Ketika Presiden Moursi Meng-Galau-kan AS
By: admin
Kamis, 25 April 2013
0
pkssiak.org - "Ada
yang geram dan khawatir atas praktik pencemaran dan pelecehan terhadap
Presiden. Saya (Presiden Moursi) mengatakan, 'Mari bersamaku untuk
bersabar. Yang mencemarkan dan melecehkan hanya sebagian kecil saja.'
Aku katakan padanya, 'Segera temukan akhlak terpuji dari nurani dan
kedalaman jiwamu, agar anda dapat menahan diri untuk bertindak negatif.
Sungguh, aku sebagai presiden sama sekali tidak akan memanfaatkan pedang
undang-undang atau hak privilage diriku sebagai presiden untuk
menghukum pendapat/persepsi yang berbeda (denganku)." (Presiden Moursi)
***
Sikap bijaksana Moursi,
membuat lawan-lawan politik termasuk AS menjadi susah menebak kemana
arah kebijakan Presiden Moursi. Malah menurut Profesor Mahmud Mi'wadh,
menyebutkan bahwa di editorial Washington Post dinyatakan, "Ada keraguan
AS dalam mendukung kekuasaan Moursi. Indikasinya jelas dan terang:
1. Kunjungan Moursi ditunda sebanyak 2 kali, padahal sejak dilantik undangan resmi dari Obama sudah dilayangkan.
2. Kunjungan Moursi ditunda
hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Padahal Moursi sudah berjumpa
dengan para pemimpin negara pemilik hak Veto, dari mulai Inggris,
Perancis, Jerman,China hingga Rusia.
3. AS menunda bantuan senilai
250 juta Dollar AS, yang telah ditegaskan oleh Jhon Kerry Menlu AS saat
berkunjung ke Mesir beberapa waktu lalu. Bantuan AS tersebut satu paket
dengan syarat mutlak yang harus diterima Mesir, yaitu meratifikasi
kesepakatan final dengan IMF. Namun apa yang dilakukan Presiden Moursi?
Masih menurut Washington Post, "Semua pihak dikejutkan dengan kebijakan
Presiden Moursi, setelah ia berhasil melakukan lobi-lobi dan misi
ekonominya ke beberapa negara Arab. Hingga 2 negara Arab saja (Qatar,
Libia) telah menggelontorkan pinjaman lunak tak berbunga sebesar 5
milyar Dollar AS. Bantuan inilah yang membuat Presiden Moursi lebih
percaya diri untuk menentang atau enggan menjalankan setiap supervisi
(tepatnya tekanan) AS bahkan sudah berani menentang kebijakan
Washington. Salah satunya berani membuka hubungandiplomatik dan
perdagangan dengan Iran, negeri yang selama ini disebut "Sarang Teroris"
oleh AS.
Namun Washington Post
menambahkan, kegalauan AS dicoba agar kembali ke posisi super powernya,
dengan cara terus menjalin hubungan kuat dengan militer Mesir. Di sisi
lain, tak kenal menyerah membiayai aksi-aksi kaum sekuler-liberal-dan
muslim ambigu untuk mengganggu Moursi di dalam negeri.
***
Itulah Presiden Moursi.
Bekerja dalam diam. Berjihad dalam senyap. Hampir tak diliput oleh
media-media sekuler-liberal, bahkan dicemooh oleh kaum muslim ambigu.
Moursi, Presiden yang sedikit
demi sedikit memerdekakan Mesir dari perbudakan modern kepada AS-Barat.
Bahkan target Moursi selanjutnya adalah, menitikberatkan pada
independensi militer Mesir dari bantuan-bantuan mengikat dan multisyarat
dari AS. Kemampuan
Moursi sebagai seorang
teknokrat, Doktor dan ilmuan yang kenyang dengan penelitian ilmiah,
dimanfaatkan untuk menjalin kerjasama alih teknologi di segala bidang,
terutama militer. Agar militer Mesir memiliki kemampuan memproduksi
alat-alat tempur yang canggih dan terukur.
Selain militer, Moursi pun
menekankan swasembada gandum, yang menjadi makanan pokok warga Mesir.
Dengan menteri pertanian bernama Basim 'Audah, Mesir telah dan sedang
menuju kemandirian itu. Oleh karena itu, pihak Liberal-Sekuler-muslim
ambigu menekan Moursi agar memecat sang menteri.
Tentu, kebijakan Moursi tidak
akan lempang. Fitnah, pelecehan, bahkan hinaan ibarat hujan badai yang
tiap hari tak kenal berhenti. Contoh: ketika membuka hubungan dengan
Iran, komentar kaum liberal-sekuler adalah: Moursi-IM akan menjadikan
Mesir negara Teokrasi. Moursi dikontrol oleh Mursyid IM. Sedang oleh
kaum muslim ambigu Moursi dituduh: Moursi janjinya mendatangkan Syariah
malahmendatangkan Syi'ah. Dengan sinisme menghilangkan huruf "ra" di
kata syariah.
Namun, dengan sikap
kebapakan dan kenegarawanannya, Moursi menyadari sesadarn-sadarnya bahwa
ia berkuasa sepeninggal rezim Mubarak yang meninggalkan banyak
hutang, carut marut ekonomi, ketidakberdayaan militer, dan kondisi
masyarakat yang telah lama dijauhkan dari syariat oleh Mubarak dengan
program pendidikan Amerikanisasi yang pro Israel termasuk di Al-Azhar
sendiri. Terbukti AS-Israel meminta kembali dana 3 Milyar dollar AS
kepada Mubarak yang disebutnya sebagai dana deradikalisasi kurikulum di
Al-Azhar.
Moursi sadar, ia berkuasa
bukan setelah Umar bin Khatthab atau Umar bin Abdul Aziz. Ia pun
berkuasa bukan memimpin rakyat seberkualitas Utsman bin Affan atau Ali
bin Abi THalib. Ia beruasa di masa yang penuh dengan fitnah dan kaum
zindiq. Ia berusaha keras untuk mentahbiskan diri sebagai Leader bukan
lagi Follower. Sebagai Bapak, bukan lagi anak manja. Sebagai Rijaal
bukan lagi sosok sentimentil dan emosional. Itulah sekelumet kisah
Presiden Moursi.
Semoga bermanfaat.
KL, 20:25, 23 April 2013
[pkskotacirebon.org]
DPD PKS Siak - Download Android App