Saudariku, Banggalah Berjilbab Syar’i
By: Abul Ezz
Jumat, 22 Maret 2013
0
Saya tiba-tiba teringat dengan percakapan bersama
adik kelas, laki-laki, waktu di kampus dulu. Tak seperti biasanya, dia
yang memulai awal diskusi. Biasanya dia lebih banyak diam mendengarkan.
Tampak sekali raut penasaran pada wajahnya.
“Bang, jadi akhwat
muslimah berjilbab lebar tu, kalau jalan harus nunduk gitu ya bang? Trus
klo disapa gitu ‘cool’ banget. Blum lagi kalau ditanya, jawabnya
dikit-dikit, ditanya satu-jawabnya satu,” cerocosnya penasaran memulai
diskusi kami.
“Hehehe…nasib ente aje bro, baru ketemu yang
begituan. Muslimah itu sama kayak kita-kita ini. Ada yang melankolis,
plegmatis, koleris bahkan sanguinis sejati yang bikin ente satu kelas
senyam senyum mulu,” terang saya.
“Nah, kebetulan aja,” lanjut saya, “ente baru ketemu dengan para melankolis,”
“Oo, gitu ya bang? Tapi masak sih ada yang beda dari itu. Perasaan sama semua deh,” ujarnya.
“Ente
sih, kurang baca sirah (sejarah) nabi dan sahabat. Dari dulu dah ada
bro, emang beda-beda gitu, sama kayak kita,” jawab saya.
“Dulu
itu,” jelas saya mengisahkan, “sudah ada muslimah yang jago bela diri
seperti Nusaibah binti Ka’ab yang melindungi Rasulullah ke manapun
beliau bergerak dalam perang… mhhmm, koleris banget gak neh? Dan ane pun
pernah ketemu dengan yang beginian, karena hobby karate sejak SMP,
setiap dia maen volley dan dapat giliran service, tu bola biasanya gak balek lagi, karena sangking kenceng mukulnya… hehe”.
“Baru dengar yang beginian bang…” jawabnya dengan mata membulat (serius dengar atau shock kale ya, wkwk)
“Juga
ada yang ketika rapat, klo dah dikasih giliran ngômong, teruusss aja
ngomong ngasih pendapat. Hingga lebih dari dua orang bilang
‘cukup…cukup…cukup’, baru berhenti. Itu pun dari awal ngomong suaranya
tenor mulu… ckckck… bayangin…tu stamina dari mana coba?” (Hahaha…)
“Atau
ente jangan-jangan juga belum pernah dengar ada akhwat muslimah yang
pulang mudik sendirian pake motor, lewat pesawangan tengah malam?
(soalnya masih single gitu… qiqiqi). Sesungguhnya dia memiliki
kepribadian kuat dan pemberani seperti seorang shahabiyah Hani’ binti
Abu Thalib.”
“Juga ada yang sanguinis, bawaannya ceria seperti
bunda ‘Aisyah RA. Humornya, humor cerdas, tak pernah nyakitin dan
merendahkan orang lain, apalagi merendahkan dirinya,”
“Juga ada
yang doyan membentak (mungkin juga dengan mata melotot… ini mungkin ya,
sebab belum pernah lihat yang sampai melotot… tapi klo membentak ada
banyak… hehe), bahkan tertawa terbahak (bukan terbahak-bahak ya) seperti
Hafshah Ra…”
“Tentunya, tak ketinggalan yang berkarakter lembut dan keibuan seperti Khadijah RA” terang saya.
“Wahhhh,
jadi gak semuanya nunduk dan pemalu gitu ternyata ya bang?” tanyanya
dengan wajah berbinar (heran, kok bisa senang gini neh anak? Qiqiqi)
“Ya betul gitu,” jawab saya. “Tapi perlu diingat bro, karakter mereka emang beda-beda, namun memiliki satu kesamaan,”
“Apa tu bang?” tanyanya penuh semangat.
“Apapun
karakternya, muslimah yang baik itu, jika kau coba-coba menggodanya,
apalagi iseng-iseng menyentuh tangannya… yang pandai bela diri akan
langsung pasang kuda-kuda untuk menghantammu bro… atau yang gak pandai
bela diri… akan langsung jongkok ambil batu, siap nimpukin kepalamu
(reaksi fitrah batu gilingan cabe :p), hahahaha,” tukas saya dengan
jenaka.
“Ahh, abang ne ada-ada aja,” jawabnya nyengir.
Ya,
begitulah Islam. Islam tak kan menghapus warna-warni nan indah. Ia
bahkan memadukannya bersama syariat agar semakin teduh dan sedap di
pandang mata.
Saudariku, banggalah jadi muslimah berjilbab syar’i…
DPD PKS Siak - Download Android App