Momentum Kepahlawanan | Anis Matta
By: Abul Ezz
Jumat, 05 April 2013
0
Seseorang tidak menjadi pahlawan
karena ia melakukan pekerjaan-pekerjaan kepahlawanan sepanjang hidupnya.
Kepahlawanan seseorang biasanya mempunyai momentumnya. Ada potongan
waktu tertentu dalam hidup seseorang dimana anasir (unsur-unsur -ed) kepahlawanan menyatu padu. Saat itulah ia tersejarahkan.
Akan tetapi, kita tidak mengetahui kapan datangnya momentum itu. Yaitu,
kematangan pribadi dan peluang sejarah. Simaklah firman Allah SWT, “Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan....” (Al-Qashash: 14)
Usaha manusiawi yang dapat kita lakukan adalah mempercepat saat-saat
kematangan pribadi kita. Ini jenis kerja kapitalisasi asset kesejarahan
personal kita. Yang kita lakukan di sini adalah mengumpulkan sebanyak
mungkin potensi dalam diri kita, mengolahnya, dan kemudian
mengkristalisasikannya. Dengan cara ini, kita memperluas “ruangan
keserbamungkinan” dan sedikitnya membantu kita menciptakan peluang
sejarah. Atau, setidaknya mengantar kita untuk berdiri dipintu gerbang
sejarah.
Para pahlawan mukmin sejati tidak pernah mempersoalkan secara berlebihan
masalah peluang sejarah. Kematangan pribadi seperti modal dalam
infestasi. Seperti apapun baiknya peluang anda, hal itu tidak berguna
jika pada dasarnya Anda memang tidak punya modal. Peluang sejarah
hanyalah ledakan keharmonisan dari kematangan yang terabaikan. Seperti
keharmonisan antara pedang dan keberanian dalan medan perang, antara
kecerdasan dan pendidikan formal dalam dunia ilmu pengetahuan. Akan
tetapi, anda harus memilih salah satunya, maka pilihlah keberanian tanpa
pedang dalam perang, atau kecerdasan tanpa pendidikan formal dalam
ilmu. Selebihnya, biarlah itu menjadi wilayah takdir dimana anda
mengharap datangnya sentuhan keberuntungan.
Kesadaran semacam ini mempunyai dampak karakter yang sangat mendasar.
Para pahlawan mukmin sejati bukanlah pemimpi di siang bolong, atau
orang-orang yang berdoa dalam kekosongan dan ketidakberdayaan. Mereka
adalah para petani yang berdoa ditengah sawah, para pedagang yang berdoa
ditengah kecamuk perang. Mereka mempunyai mimpi besar, tetapi pikiran
mereka tercurahkan sepenuhnya pada kerja. Sekali-kali mereka menatap
langit untuk menyegarkan ingatan pada misi mereka. Namun, setelah itu
mereka menyeka keringat dan kembali bekerja kembali.
Wilayah kerja adalah lingkungan realitas, sedangkan wilayah peluang
adalah ruang keserbamungkinan. Semakin luas pijakan kaki kita dalam
lingkaran kenyataan, semakin besar kemungkinan menjadi kepastian,
mengubah peluang menjadi pekerjaan, mengubah mimpi menjadi kenyataan.
Berjalanlah dengan mantap menuju rumah sejarah. Jika engkau sudah sampai
di depan pintu gerbangnya, ketuklah pintunya dan bacakan pada
penjaganya puisi Chairil Anwar:
Aku
kalau sampai waktuku
ku mau tak seorang kan merayu
tidak juga kau ….
'Soekarno Muda' Presiden PKS
DPD PKS Siak - Download Android App