaya dan terasa pengaruhnya di tengah komunitas
manusia.
Kembali
pada topik tentang perempuan, seharusnya kita tidak boleh menyoroti isu
perempuan dari kurun lahirnya Islam saja. Kita harus mundur pada sejarah
sebelum lahirnya Islam. Seperti apa mereka memperlakukan perempuan? Peradaban
India, China, Persia, Yunani, Rumawi, Byzantium, Asyyiria, Mesopotamia. Adalah
peradaban manusia yang tidak luput dari dari menempatkan perempuan sebagaimana
saya nyatakan di awal pembahasan ini. Kesimpulan di semua peradaban itu
perempuan membutuhkan agenda penyelamatan. Perempuan harus diselamatkan sebagai
manusia, bukan sekedar menjadi perempuan
(to become a woman) tapi menjadi manusia
(to become a human).
Islam
hadir dengan memberikan solusi yang tidak utopis, melainkan konkret lengkap
dengan model nya. Yang dapat ditemukan dalam data sejarah kehidupan generasi
awal Islam, serta sumber otentik Islam berupa al Qur’an dan al Sunnah. Sepertinya merupakan tugas jihad bagi
para pegiat Islam untuk menelusuri kembali kesuksesan Nabi saw dan generasi
awal Islam dalam rangka memulangkan perempuan dalam fungsi kemanusiaannya.
Islam telah total menempatkan semua peran perempuan dalam bingkai kemanusiaan.
bukan sekedar menjadi perempuan.
Oleh
karena itulah, Islam memiliki “seabrek” manusia utama yang mereka itu adalah
perempuan. Atau Islam memiliki ‘seabrek’ perempuan yang mereka telah berhasil
membangun sejarah kemanusiaan kita.
Menurut
hemat saya, kenapa kita harus ribut mempersoalkan peran perempuan? Kenapa kita
tidak selangkah atau sekian langkah lebih maju, sebagaimana telah dilakukan
oleh generasi pertama Islam, bahwa yang utama adalah memotivasi, mendesak,
menyertakan, perempuan membangun peran kemanusiaannya. Tentu saja dengan
mengujicobakan sistem Islam yang sepakat kita meyakini sebagai solusi masalah
kemanusiaan kita.
Abdul Latif Khan
DPD PKS Siak - Download Android App