PKS Kembali Mengancam
By: Abul Ezz
Rabu, 06 Maret 2013
0
Anwar Muhammad | Kompasiana
Setelah ancaman pertama, pada kesempatan ini kita akan melihat ANCAMAN dari PKS selanjutnya. Ancaman ini mungkin diluar prediksi banyak orang atau pengamat, yang menganggap bahwa PKS tidak punya BIG BOSS, atau plutocrat behind d scene, seperti ARB, JK, dll di Golkar, SP & HT di NasDem, Konglomerat dibalik PDIP, Demokrat, dst. Dengan demikian, implikasi anggapan ini adalah PKS miskin, minim dana, bangkrut, gak mungkin iklan macam2, dsb.
Hal tersebut tidaklah mengherankan, sebab dari mula kejadiannya (1998),
orang kebanyakan terus saja mempertanyakan, siapa BOS PKS. Kita mungkin
masih ingat bagaimana PKS dikait-kaitkan dengan Keluarga Cendana, bahkan
lebih seramnya, PKS disebut sebagai partai bentukan cendana yang
disusupkan dalam gelombang reformasi. Tuduhan ini menurut saya
sebenarnya hanyalah pemenuhan syahwat keingin-tahuan banyak orang akan
supplier dana kegiatan-kegiatan PKS dalam berpartai. Bukankah telah
menjadi jamak di negeri kita bahwa orang ber-uang akan membuat atau
menguasai partai guna mendapatkan tahta, pengaruh, otoritas, hingga
pundi-pundi anyar? Utilitarian.
Lantas, darimana PKS mendapatkan dana operasional? Sampai kapan partai
ini akan bertahan hidup? Mengapa SOKONGAN PENDANAAN untuk PKS menjadi
ancaman bagi partai lain??
Disinilah anehnya PKS. Coba amati premis-premis berikut.
Pertama, partai ini bukan milik FIGUR atau sekelompok kecil orang. PKS
adalah milik banyak orang, atau dalam istilah mereka “JAMA’AH” atau
“UMMAH”. Ustadz Yusuf Mansur pernah menjelaskan bahwa DANA bukan
persoalan yang berat jika dipikulkan kebanyak orang, ‘alaikum
biljama’ah. Uang 20.000 sangat kecil, habis sekali makan, kadang gak
sempat pesan es teh pula. Tapi jika ente; masih menurut beliau,
bersama-sama mengumpulkannya, atau setidaknya dihimpun dari paling
sedikit 1 juta orang yg meng-klik like setiap status FB saya, maka
banyak yg bisa kita lakukan.
Ada rekan yg sejak dulu saya kenal PKS banget, menyampaikan bahwa jumlah
KADER PKS saat ini paling sedikit 1,5 juta orang. Kader yg beliau
maksud adalah kader utama atau inti. KU ini setiap bulan mempunyai utang
paling kecil 4% dari penghasilannya. Utang itupun bersifat progresif,
semakin banyak penghasilan, semakin besar per-senan yang ditagih. Jadi,
dengan hanya menggunakan kalkulator cabai, tak perlu F3000, kita dapat
mengkalkulasi berapa dana yang terkumpul setiap bulannya. Hitungan
sederhananya adalah:
- Jumlah Kader Utama = 1.500.000 orang
- Penghasilan rata2 min = 2.000.000 /orang/bulan
- Potongan min 4% = 0.04×1.500.000×2.000.000= 120.000.000.000 rupiah/bulan
- Lancar 75% saja = 90.000.000.000 rupiah/bulan
Angka ini belum termasuk (masih kata beliau) dana-dana lain semisal :
- Potongan rata-rata 50% gaji anggota legislatif dan eksekutif
- Sumbangan rutin dari kader-kader pendukung yang jumlahnya jauh lebih banyak dari kader utama
- Todongan atau pungutan insidentil dari kader untuk membantu kegiatan-kegiatan sporadis, misalnya beli door prize, makanan berat, dll.
- Sumbangan dari lembaga2 profitable milik kader dan simpatisan PKS. Seingat saya, dulu (awal tahun 90-an), ada lembaga bimbel milik kader PKS (sekarang beliau jadi Gubernur) yang kerjanya beli sepeda motor untuk dipakai ustadz-ustadz berceramah diberbagai pelosok. Hmmmm, partai apaan ini.
