Makar | Irwan Prayitno
By: Abul Ezz
Jumat, 22 Maret 2013
0
MAKAR, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bisa didefiniskan sebagai
perbuatan tipu muslihat, atau akal busuk yang dilakukan manusia untuk
menjatuhkan atau menyerang seseorang. Atau bisa juga diartikan sebagai
tipu muslihat untuk menjatuhkan pemeimpin atau pemerintahan yang sah.
Dalam bahasa internasional disetrakan juga dengan istilah konspirasi.
Makar bukanlah hal baru. Istilah makar dan perbuatan makar telah dikenal sejak dulu. Bahkan dizaman Nabi Muhammad SAW, sering terjadi peristiwa makar untuk menjatuhkan Nabi. Berbagai upaya dan tipu daya banyak dilakukan oleh orang-orang kafir unutk membunuh Nabi. Peristiwa itu dengan jelas dan rinci dijelaskan Allah dalam Al Qur’an.
Seperti firman Allah pada Surat Al-Anfaal ayat 30, “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya (makar) dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya (makar).”
Ayat ini mengingatkan apa yang terjadi di Mekkah, sekaligus mengingatkan bagaimana rencana Qadar Allah dan kebijaksanaan-Nya terhadap apa yang dipustuskan dan diperintahkan-Nya. Manusia boleh saja melakukan makar (tipu daya). Namun Allah mempunya makar (tipu daya) yang lebih hebat dibandingkan apa yang mampu dilakukan manusia.
Seperti diceritakan dalam sejarah Islam dan Al Qur’an, pada suatu malam kaum Quraisy berunding di Mekkah untuk menyingkirkan Nabi Muhammad SAW. Sebagian mereka berkata, “Besok pagi kita ikat dia (nabi Muhammad).” Sebagian lagi berkata, “Usir saja dia.” Sebagian lainnya berkata sambil berteriak, “Bunuh saja dia.” lalu kaum kafir Quraisy menyusun strategi untuk menangkap, menyingkirkan dan membunuh Nabi Muhammad SAW.
Namun semua rencana busuk dibocorkan Allah kepada Nabi Muhammad. Maka Ali ra. disuruh tidur menggantikan Nabi di tempat tidur beliau. Sedangkan beliau mengungsi ke gua (Tsur). Semalaman kaum musyrikin mengepung kediaman Nabi. Namun mereka kaget dan kecewa saat menyergap Nabi menjelang shubuh, ternyata yang mereka tunggui semalaman itu bukan Nabi Muhammad, tetapi sahabat Nabi, Ali ra.
Lalu mereka melacak jejak Nabi yang diduga meloloskan diri ke arah gunung. Namun mendekati sebuah gua (Tsur), jejak Nabi menjadi kabur. Mereka mencurigai Nabi bersembunyi di gua itu, namun mereka menjadi ragu karena gua itu tertutup oleh sarang laba-laba. Lagi pula di sana bersarang seekor burung. Bagaimana mungkin Nabi bersembunyi di sana?
Itu yang dimaksud dalam surat al-Anfal ayat 30 di atas yang bunyinya (dalam ejaan lati), “...wayam kuruna wayam kurullahu wallahu khairul makirin.” Artinya “... Mereka memikirkan tipu daya (makar) dan Allah menggagalkan tipu daya (makar) itu.” Allah menciptakan tipu daya yang lebih hebat dari yang mereka pikirkan. Allah-lah yang menyuru laba-laba dan burung di sana untuk memperdaya kaum Quraisy.
Dalan surat al-Ankabut ayat 69 Allah juga berfirman, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
Kesimpulannya, boleh saja manusia melaukan makar, tipu daya dengan cara apapun, namun Allah mempunyai makar, tipu daya yang jauh lebih baik dari apa yang bisa dilakukan manusia. Dan Allah Maha Tahu dan Maha Melihat mana yang salah dan mana yang benar dan Allah melindungi orang-orang yang berbuat baik dan sabar.
Oleh karena itu, mari kita berlomba-lomba berbuat kebaikan di Ranah Minang yang kita cintai ini, dan katakanlah yang benar itu benar. Selalulah berbuat kebaikan dan jadikanlah Al Qur’an sebagai pedoman hidup kita.
Al Qur’an adalah pedoman (petunjuk) yang paling tepat untuk manusia. Jika kita membeli mobil, maka pembuat mobil (pabrik) akan memberi buku petunjuk (buku manual) agar mobil yang kita gunakan berfungsi baik, tidak bermasalah dan panjang umurnya. Begitu juga manusia, Tuhan sebagai pencipta manusia telah memberikan buku petunjuk (seperti buku manual) untuk manusia agar manusia bisa hidup dengan baik dan selamat di dunia sampai akhirat. Kitab itu adalh Al Qur’an.
Jika masyarakat Sumbar menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidupnya dalam arti yang sesungguhnya, insya Allah masyarakat Sumbar akan menjadi masyarakat yang aman, damai dan sejahtera dunia dan akhirat. Dan Insya Allah akan diberkahi bumi Minangkabau ini sebagai ranah yang baldatun thoyyibatun warabbun ghofur, terhindar dari segala marabahaya, Amiin...
