Sang "Soekarno Muda"
By: Abul Ezz
Minggu, 31 Maret 2013
0
Adakah sosok yang bisa disamakan dengan pahlawan revolusi Soekarno? Jawabnya: TIDAK ADA! TIDAK AKAN BISA!
Bahkan dalam peradaban dunia pun, Soekarno tak tertandingi karakternya. Dia besar dan membesarkan sejarah. Keniscayaan sejarah masa kini adalah pengulangan potongan-potongan sejarah masa lalu. Sepotong sejarah Soekarno sebagai orator ulung akan saya kultwit dari sisi kompetensi SDM. Serta lahirnya sosok orator yang bagi saya sangat mendekati kompetensi Soekarno dalam berorasi itu.
Setelah 43 tahun ditinggal pergi Putra Sang Fajar, nyaris Indonesia tak punya orator sehebat Soekarno. 21 Juni 1970 hembusan nafas terakhir sang orator terhebat yang pernah dimiliki bangsa Indonesia. Setelah itu Indonesia tak punya lagi sosok yang menggebu-gebu dipodium dengan ide-ide besar dan menggelorakan jiwa. Kompetensi sebagai orator adalah paduan antara komunikasi, kepemimpinan, penguasaan massa, dan ide materi. Coba cek jejak-jejak orasi Soekarno di youtube, pahami, resapi kalimat demi kalimatnya. LUAR BIASA!! Niscaya seakan ada hawa energi yang masuk telinga dan mengalir ke smua pembuluh darah, bergolak! Itulah salah satu cara awam ‘membaca’ kompetensi orasi Soekarno tanpa perlu assessment psikologis.
Sekarang mari lihat sekeliling, adakah sosok yang punya kemiripan kompetensi orasi ala Soekarno? Setelah puluhan tokoh nasional saya teliti rekamannya di youtube, ada 1 yang punya kemiripan kompetensi itu, yaitu Anis Matta. Saat Soekarno jadi Presiden RI usianya 44 tahun 2 bulan, Anis Matta diangkat jadi Presiden PKS usia 44 tahun 2 bulan. Bandingkan gaya orasi Soekarno dan Anis Matta, cermati, amati di youtube.
Sebelum Anda melihat dengan seksama perbandingan pidato-pidato mereka, tolong jangan komentar dulu. Saya beri kesmpatan Anda nonton dulu beberapa saat, link Soekarno: http://t.co/ziMKmGn6jk link: Anis Matta http://t.co/KBDZaFI72A
Sudah nonton?? ……… Sudah amati?? Jalan-jalan lagi liat pidato-pidato mereka lainnya. Jika sudah puas nonton merapat lagi yuk. Ada beberapa kompetensi orasi yang sangat mirip antara keduanya. Gaya orasi bung Karno khas berapi-api, meledak-ledak. Anis Matta memiliki hal yang sama. Khas irama suara Bung Karno tember barhat (berat empuk) menarik dan diapason yang luas. Khas irama suara Anis Matta lebih tember ringan, bergelombang dan diapason yang juga luas. Beberapa frase diucapkan seperti bisikan, tenang membeku, hadirin bisa menahan nafas menunggu kata apa yang keluar setelahnya. Kadang intonasinya arus laut, lembut mengayun dari tengah, lalu bergemuruh melabrak karang di tepian.
Antara perasaan dan ide yang meluncur seakan campur jadi satu adonan kue yang sangat renyah dinikmati, tapi bertenaga. Mereka juga ahli bahasa, menguasai banyak kosakata, membumbui pidatonya dengan metafora dan perumpamaan. Mereka juga sering ambil kisah-kisah masa lalu, epic peradaban, dan menyitir perkataan tokoh-tokoh besar dunia.
Mereka juga mampu menggerakkan massa besar sesuai kapasitasnya, Soekarno dengan rakyat RI dan Anis Matta dengan ‘rakyat’ PKS. Kemenangan Pilkada PKS di Jabar dan Sumut setelah dihantam “badai KPK” adalah bukti kecil kemampuan Anis Matta gerakkan massa.
Lantas, dengan kemiripan satu kompetensi orasi tersebut apakah layak Anis Matta disebut ‘Soekarno Muda?’ Untuk saat ini, masih terlalu dini. Namun bakat itu telah muncul secara alami dalam diri Anis Matta sebagai Soekarno Muda. Tinggal dibuktikan seiring perjalanan waktu, terutama kebersihannya dari tudingan-tudingan miring selama ini. Juga pengorbanan nyatanya sebagai seorang negawaran, bukan hanya sebagai politikus. Sejarah jadi saksi, apakah benih Sang ‘Soekarno Muda’ akan tumbuh dan berkembang atau layu dimakan zaman. Karena Soekarno-pun tak pernah melingkarkan rolex ditangannya. Semoga ‘Soekarno Muda’ itu jadi harapan bangsa, MERDEKA!!
