"Kekalahan Madrid di mata Akhwat PKS" | by @nastarabdullah
By: Abul Ezz
Kamis, 25 April 2013
0
"Kekalahan Madrid, Lewandowski, dan Pelajaran untuk PKS"
by Nastarita
(Staf Bidpuan DPW PKS Kaltim)
pkssiak.org - Melirik pertandingan semifinal leg pertama Liga Champions tadi subuh
(25/4) antara Borussia Dortmund dan Real Madrid yang berakhir diluar
dugaan (4-1 Madrid kalah), kita pun akan menyaksikan pemandangan yang
sangat kontras. Skuad Si Putih yang begitu mentereng dan Penghuni Iduna
park yg didominasi pemain muda tanpa nama besar. Sekedar informasi,
starting eleven Real Madrid keseluruhan bernilai 345 juta poundsterling,
bandingkan dengan dortmund yang hanya memiliki bandrol 29 juta pounds.
Bahkan, gaji Ricardo Kaka pun lebih besar nominalnya dibanding gaji
keseluruhan pemain Dortmund.
Ada pelajaran penting yang mestinya bisa ditangkap. Pertama,
bahwa kaderisasi internal adalah hal terpenting. Dari starting eleven
Madrid, hanya Rafael Varane, bek 19 tahun yang merupakan produk asli
akademi Castila, sisanya adalah produk 'jadi' yang memang didatangkan
saat mereka tengah 'on fire', Ronaldo dari MU, Kaka dari Milan, Benzema
dari Lyon, Alonso dari Liverpool. Ozil dan Khedira pun dikontrak pasca
tampil ciamik bersama timnas Jerman di piala dunia 2010. Dengan skuad
sedemikian mahal, sejak kedatangan Ronaldo (tahun ini genap 5 musim),
Madrid cuma mampu memenangi 1 trofi La Liga, 1 Copa del Rey, dan 1 piala
Super Spanyol. Gak worthed dengan nominal uang yang sudah digelontorkan.
Lihatlah berapa banyak partai politik yang melakukan strategi serupa,
seolah tradisi politisi "kutu loncat" yang pindah partai sampai
berkali-kali sudah jadi hal lumrah. Plus jadi petinggi pula di partai
yang baru. Secara kasat mata, mungkin ini terlihat berhasil, tapi mau
sampai kapan?
Maka aku menaruh simpatik yang sangat tinggi pada PKS yang memiliki
kaderisasi terstruktur, begitu rapi dan terjaga. PKS merupakan
satu-satunya partai politik di Indonesia saat ini yang lebih
mengutamakan kader internal untuk diusung sebagai calon legislatif
ketimbang nama-nama beken seperti selebritis yang banyak digunakan
partai-partai lain sebagai pendongkrak suara.
Tidak heran, ketika terpilih, Aleg-Aleg dari PKS bekerja sepenuh hati, karena mereka paham akan keberadaan mereka sebagai amanah besar, sense of belonging yang tinggi membuat mereka bahkan rela mengundurkan diri saat melakukan kesalahan, ketimbang merusak kepercayaan rakyat terhadap Partai. Sedangkan yang lain, sebagian dari mereka berkerja hanya untuk citra pribadi, sampai menggunakan cara-cara kotor yang merugikan demi mengembalikan uang yang mereka habiskan saat kampanye. Gak ada urusan dengan citra partai karena sejak awal memang tidak ada ikatan emosional, tidak ada cinta (#tsaaah). Semoga PKS tetap istiqomah.
Tidak heran, ketika terpilih, Aleg-Aleg dari PKS bekerja sepenuh hati, karena mereka paham akan keberadaan mereka sebagai amanah besar, sense of belonging yang tinggi membuat mereka bahkan rela mengundurkan diri saat melakukan kesalahan, ketimbang merusak kepercayaan rakyat terhadap Partai. Sedangkan yang lain, sebagian dari mereka berkerja hanya untuk citra pribadi, sampai menggunakan cara-cara kotor yang merugikan demi mengembalikan uang yang mereka habiskan saat kampanye. Gak ada urusan dengan citra partai karena sejak awal memang tidak ada ikatan emosional, tidak ada cinta (#tsaaah). Semoga PKS tetap istiqomah.
Pelajaran kedua, dari sosok Robert Lewandowski, pemuda polandia
berusia 24 tahun. Pemain yang pada musim 2006-2007 lalu masih bermain di
divisi 3 liga Polandia, ia ditransfer ke Borussia Dortmund dari Lech 3
tahun lalu hanya dengan nominal 4,5 juta euro. 20 kali lipat lebih kecil
dari bandrol Cristiano Ronaldo saat diboyong Madrid dari Old Trafford.
Siapa yang menyangka, kalau pemain ini bisa menggelontorkan 4 gol
sekaligus ke gawang tim sekelas Real Madrid, sesuatu yang bahkan Lionel
Messi, pemegang 4 ballon d'Or berturut-turut tidak pernah lakukan.
Lewandoski bermain penuh determinasi dan tanpa rasa takut.
Jangan pernah remehkan mereka yang tak punya nama besar. Partai Keadilan
Sejahtera, sewaktu masih bernama Partai Keadilan bahkan tidak lolos
electoral threshold mungkin suatu hari nanti juga bisa menjelma sebagai
"lewandowski" dan mengejutkan peta politik Indonesia dan dunia.
Partai ini dibangun dari nol, dari tak punya apa-apa, tak punya tokoh,
dari jumlah kader yang sangat sedikit. Siapa yang menyangka kalau saat
ini PKS bisa menjadi salah satu Partai terbesar yang begitu disegani.
Maka menang di 2014 nanti akan menjadi pembuktian PKS bahwa nama besar
tidaklah menjadi jaminan, bahwa kemenangan akan berada dalam genggaman
selama kita bertarung dengan determinasi tinggi dan penuh keyakinan.
Untukku, sepakbola tidak pernah hanya sekedar sepakbola.
Samarinda, pagi nan cerah 25-04-13
*penulis: @nastarabdullah on twitter
DPD PKS Siak - Download Android App