Makar bukanlah hal baru. Istilah makar dan perbuatan makar telah dikenal sejak dulu. Bahkan dizaman Nabi Muhammad SAW, sering terjadi peristiwa makar untuk menjatuhkan Nabi. Berbagai upaya dan tipu daya banyak dilakukan oleh orang-orang kafir unutk membunuh Nabi. Peristiwa itu dengan jelas dan rinci dijelaskan Allah dalam Al Qur’an.
Seperti firman Allah pada Surat Al-Anfaal ayat 30, “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya (makar) dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya (makar).”
Ayat ini mengingatkan apa yang terjadi di Mekkah, sekaligus mengingatkan bagaimana rencana Qadar Allah dan kebijaksanaan-Nya terhadap apa yang dipustuskan dan diperintahkan-Nya. Manusia boleh saja melakukan makar (tipu daya). Namun Allah mempunya makar (tipu daya) yang lebih hebat dibandingkan apa yang mampu dilakukan manusia.
Seperti diceritakan dalam sejarah Islam dan Al Qur’an, pada suatu malam kaum Quraisy berunding di Mekkah untuk menyingkirkan Nabi Muhammad SAW. Sebagian mereka berkata, “Besok pagi kita ikat dia (nabi Muhammad).” Sebagian lagi berkata, “Usir saja dia.” Sebagian lainnya berkata sambil berteriak, “Bunuh saja dia.” lalu kaum kafir Quraisy menyusun strategi untuk menangkap, menyingkirkan dan membunuh Nabi Muhammad SAW.
Namun semua rencana busuk dibocorkan Allah kepada Nabi Muhammad. Maka Ali ra. disuruh tidur menggantikan Nabi di tempat tidur beliau. Sedangkan beliau mengungsi ke gua (Tsur). Semalaman kaum musyrikin mengepung kediaman Nabi. Namun mereka kaget dan kecewa saat menyergap Nabi menjelang shubuh, ternyata yang mereka tunggui semalaman itu bukan Nabi Muhammad, tetapi sahabat Nabi, Ali ra.
Lalu mereka melacak jejak Nabi yang diduga meloloskan diri ke arah gunung. Namun mendekati sebuah gua (Tsur), jejak Nabi menjadi kabur. Mereka mencurigai Nabi bersembunyi di gua itu, namun mereka menjadi ragu karena gua itu tertutup oleh sarang laba-laba. Lagi pula di sana bersarang seekor burung. Bagaimana mungkin Nabi bersembunyi di sana?
Itu yang dimaksud dalam surat al-Anfal ayat 30 di atas yang bunyinya (dalam ejaan lati), “...wayam kuruna wayam kurullahu wallahu khairul makirin.” Artinya “... Mereka memikirkan tipu daya (makar) dan Allah menggagalkan tipu daya (makar) itu.” Allah menciptakan tipu daya yang lebih hebat dari yang mereka pikirkan. Allah-lah yang menyuru laba-laba dan burung di sana untuk memperdaya kaum Quraisy.
Dalan surat al-Ankabut ayat 69 Allah juga berfirman, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
Kesimpulannya, boleh saja manusia melaukan makar, tipu daya dengan cara apapun, namun Allah mempunyai makar, tipu daya yang jauh lebih baik dari apa yang bisa dilakukan manusia. Dan Allah Maha Tahu dan Maha Melihat mana yang salah dan mana yang benar dan Allah melindungi orang-orang yang berbuat baik dan sabar.
Oleh karena itu, mari kita berlomba-lomba berbuat kebaikan di Ranah Minang yang kita cintai ini, dan katakanlah yang benar itu benar. Selalulah berbuat kebaikan dan jadikanlah Al Qur’an sebagai pedoman hidup kita.
Al Qur’an adalah pedoman (petunjuk) yang paling tepat untuk manusia. Jika kita membeli mobil, maka pembuat mobil (pabrik) akan memberi buku petunjuk (buku manual) agar mobil yang kita gunakan berfungsi baik, tidak bermasalah dan panjang umurnya. Begitu juga manusia, Tuhan sebagai pencipta manusia telah memberikan buku petunjuk (seperti buku manual) untuk manusia agar manusia bisa hidup dengan baik dan selamat di dunia sampai akhirat. Kitab itu adalh Al Qur’an.
Jika masyarakat Sumbar menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidupnya dalam arti yang sesungguhnya, insya Allah masyarakat Sumbar akan menjadi masyarakat yang aman, damai dan sejahtera dunia dan akhirat. Dan Insya Allah akan diberkahi bumi Minangkabau ini sebagai ranah yang baldatun thoyyibatun warabbun ghofur, terhindar dari segala marabahaya, Amiin...
Harian Padang Ekspress
Kamis, 21 Maret 2013
DPD PKS Siak - Download Android App