pkssiak.org - Kata pertama saya ucapkan terima kasih kepada Admin PKS Piyungan yang telah berkenan memuat tulisan tentang Paman Janggut. (Aleg PKS yang hidupnya menumpang di masjid)
Ahad
sore, 28 April 2013, saya menyempatkan diri shilaturrahim ke Komplek
Masjid Syarifah Izzah Shalih tempat Paman Janggut tinggal. Sekaligus
menjenguk isterinya yang baru keguguran calon anaknya yang ketujuh.
Paman
janggut menyampaikan bahwa dia kaget diberitahu oleh teman-temannya di
Banten tentang tulisan mengenai dirinya di blog PKS Piyungan. Bahkan
pada saat beliau mau mengisi acara di Pandeglang, beliau dipanggil oleh
moderator: "Kepada Paman Janggut kami persilahkan". Ada juga dari
jamaahnya yang mendoakan, "Semoga Paman Janggut segera memiliki rumah".
Seorang temannya di Yayasan malah mencetak tulisan itu dan
menempelkannya di dinding sekolah.
Isteri
Paman Janggut, yang baru keguguran calon anaknya, menangis membaca
tulisan itu dan komentar-komentar yang masuk di blog PKS Piyungan.
Bermacam rasa menyatu, antara bangga, haru, dan sedih. Paman janggut
menghiburnya dengan kata-kata, "Umi isteri kebanggaan. Bisa bantu Abi
berjuang dalam dakwah ini".
Saya
merasa bersalah karena telah mempublikasi tulisan itu tanpa ijin
beliau. "Mohon maaf bila tidak nyaman dan kurang berkenan," kata saya.
"Tidak apa-apa. Kenapa tidak sekalian disampaikan ke DR. Hidayat Nur
Wahid dan Ustadz Anis Matta". "Memangnya mereka kenal dengan Paman
Janggut?" tanyaku. "DR. Dayat yang menasihati saya untuk pulang ke
Indonesia dan berdakwah di sini. Sedangkan Ustadz Anis adalah Kakak
kelas di LIPIA dan saya tinggal satu rumah bersamanya dulu," jawab Paman
Janggut yang membuatku makin penasaran.
Kata
Paman Janggut, Ustadz Anis Matta adalah sosok yang sangat cerdas.
Selalu menjadi mahasiswa terbaik waktu di LIPIA. Beliau rajin sekali
membaca buku. Saat Ustadz Anis Matta mau menikah, Paman Janggut diminta
untuk memilihkan untuknya satu dari lima foto yang dijejerkan secara
terbalik untuk menjadi isteri beliau.
"Bagaimana
saya bisa memilih, sedangkan wajah dari akhwatnya tidak terlihat karena
fotonya dijejerkan terbalik begini?" protes Paman Janggut. "Agar ikhlas
dan objektif," begitu kira-kira jawaban Ustadz Anis. Lalu Paman Janggut
mengambil satu foto, dan ajaib, pilihan Paman Janggut sesuai dengan
keinginan Ustadz Anis.
Paman
Janggut sangat kagum dengan kuatnya ingatan ustadz Anis Matta. Saat
pertemuan Kaderisasi PKS se-Indonesia belum lama ini di Puncak Bogor,
Paman Janggut mendekati Ustadz Anis Matta yang telah menjadi Presiden
PKS.
"Ustadz Anis, Apakah masih kenal saya?"
"A'la Rotbi, kan? Bagaimana kabar adik antum yang dulu diajak ayah ibu jenguk antum ke rumah kontrakan kita?"
"Alhamdulillah,
sehat. Adik saya sekarang sudah jadi Bankir di Jakarta," jawab Paman
Janggut sambil terkagum-kagum dengan ingatan beliau.
Saya,
adiknya Paman Janggut, lebih kagum lagi dengan Ustadz Anis Matta. Saya
saja sudah hampir lupa dengan pengalaman pertama kali ke Jakarta diajak
orang tua untuk menengok Kakak yang kuliah di LIPIA lebih dari 20 tahun
yang lalu.
Ternyata
yang saya datangi dulu adalah rumah kontrakan Pemimpin Besar yang
pidatonya mampu menjebol tembok kemalasan kami, orang-orang yang
terkurung dalam zona nyaman. Dialah Calon Pemimpin negeri ini, Ustadz
Anis Matta.
Oleh @iman_azzam
*pkspiyungan.org