Semarang (17/3/2013). Dan inilah transkrip dari pidato beliau.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ikhwan
dan akhawat sekalian, kalimat pertama yang ingin saya sampaikan kepada
antum semua adalah bahwa saya mencintai antum semua. Inni uhibbukum
fillah. Karena cintalah kita berkumpul di sini, dan insya Allah atas
nama cinta juga kita akan memenangkan Pilgub Jawa Tengah.
Saya
juga ingin menyampaikan, salam cinta dari Ketua Majelis Syuro, Ustadz
Hilmi Aminuddin kepada antum semuanya dan salam cinta dari mantan
Presiden kita Ustadz Luthdi Hasan Ishaaq. Kita doakan mudah-mudahan
Allah swt. memudahkan urusannya.
Ikhwah sekalian.
Apa
yang disampaikan tadi oleh KH Budi (Budi Haryono .pen) mengingatkan
saya kepada sebuah puisi. Puisi yang ditulis oleh murid dari nama yang
disebutkan tadi yaitu Rumy. Rumy punya murid cinta yang hidup
berabad-abad sesudah Rumy, namanya Muhammad Iqbal. Dan Muhammad Iqbal
ini menulis tentang gurunya. Perhatikan baik-baik teksnya.
“Dan nafas cintamu, meniup kuncupku jadi bunga.”
Jadi
beliau bercerita bahwa, cinta itu, kata Iqbal, membuat kuncup bunga itu
merekah. Dan dimana-mana ada cinta, hidup itu pasti akan berkah.
Dalam
waktu yang sangat lama saya selalu memikirkan satu hal, apa yang
sebenarnya merupakan co valeu, nilai utama dari masyarakat Indonesia.
Kita pasti punya nilai-nilai yang banyak. Tetapi nilai yang tertinggi
bagi masyarakat Indonesia itu apa? Yang membedakan kita dengan
masyarakat-masyarakat lain di dunia. Dan saya menemukan satu kata, yaitu
harmoni.
Kita
ini adalah bangsa yang ditakdirkan oleh Allah swt, hidup dari etnis
yang sangat beragam. Mendiami sebuah wilayah yang terpisah-pisah dan
terpisahnya jauh. Dimana dua pertiga dari wilayah kita itu adalah laut.
Karena kita terpisah, satu sama lain sangat jauh. Dan terlalu beragam
secara etnis, itulah yang membuat kita saling merindukan.
Perpisahan
membuat kita rindu. Tetapi perbedaan yang ekstrim seperti ini membuat
kita merindukan persatuan. Jadi jauh sebelum ada sebuah negara yang
bernama Indonesia, yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,
yang pertama kali hadir adalah pernyataan tekad untuk bersatu. Satu
dalam bahasa, satu dalam bangsa itulah Indonesia, yang dideklarasikan
pada hari Sumpah Pemuda.
Jadi
perbedaan yang ekstrim membuat kita juga merindukan persatuan secara
ekstrim. Di sini banyak etnis, banyak agama, dan banyak ideologi. Tetapi
perbedaan itu semuanya terangkum menjadi satu, dan kita hidup secara
harmoni dalam satu wilayah yang sama. Disebabkan karena kita semuanya
mempunyai nilai-nilai utama dan yang paling tinggi dari nilai itu adalah
harmoni. Kehendak untuk bersatu. Kehendak untuk hidup secara damai.
Kehendak untuk menepis perbedaan, dan hidup dalam satu lingkar mufakat
yang besar, dimana kita, insya Allah, tidak bisa dipecah-belah oleh
bangsa-bangsa yang lain.
Itulah co value, nilai utama dari masyarakat Indonesia.
Dan
beberapa tahun yang lalu, di depan teman-teman kami waktu itu. Saya
menyampaikan sebuah ceramah dan sebuah makalah. Saya beri judul:
Izinkanlah Kami Menata Ulang Taman Indonesia.
Sebab
saya membayangkan bahwa Indonesia ini adalah sebuah taman, setiap orang
di dalam taman ini adalah sebuah bunga. Dan setiap bunga itu punya
warna sendiri.
Taman
ini menjadi indah karena terlalu banyak bunga yang punya banyak warna
di dalam taman itu. Coba bayangkan kalau ada satu taman yang bunganya
cuma satu. Apa indah taman itu? Tapi coba bayangkan kalau bunga yang
punya banyak warna itu, kita paksa melebur menjadi satu warna. Bunganya
banyak, tapi warnanya dilebur jadi satu. Bagus tidak?
