”Dakwah PKS ini adalah jalan hidup saya” | Muallaf Story
By: admin
Minggu, 28 April 2013
0
by Irfa Halena
pkssiak.org - Saya adalah ibu rumah tangga biasa yang beraktifitas dakwah melalui
Partai PKS. Tapi saya merasa bahwa dunia dakwah itu memang luar biasa;
ada rasa haru disela-sela episodenya, tapi kadang juga ada
kejutan-kejutannya. Untuk menjelaskan hal ini saya ingin berbagi kisah.
***
***
Begini kisahnya. Sekitar 8 tahun yg lalu saya pernah bertemu dgn
seorang muslimah sebut saja namanya Halimah, yg tempat tinggalnya jauh
dari kota tempat saya tinggal. Singkat kisah dia bercerita tentang adik
lelakinya yg berketepatan tinggal dekat dgn lingkungan saya, tepatnya di
kota medan. Dia menceritakan keluhannya bahwa adiknya menaruh hati pada
seorang perempuan. Dan oleh karenanya dia berharap agar mereka segera
menikah agar tidak berlama-lama dalam fitnah. Namun yang menjadi
kegalauannya perempuan itu non muslim, bahkan keduanya bertekad akan
meresmikan hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Dan sebagai
konsekwensi hukum Islam si gadis harus siap memeluk islam. Untuk yang
terakhir ini Halimah meminta peran saya.
Akhirnya saya bertemu dgn si gadis dan berdialog sedikit tentang Islam.
Alhamdulillah, pada akhirnya beliau memeluk agama islam dgn ikhlas.
Proses syahadatpun berlangsung dgn dihadiri pemuka masyarakat sekitar,
juga paman beliau yg masih non muslim. Sejak itu pulalah gadis ini resmi
menjadi seorang muslimah. Dan dalam benak saya dia merupakan tanggung
jawab saya kelak untuk mengajarkannya bagaimana menjadi seorang
muslimah.
Beberapa waktu kemudian niat sang kakak tadi utk menikahkan adiknyapun
terpenuhi. Karena saya merasa dia adalah tanggung jawab saya, saya ikut
mengantarkan nya menikah di KUA setempat. Bapak kepala KUA menasihati
pihak pria agar memberikan pemahaman dan pengajaran islam kepada sang
istri, sebab dia adalah seorang muallaf.
Alangkah sedihnya saya saat sang suami mengatakan bahwa dia juga harus
banyak dibimbing, karena dia juga punya kebiasaan buruk selama ini,
seperti minum minuman keras, begadang, bahkan berjudi. Saat itu perasaan
saya bercampur aduk, mampukah si istri mempertahankan keislamannya dgn
keadaan seperti itu? Namun entah mengapa perasaan saya mengatakan bahwa
si istri akan bisa bertahan. Dan terus terang sejak saat itu pula saya
seperti merasakan adanya kedekatan bathin yg mendalam. Saya mulai
menyayanginya dan menganggap dia adalah adik kandung saya yg baru saya
temukan. Sangat berbeda sekali sewaktu pertama sekali saya bertemu
dgnnya.
Tak lama setelah menikah, dia berkunjung kerumah saya. Sambil bercerita
saya menganjurkannya utk belajar sholat dan membaca Alquran. Memang saat
itu saya juga aktif mengisi halaqoh pengajian ibu-ibu, jadi saya rasa
dia juga punya hak utk diberikan bimbingan. Sempat saya berfikir apakah
suatu saat dia juga bisa bergabung dalam dakwah ini? aaaah rasanya perlu
proses yg sangat lama utk itu, pikir saya. yg penting saat ini dia
sudah bisa sholat dan mengaji saja itu sudah cukup.
Akhirnya kami menyepakati waktu utk belajar, setelah selesai maghrib dia
datang kerumah saya utk belajar sholat dan membaca Alquran. Saya
mengajarinya seperti saya mengajar anak saya. Subhanallah, dgn kerja
keras dan ketekunan akhirnya dia mampu melaksanakan kewajiban sebagai
seorang muslimah.
Oh iya, dia juga pernah mengatakan pernah berpuasa pada waktu sebelum
memeluk Islam karena dia ingin merasakan bagaimana rasanya berpuasa, dan
alhamdulillah itu tidak menyulitkan saya utk langsung menganjurkannya
mengamalkan kewajiban berpuasa.
Setelah berjalan beberapa lama yang secara jujur saya katakan karena
berbagai kelemahan saya, baik berupa kesibukan dan lain sebagainya
akhirnya dia mulai jarang kerumah sampai kemudian tidak datang-datang
lagi.
Waktupun berlalu. Saya jarang bertemu dgnnya. Kala itu saya merasa
sangat berdosa karena membiarkan dia sendiri, sebab saya merasa dia juga
blm terlalu kuat, apalagi dgn kondisi suami yg meskipun muslim tapi
belum tentu mampu utk membimbingnya.
Sampai tiba tiba pada suatu malam setelah sholat isya ada seseorang yg
mengetuk pintu rumah saya. ”Assalamualaikum”, suara itu seperti pernah
saya kenal. Saya langsung menjawab salamnya dan membukakan pintu buat
tamu saya itu. ”Subhanallah,dia adalah adik yg muallaf itu”. Saya
mengamatinya dengan seksama. Oh, dia sudah memakai jilbab, meski masih
bercelana panjang. Kelihatan berbeda dari sebelumnya. Senang sekali
rasanya waktu itu, seakan saya merasa kala itu Allah mengampuni dosa
saya karena meninggalkannya.