So, bayangkan saja kekuatan jama’ah itu. Kata sederhananya begini. Kalau
partai lain akan semakin kehabisan dana (kecuali itu tadi, mencari
imbal balik rate of return dari kekuasaan yg telah diraih via abuse of
power, atau pungutan liar bagi siapa saja yg berniat nyaleg atau mau
jadi gubenur, bupati, dll) karena membiayai partai yg high-cost. Semakin
besar partai, semakin tinggi biaya kelolanya. Sementara kebalikan bagi
PKS, semakin banyak kader, semakin besar income partai.
Pesan saya bagi pesaing PKS, anda cukup membangun opini kejelekan PKS
hingga ditinggalkan kader-kadernya, atau setidaknya tak mendapat suplai
kader baru. Kalau anda tidak mampu, siap-siap saja dilindas PKS.
Kedua, ada slogan atau katakanlah prinsip yang dipegang teguh kader2
PKS. Saya kurang ingat istilah mereka, tetapi maknanya kira2 begini;
“Dana perjuangan kami adalah dari kantong-kantong kami”. Semangat
berinfaq, membelanjakan harta dijalan yg mereka yakini ini, sama
hebatnya dengan menolong korban banjir, gempa, hingga donor darah
sekalipun. Jihad, kata mereka. Prinsip ini sesungguhnya lebih berbahaya
dari yang pertama. Bukankah kita menyaksikan, betapa banyak orang yang
berpunya, namun mereka enggan mengeluarkan harta untuk perjuangan
menegakkan (nilai) agama. Prinsip yg umum dianut yaaa “banyak uang
keluar, mesti lebih banyak uang yang diterima kembali”.
Jadi, semangat menghidupi organisasi/partai (infaq) dengan uang pribadi
ini merupakan prinsip yang paling aneh dan mengancam dari kader PKS.
Dulu, cuma Muhammadiyah yang memilikinya, sebagaimana pesan KH. Ahmad
Dahlan, “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari Hidup di Muhammadiyah”.
Spirit ini amat mendoktrin saya secara pribadi, bukan hanya karena
didikan sekolah Muhammadiyah, tetapi agama kita memang mengajarkan untuk
banyak MEMBERI, bukan menerima. Jadinya, orang-orang PKS itu
MUHAMMADIYAH banget, hehe. Saya kurang tahu, apakah Pak Hatta Rajasa
dengan PAN-nya juga menganut semboyan ini. Kalau iya, syukurlah. Tapi
kalau tidak, orang-orang Muhammadiyah seperti saya, mungkin bisa
terseret PKS, hehe. Saya kemudian berani mengatakan bahwa umur PKS amat
tergantung dari spirit ini.
Ketiga, efisiensi. Sokongan pendanaan akan menjadi potensi besar
yang amat menakutkan, apabila memenuhi 3 faktor, ada sumber yang
kalkulatif, jumlah yang konsisten dan stabil, dan efisien dalam
penggunaan. Efisien tidak berarti bakhil, tetapi tepat sasaran dan
mendapatkan efek lebih membahana. Dalam ajaran agama, kita telah
memahami bahwa terkait dengan HARTA, pertanyaannya ada 2, dari mana
didapatkan, dan kemana dibelanjakan. Faktor lain yang menentukan
efisiensi adalah kemampuan manajerial dan skala prioritas. Nah, bagi
kader-kader dan pemimpin PKS yang kebanyakan diisi oleh orang-orang
kuliahan, saya menganggap persoalan ini bukanlah hal yang rumit. Tidak
hanya karena mereka paham, tetapi nilai-nilai agama yang mereka anut
dengan sendirinya member bingkai kerja yang jelas. Jangankan
disalah-gunakan, berlebihan saja sudah dilarang nilai-nilai agama, so
inefficient is inept. Apakah partai atau gerombolan lain memahami dan
melaksanakan ini?? Paling-paling aji mumpung.
Kesimpulannya, PKS lagi-lagi 'mengancam'.
Kesimpulannya, PKS lagi-lagi 'mengancam'.
Wallahu a’lam bis-shawwab.
*http://politik.kompasiana.com/2013/03/05/pks-kembali-mengancam-534300.html
DPD PKS Siak - Download Android App