Bangsa
ini menjadi indah, karena kita berbeda seperti bunga dalam taman. Jadi
kalau saya ingin mendefinisikan, apa itu masyarakat Indonesia, saya bisa
mengatakan bahwa masyarakat Indonesia itu adalah masyarakat bunga. The
flower society.
Dan
bunga ini ikhwah sekalian, kalau kita ingin memimpinnya dengan baik,
kembalilah kepada puisi Iqbal. Tiupkan nafas cinta ke dalam bunga itu,
maka dia akan mekar. Dan jika kita meniupkan nafas cinta ke dalam bunga
itu, insya Allah tidak ada kekuatan lain yang akan menolak tiupan nafas
cinta itu. Saya kira, dengan cara beginilah insya Allah kita akan
memenangkan dan memimpin Indonesia di masa yang akan datang.
Tiupkan
nafas cinta ke dalam republik ini, biar ia tumbuh menjadi bunga yang
memenuhi taman Indonesia dan insya Allah bunga ini akan tumbuh mekar
dalam taman itu.
Dan
dengan cara seperti itu, ikhwah sekalian, kita merubah politik dari
sebuah permainan yang berbahaya (dangerous game), yang isinya adalah
karakter assassination, politisasi hukum, black campaign, kita rubah
semuanya itu menjadi permainan orang dewasa yang lucu. Seru. Seperti
dulu kita di sekolah dasar atau di SMP, mau memilih ketua kelas. Ada
kampanye, ada pertarungan. Seru, tapi tidak berbahaya. Ada ketegangan,
tapi orang tidak takut.
Politik
sekarang menakutkan. Mengerikan. Karena itu anak-anak muda tidak mau
ikut politik. Tidak suka politik. Dan itulah yang menjelaskan mengapa
begitu banyak undecided voter. Mengapa begitu banyak orang yang
apolitis. Bukan karena mereka tidak mau, tapi orang-orang sekarang
memberikan tontonan politik seperti orang masuk ke dalam bioskop dan
menonton film horor. Kenapa kita harus mengeluarkan uang untuk
menakut-nakuti diri sendiri. Kita keluarkan uang, kita nonton, kita
pulang membawa mimpi buruk. Sekarang kita ubah politik itu menjadi
permainan yang seru. Ada sparkling-nya, ada sodanya, tapi tidak
memabukkan. Kita merubahnya demikian.
Dan saya kira ikhwah sekalian, tempat pertama dimana kita ingin menguji teori ini adalah Jawa Tengah.
Secara
budaya, diantara semua wilayah-wilayah yang ada di Indonesia ini, saya
kira dan mudah-mudahan saya tidak salah, Jawa Tengah adalah masyarakat
dengan budaya yang paling bisa memadukan segala hal yang tidak bisa
dipadukan.
Dan
ikhwah sekalian, apa yang saya bicarakan ini sebenarnya tadinya
rencananya akan saya sampaikan setelah bulan Agustus. Sebagai bagian
dari pidato 17 Agustus nanti. Tapi (apa yang disampaikan) Kyai Budi tadi
ini, mengganggu pikiran saya. Dan saya harus menjawabnya.
Inilah
teori kita tentang Indonesia. Dan saya kira dulu, kira-kira 16 tahun,
menurut cerita Soekarno sendiri. Sebelum kemerdekaan. Ia mencoba
menemukan, semua titik kesepakatan bersama yang bisa menjadi alat
pemersatu bagi bangsa Indonesia. Soekarno menyadari bahwa kita ini
tumbuh dari ideologi yang sangat berbeda. Dan ada yang menarik dalam
sejarah ini. Para pemikir, ideolog-ideolog, terutama tiga ideologi yaitu
Islam, sosialisme dan nasionalisme, berguru pada satu orang yang sama.
Namanya Cokroaminoto. Dari sini ada murid yang bernama Soekarno, yang
nanti mengembangkan ide nasionalisme tetapi dia juga mewarisi ide dasar
sosialisme itu. Dari sini juga lahir nanti pemikir Islam yang namanya KH
Agus Salim. Tapi dari sini juga nanti tokoh-tokoh merah Indonesia. Ada
Muso dan ada Alimin. Lahir dari guru yang sama.
Jadi
begitu ingin merdeka, Soekarno berfikir bahwa kita membutuhkan alat
pemersatu, dan biarlah orang-orang ini dengan ideologinya
sendiri-sendiri. Tetapi kita membutuhkan sebuah kesepakatan bersama.
Kesepakatan itulah yang kemudian dirumuskan dalam bentuk Pancasila.