Bahkan dalam peradaban dunia pun, Soekarno tak tertandingi karakternya. Dia besar dan membesarkan sejarah. Keniscayaan sejarah masa kini adalah pengulangan potongan-potongan sejarah masa lalu. Sepotong sejarah Soekarno sebagai orator ulung akan saya kultwit dari sisi kompetensi SDM. Serta lahirnya sosok orator yang bagi saya sangat mendekati kompetensi Soekarno dalam berorasi itu.
Setelah 43 tahun ditinggal pergi Putra Sang Fajar, nyaris Indonesia tak punya orator sehebat Soekarno. 21 Juni 1970 hembusan nafas terakhir sang orator terhebat yang pernah dimiliki bangsa Indonesia. Setelah itu Indonesia tak punya lagi sosok yang menggebu-gebu dipodium dengan ide-ide besar dan menggelorakan jiwa. Kompetensi sebagai orator adalah paduan antara komunikasi, kepemimpinan, penguasaan massa, dan ide materi. Coba cek jejak-jejak orasi Soekarno di youtube, pahami, resapi kalimat demi kalimatnya. LUAR BIASA!! Niscaya seakan ada hawa energi yang masuk telinga dan mengalir ke smua pembuluh darah, bergolak! Itulah salah satu cara awam ‘membaca’ kompetensi orasi Soekarno tanpa perlu assessment psikologis.
Sekarang mari lihat sekeliling, adakah sosok yang punya kemiripan kompetensi orasi ala Soekarno? Setelah puluhan tokoh nasional saya teliti rekamannya di youtube, ada 1 yang punya kemiripan kompetensi itu, yaitu Anis Matta. Saat Soekarno jadi Presiden RI usianya 44 tahun 2 bulan, Anis Matta diangkat jadi Presiden PKS usia 44 tahun 2 bulan. Bandingkan gaya orasi Soekarno dan Anis Matta, cermati, amati di youtube.
Sebelum Anda melihat dengan seksama perbandingan pidato-pidato mereka, tolong jangan komentar dulu. Saya beri kesmpatan Anda nonton dulu beberapa saat, link Soekarno: http://t.co/ziMKmGn6jk link: Anis Matta http://t.co/KBDZaFI72A
Sudah nonton?? ……… Sudah amati?? Jalan-jalan lagi liat pidato-pidato mereka lainnya. Jika sudah puas nonton merapat lagi yuk. Ada beberapa kompetensi orasi yang sangat mirip antara keduanya. Gaya orasi bung Karno khas berapi-api, meledak-ledak. Anis Matta memiliki hal yang sama. Khas irama suara Bung Karno tember barhat (berat empuk) menarik dan diapason yang luas. Khas irama suara Anis Matta lebih tember ringan, bergelombang dan diapason yang juga luas. Beberapa frase diucapkan seperti bisikan, tenang membeku, hadirin bisa menahan nafas menunggu kata apa yang keluar setelahnya. Kadang intonasinya arus laut, lembut mengayun dari tengah, lalu bergemuruh melabrak karang di tepian.
Antara perasaan dan ide yang meluncur seakan campur jadi satu adonan kue yang sangat renyah dinikmati, tapi bertenaga. Mereka juga ahli bahasa, menguasai banyak kosakata, membumbui pidatonya dengan metafora dan perumpamaan. Mereka juga sering ambil kisah-kisah masa lalu, epic peradaban, dan menyitir perkataan tokoh-tokoh besar dunia.
Mereka juga mampu menggerakkan massa besar sesuai kapasitasnya, Soekarno dengan rakyat RI dan Anis Matta dengan ‘rakyat’ PKS. Kemenangan Pilkada PKS di Jabar dan Sumut setelah dihantam “badai KPK” adalah bukti kecil kemampuan Anis Matta gerakkan massa.
Lantas, dengan kemiripan satu kompetensi orasi tersebut apakah layak Anis Matta disebut ‘Soekarno Muda?’ Untuk saat ini, masih terlalu dini. Namun bakat itu telah muncul secara alami dalam diri Anis Matta sebagai Soekarno Muda. Tinggal dibuktikan seiring perjalanan waktu, terutama kebersihannya dari tudingan-tudingan miring selama ini. Juga pengorbanan nyatanya sebagai seorang negawaran, bukan hanya sebagai politikus. Sejarah jadi saksi, apakah benih Sang ‘Soekarno Muda’ akan tumbuh dan berkembang atau layu dimakan zaman. Karena Soekarno-pun tak pernah melingkarkan rolex ditangannya. Semoga ‘Soekarno Muda’ itu jadi harapan bangsa, MERDEKA!!
chirpstory
@pkscihuui
DPD PKS Siak - Download Android App