Lama kami bercerita tentang kehidupannya dan sampailah pada perbincangan
bahwa kedatangannya malam itu kerumah saya didorong oleh peristiwa yang
membuatnya sedih luar biasa. Saya sangat prihatin mendengarnya. ”Kak,
semenjak sore tadi saya berjalan kaki sambil menangis di sepanjang
jalan, terkadang saya ingin menjerit,tapi saya malu dilihat orang”.
Demikian diantara kutipan kata-katanya.
Dari penuturannya hampir 4 jam dia berjalan kaki. Lama juga pikir saya.
Saya menyela, ”ada apa dik?”. “Suami saya tidak mau sholat, dan saya
sudah lelah mengingatkannya”.
“Ya Allah, apa yg dirasakannya saat ini?”. Saya terdiam sejenak.
Sambil menangis dia melanjutkan. ”Saya sangat sedih kak. Saya tidak tau
harus meluapkan kesedihan ini kepada siapa. Makanya saya terus
melangkahkan kaki saya kemana saja tanpa tujuan. Ada perasaan kecewa
dalam diri ini. Semua telah saya korbankan, agama saya, saya dijauhi
keluarga, hak saya, semuanya saya berikan karena saya telah memilih
hidup dgnnya. Tapi apa kak, saat saya sudah mulai mencintai Islam
sebagai agama saya, saya seperti dicampakkan begitu saja, tolong saya
kak”.
Sesaat kemudian saya mengusap-usap pundaknya, walaupun sebenarnya dada
saya seperti sesak menahan tangis. ”Kakak bangga punya saudara seperti
adik. Adik sudah mampu mencintai islam sebegitu dalam, sampai adik
merasa bahwa meninggalkan sholat adalah sesuatu yg sangat menyedihkan.
Tidak semua orang bisa merasakan seperti itu dik, walaupun orang itu
sudah menjadi muslim semenjak dia lahir. Insya Allah kakak akan terus
bersama adik, maafkan kakak sudah lama tidak mengajari adik ya”, tutur
saya.
Akhirnya dia pulang kerumah dan saya berpesan padanya tetaplah bersabar
dan bertahan dgn keadaan yg ada, sambil terus berusaha dan berdo'a.
Insya allah pasti ada kemudahan. Sewaktu dia berdiri hendak pulang,
saya sempat melihat ke tubuhnya, subhanallah, rupanya dia sedang
mengandung, dan saya langsung mengatakan sudah berapa bulan? Kalau tidak
salah, dia bilang sudah 3 bulan. Saya tanya apa dia sudah periksa ke
bidan atau dokter,dia bilang kata suami nanti kalau ada rezeki. Ya allah
apa lagi yg dirasakannya, tanpa pikir panjang dan menanyakan keadaan
ekonomi keluarganya saya langsung menyuruhnya utk datng besok sore
kerumah saya dan kita pergi ke bidan utk memeriksakan kandungannya.
Semenjak pertemuan itu dan setelah memeriksakan kandungannya yg menurut
sang bidan dalam keadaan baik baik saja, dan saya semakin sering
bertemu dgnnya, sampai akhirnya dia melahirkan anak pertama. Setelah
beberapa bulan dia membawa anaknya kerumah saya. dan setelah itu dia
sibuk mengasuh anaknya dan cerita itu terulang kembali, kami tidak
bertemu lagi. Masih saja saya lupa, bahwa saya pernah kehilangannya
beberapa waktu yg lalu, tapi entah kenapa ada sedikit keyakinan
sekaligus harapan dalam diri bahwa dia akan jauh lebih baik dari yang
dulu.
Ternyata benar. Pada satu waktu saya menghadiri acara di DPC PKS tempat
saya tinggal, kebetulan juga ada pertemuan dgn orang tua PAUD yg
dikelola oleh DPC, saya bertemu kembali dengannya.
”Anak saya sekolah di PAUD yg dikelola PKS kak”. Saya sangat senang
mendengarnya. Salah seorang ummahat menanyakan apakah saya sudah lama
mengenalnya? saya katakan bahwa dia adalah seorang muallaf. Ummahat itu,
sekaligus murabbi (Pembina) nya sedikit terkejut. Ummahat tersebut
mengatkan bahwa baru sekitar sebulan dia mengikuti halaqoh. Namun meski
baru satu bulan adik itu sangat rajin mengikuti kegiatan2 partai,
seperti ta’lim, baksos, dan lain-lain.
Subhanallah, saya seperti mendapatkan hadiah yg sangat berharga..sekali
lagi saya tak mampu mengungkapkan dgn kata2. Allahlah yg mampu membolak
balikkan hati manusia, sampai akhirnya jalan mana yg harus ia tempuh.
Akhirnya hal yang pernah kuimpikan terwujud, bahwa dia ada dalam barisan
ini. Dan yang membuat saya bangga sekalligus haru adalah saat saya
melihatnya ada di aksi Freeze mob yg dilakukan para kader utk
mensosialisasikan pasangan cagubsu yang diusung PKS beberapa waktu yang
lalu. Dengan bergamis dan berjilbab layaknya akhawat PKS ia dgn
ikhlasnya menyapa masyarakat sekaligus seakan-akan ia ingin mengatakan.
”Dakwah ini adalah jalan hidup saya”. Inilah keharuan dan sekaligus
kejutan bagi hidup saya. ***
*Dikisahkan oleh Irfa Halena
Email: irfahalena@gmail.com
DPD PKS Siak - Download Android App