Di
situ (Pancasila) ada Islam, di situ ada pluralisme, disitu ada
nasionalisme disitu ada demokrasi berbasis Indonesia, di situ ada
sosialisme. Tapi yang menarik adalah kata Soekarno, jika Pancasila ini
kita peras, peras dan peras menjadi hanya satu kata, maka satu kata itu
adalah artinya gotong-royong.
Coba
kita perhatikan. Itu adalah ide tentang harmoni. Dan jika kita usut
sejarah pemikiran politik Indonesia ini kita akan sampai pada satu ide.
Tapi bila kita balik lagi ke sejarah penyebaran Islam di nusantara ini,
ide ini pulalah yang diyakini pertama kali oleh para dai yang membawa
Islam ke Indonesia. Itulah sebabnya, inilah kawasan dimana Islam masuk
tanpa pertumpahan darah. Mereka menyenangi harmoni.
Dan
karena harmoni itu, maka para dai ini mempunyai kebebasan untuk
menyampaikan nilai-nilai Islam itu. Saya tadi mengobrol, sambil
mendengarkan Kyai Budi dan mengatakan, kita ini bisa saja bikin
pengajian terlalu tegang, terlalu serius. Nah ini benar pengajian (yang
dibawakan Kyai Budi H) ini tadi. Santai. Rileks. Tapi kontennya full,
sama persis. Bagus juga mungkin kalau ada acara pengajian PKS diiringi
dengan nasyid dan diiringi dengan musik-musik local, gamelan dan
seterusnya.
Jadi inilah yang menjelaskan mengapa masyarakat kita menerima Islam secara apa adanya. Tanpa ada pertempuran.
Ikhwah
sekalian, jika saya ingin masuk dari teori ini kepada persoalan yang
antum hadapi, dalam Pilgub yang akan datang, saya bisa mengatakan bahwa
antum hanya punya satu cara untuk memenangkan (Pilgub) ini. Yaitu
melawan mitos. Mitos politik. Mitos politik yang mengatakan bahwa partai
Islam tidak bisa memimpin republik. Mitos bahwa Jawa Tengah ini adalah
basis fulan, bukan basis PKS. Untuk melawan mitos itu hanya ada satu
cara: Bongkar!
Saya kira ini jalannya sudah jelas. Apa tadi salam 3 besarnya? Obah Kabeh Mudhak Akeh. Saya harus kursus ini (tertawa).
Iya
kan? Itu mitos. Coba antum bayangkan, dulu 1000 tahun sebelum Islam
datang ke nusantara ini, ada agama Hindu dan Budha di sini. Bisakah Anda
bayangkan bahwa sebuah agama yang sudah tertanam selama lebih dari 1000
tahun, kemudian bisa ditembus oleh Islam. Dan saya kira orang-orang
yang mengklaim bahwa Jawa Tengah adalah basis fulan, fulan dan
seterusnya, tidak sampai 1000 tahun, kan? Sampai 1000 tahun? Lho era
reformasi kan baru 15-an tahun. Iya kan? Jadi rileks sajalah. Bongkar
ini semuanya, lawan mitos itu, sambil kita bernyanyi.
Dan
ikhwah sekalian, kenapa saya ingin menggarisbawahi kata melawan mitos.
Karena kemenangan itu pertama kali, jauh sebelum diumumkan oleh KPUD,
kita umumkan dulu dalam fikiran kita. Kita umumkan dulu dalam perasaan
kita semuanya. Mindset-nya dulu kita rubah.
Sebab
lawan itu, ikhwah sekalian, menjadi besar atau kecil tergantung cara
kita mengkonsepsinya. Kalau kita menganggap mereka besar, dia besar.
Tapi kalau kita menganggap mereka kecil, dia akan menjadi kecil. Jadi
kalau kita anggap bahwa klaim Jawa Tengah ini basis fulan, fulan dan
seterusnya itu adalah sebuah mitos, hilangkan pertama kali mitos itu
dalam kepala kita. Dan begitu mitos itu hilang dari kepala kita, kita
bersihkan hati kita dari mitos itu. Begitu itu hilang, insya Allah jalan
kemenangan antum jadi lempeng. Clear. Kita buang itu mitos (dari kepala
kita). Kita buang dari hati kita mitos itu. Tinggal kita tadi, siapa
bilang? Ini basis fulan, mengapa PKS tidak punya hak untuk mengklaim
bahwa ini juga bisa menjadi basis PKS? Datang kepadanya dan sampaikan
salam cinta dari PKS. Dan seperti yang saya katakan, jika antum semua
datang dan meniupkan nafas cinta kepada orang-orang itu, bunga-bunga
yang ada di Jawa Tengah akan mekar, insya Allah.
Dan
dengan demikian, ikhwah sekalian. Antum akan melakukan pekerjaan yang
berat. Ini kata salah seorang pemikir China lama, namanya Lau Tze. Tahu,
kan? Dia mengatakan, kalau kita bekerja dengan cara begini maka kita
akan bekerja sambil menyanyi. Artinya apa, kita melakukan tugas-tugas
berat dengan cara dan hati yang riang.
Dan
jika kita tarik ini ikhwah sekalian, ke dalam akar nilai-nilai kita
sebagai muslim, kita juga akan ketemu dengan hal yang sama. Tahukah
antum semuanya apa karunia Allah swt kepada kaum muslimin sebelum perang
Badr berlangsung? Tahu karunianya? Dikasih tidur.
Jadi
malam hari keesokan pagi ketika perang Badr akan berlangsung, malam
harinya hujan rintik-rintik turun, hawanya dingin, kaum muslimin dikasih
tidur. Tidurnya nyenyak. Mereka tidak memikirkan bahaya yang akan
mereka hadapi besok. Seakan-akan yang mereka hadapi besok ini adalah
sebuah funny game. Permainan yang lucu. Bukan sebuah dangerous game.
Dikasih tidur. Begitu mereka bangun pagi, mereka segar.
Orang-orang
Quraisy tadi malam pesta pora. Makanya kurang tidur. Waktu mereka
bangun pagi-pagi, mereka tidak segar. Nah begitu berhadapan, baru mereka
sadar.
Ikhwah
sekalian, karena itu kita juga percaya bahwa dengan cara menidurkan
mereka itu Allah swt menanamkan persepsi kepada kaum muslimin bahwa
musuh yang akan kamu lawan ini tidaklah sebesar yang kamu duga.
Jadi
ikhwah sekalian, perbaiki saja persepsi kita tentang lawan kita itu.
Seperti kita juga perlu memperbaiki persepsi tentang Jawa Tengah ini.
Kalau antum terus mempersepsi bahwa ini basis orang lain, insya Allah
selamanya akan jadi basis orang lain. Tapi kalau antum dari sekarang
mengatakan: Bongkar, Bongkar, Bongkar! Ini mitos! Insya Allah ini akan
menjadi basis antum semuanya. Siapa yang bisa melawan pasukan cinta?
Siapa yang bisa melawan pasukan cinta? Insya Allah tidak akan ada yang
bisa melawan pasukan cinta.
Kalau
kata Kyai Budi tadi, semua orang kita ayomi, orang kelas bawah kita
ayomi semuanya, tukang becak kita ayomi, dan apa lagi tadi ada…
(bertanya ke Kyai Budi H) janda-janda kita ayomi juga. Semua kita ayomi.
Itu yang kita sebut dengan pasukan cinta.
Dan
insya Allah dengan cinta seperti itu ikhwah sekalian, kita akan datang
menawarkan sebuah persahabatan, sebuah persaudaraan, kepada semua orang.
Dan biarlah orang lupa bahwa ia dari ideologi fulan, ideologi kanan,
ideologi kiri, dia dari ideologi tengah, itu tidak penting.
Cinta yang membuat kita bersatu, bersahabat, bersaudara. Biarkanlah dia dengan ideologinya, tetapi dia bersama kita.
Rebut
dulu simpatinya, nanti belakangan pelan-pelan kita rubah cara
berfikirnya. Kata ulama-ulama dakwah, kasbul qulubi muqoddamu ‘alaa
kasbil uqul, merebut hati lebih kita prioritaskan daripada merebut
fikiran. Janganlah dulu merebut fikiran orang. Sebarkan dulu cinta.
Kalau semua orang sudah simpati, insya Allah dia akan lebih terbuka
menerima fikiran-fikiran kita.
Begitu
cintanya hilang, karena itu katanya Imam Syafi’i, cinta itu membuat
orang kehilangan daya kritis di dalam dirinya. Begitu kita cinta kepada
seseorang, bahkan yang jelek-jelek pun kita pandang bagus. Iya kan?
Oleh
karena itu ikhwah sekalian, kalau antum ingin meniupkan nafas cinta
kepada semua orang, saya membayangkan bahwa setiap antum semuanya akan
membuat data, list, dari seluruh warga dan pemilih di Jawa Tengah ini,
antum temui mereka semuanya satu persatu. Jabat tangannya baik-baik,
lihat matanya baik-baik. Sebarkan nafas cinta melalui mata antum
semuanya. Biar dia merasakan, dan rasakan dalam jabat tangan itu ada
setrum cinta yang mengalir ke tangan mereka itu. Begitu setrum cinta itu
mengalir ke tangan mereka, insya Allah, dia akan berubah dengan
sendirinya. Dia akan berubah.
Jadi
ikhwah sekalian, mengapa saya mengatakan bahwa kita harus mengubah
permainan politik dari permainan yang berbahaya menjadi permainan orang
dewasa yang lucu, karena politik sekarang ini menjauhkan orang dari
dirinya sendiri. Itu sebabnya saya kira, konfigurasi Jawa Tengah ini
dalam Pilgub ini adalah mengkonfigurasi yang paling lucu diantara
pilkada-pilkada yang lain. Coba kita lihat calon kita itu, koalisi yang
mendukungnya. Calonnya birokrat. Cagubnya birokrat, cawagubnya dari
partai lain, tapi tidak didukung partainya. Didukung oleh partai yang
berupa-rupa warnanya. Ada PKS, Gerindra, ada PKB, Hanura, PPP, PKNU dan
seterusnya. Rupa-rupa warnanya dan tidak saling berhubungan dengan cagub
dan cawagubnya. Nah ini pertemuan yang lucu.
Mungkin
ada orang yang bertanya, mengapa PKS tidak mengajukan kadernya? Saya
tadi bicara dengan akh Fikri (Drs. H. A. Fikri Faqih – Ketua DPW Jateng)
di mobil sebelum ke sini. Saya akan menjelaskan dalam kampanye
deklarasi nanti. Tapi saya akan menjelaskan dulu kepada antum semuanya.
Dalam
sistem demokrasi, partai politik itu mempunyai salah satu fungsi dasar
sebagai school of leadership, sekolah kepemimpinan. Partai ini mesti
merekrut orang, membinanya, menggodognya, melatihnya untuk menjadi
pemimpin. Kalau dia sudah siap menjadi pemimpin, kita ekspor orang ini
ke dalam sebuah lembaga yang kita sebut negara. Jadi user dari sekolah
ini adalah negara.
Karena itu Umar bin Khattab mengatakan, ta’allamu qabla anta suudu, belajarlah sebelum kalian memimpin.
Nah
ikhwah sekalian, kita kasih kesempatan kepada ikhwah untuk menetapkan
siapa yang mau antum ajukan (dalam Pilgub) dari kader. Dan mereka
mengatakan, tampaknya pada periode ini kita belum siap. OK. Karena kita
juga mesti membuka dua kitab sekaligus. Satu kitab namanya kitab percaya
diri, satu kitab lagi namanya tahu diri. Dua-duanya mesti kita baca
secara obyektif. Iya kan? Tidak ada masalah. Jangan minder dengan
keputusan itu. Itu tidak mencederai kita sebagai partai kader. Justru
itu menunjukkan kedewasaan kita dalam menilai diri kita sendiri. Kita
beri kesempatan kepada orang, dan waktu kita memberi kesempatan kepada
orang kita bekerja full untuk mendukung orang itu. Semuanya siapapun
yang nanti bekerja sama dengan PKS itu percaya, bahwa PKS adalah partai
yang selalu memenuhi janji. Nanti tiba waktunya antum memimpin, insya
Allah mereka juga akan mengatakan kalau antum berjanji dalam kampanye
insya Allah pasti akan dipenuhi oleh kadidat PKS.
Nah
ikhwah sekalian. Saya kira saya sudah menjelaskan mission imposible,
yang sekarang ini menjadi tugas antum semuanya di Jawa Tengah. Dan saya
tidak ingin mengatakan lagi kepada antum semuanya. No plan, no backup,
no choice. Bongkar! Karena antum sudah tahu jalannya. Dan kata kuncinya
cuma dua itu tadi. Yang pertama bongkar, yang kedua adalah permainan
yang lucu. Funny game. Main-mainlah dengan cara ini. Dan insya Allah
antum akan memenangkan pilkada Jawa Tengah.
Coba
saya mau tanya dulu kepada antum semuanya. Kira-kira ikhwah sekalian,
sebesar apa energi cinta yang ada di dalam diri antum, yang bisa antum
tiupkan kepada setiap bunga yang ada di Jawa Tengah ini? Saya mau tanya
dulu. Antum punya stok cinta yang banyak untuk bisa disebarkan di Jawa
Tengah atau tidak?
Banyak?
Kurang yakin. Yakin? (massa: Yakin).
Yakin?
(massa: Yakin).Yakin? (massa: Yakin).
Yakin? (massa: Yakin).
Allahu Akbar!
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.