Kuda Hitam dalam Politik 2014 itu PKS
By: Abul Ezz
Kamis, 28 Maret 2013
0
Isu suap yang menuduh Ust Lthfi Hasan Ishaq (LHI) dalam kasus inpor daging sapi seolah menggelinding ke muara opini publik tanpa terkendali. Gempita isu suap yang dituduhkan kepada PKS itu sepernya telah menutupi banyaknya borok dalam persoalan bangsa yang tidak jelas juntrung solusinya. Bahkan, bau amis perebutan kursi kekuasaan di tahun politik 2014 mendatang semakin menggenderang ditengah pekikan tangis dan derita anak bangsa yang entah kapan akan berujung.
Namun, logika
kekuasaan yang dipakai petinggi negara tetap selalu unggul mengalahi
teriak, gundah dan kesebalan rakyat, bahkan semua kekagalauan rakyat
tersebut cenderung dimanfaatkan sebagai penghias dan gincu yang
bersembunyi dibalik topeng “perjuangan atas nama rakyat”. Sehingga,
rincian persoalan bangsa menjadi amburadul, acak-acakan yang sangat sulit diurai secara sistemis dan prioritas untuk diselesaikan.
Hal ini bisa terlihat
dari permainan isu kudeta yang dihembuskan SBY, ancaman terorisme
pembunuhan kepada presiden yang sangat terkesan mencari simpati publik.
Walau tidak jelas substansi kudeta dan pembunuhan yang dipublikasikan,
politik mencari simpati SBY sepertinya terus bermain di ruang
penderitaan rakyat yang tak berkesudahan. Alih-alih membenahi dan menginsyafi kelakuan
rumah politiknya (Demokrat) yang sedang sekarat dalam opini masyarakat,
justru para penggawanya menginginkan SBY menjadi Ketua Umum dari mesin
politik yang didirikannya itu.
Politik pencitraan
yang sedang belangsung sampai hari ini, seolah mengindikasikan bahwa SBY
memang sedang dalam pusaran terzalimi, pada sisi yang berbeda,
lokomotif politik SBY (Demokrat) seakan mengangkat jarimya, bahwa
persoalan korupsi bukan hanya menjangkiti partainya saja, namun hampir
semua Parpol berkelakuan yang sama, termasuk PKS. Hal terbukti dengan
tertangkapnya Presiden PKS dan dijadikan tersangka oleh KPK. Lantas, apa
pasal dengan PKS? sehingga partai agamis ini seolah menjadi
bulan-bulanan menjelang 2014? Adakah semua itu pertanda lonceng
dimulainya pertarungan untuk menghadap Pemilu 2014 nanti?
Komitmen PKS
Dalam setiap momen
kepartaian, Presiden PKS ketika itu, Lutfi Hasan Ishaq selalu
mengungkapkan, bahwa target PKS dalam Pemilu 2014 mendatang adalah
menjadi tiga besar nasional. Tiga besar yang dimaksud bukan berarti
mentargetkan nomor urut tiga atau menjadi pemenang urutan ke tiga dari
Parpol peserta Pemilu. Namun, menjadi pemenang pertama, kedua atau
ketiga. Artinya, target PKS tersebut akan menyisihkan posisi Partai
Demokrat, PDIP dan Golkar.
Target politik PKS
tersebut tentu bukan sekedar mimpi menerawang yang tidak membumi.
Tetapi, berdasarkan pengalaman PKS selama mengikuti Pemilu, suara
konstituen partai kaum intelek muslim ini selalu menanjak, bahkan bisa
naik rangking mengalahkan partai Islam lainnya. Belum lagi dengan jualan
program yang cerdas, inovatif, yang selalu bersinergi dengan hajat
rakyat di lapangan dan menyentuh berbagai level sosial masyarkat, mulai
kaum intlektual, pengusaha, sampai kepada kaum lemah dan marginal.
Cita ideal PKS yang dipatrikan dalam komitmen tiga besar tersebut, membuatnya pe-de
untuk menjadi kompetitor handal dalam Pemilu 2014 mendatang. Dengan
demikian, sebagai konsekuensi target ideal tadi, PKS harus siap
dijadikan saingan “panas” yang mesti dikalahkan oleh Parpol besar
pemenang Pemilu tahun 2009
lampau. Dari itu, dengan segala dalih, PKS mesti dijegal sebelum waktu
start pertandingan Pemilu 2014 dimulai. Penjegalan tersebut diantaranya
adalah dengan cara ‘mengerdilkan’ kekuatan PKS dalam sistem
pemerintahan. Mengingat, posisi menteri yang diduduki kader PKS dalam
kabinet SBY cukup memadai untuk dijadikan sumber kekuatan dalam
pemenangan Pemilu 2014 nanti.
Dari sini kemudian pernah timbul isu reshuffle yang secara khusus dibidik kepada kader PKS dalam koslis. Isu reshuffle
itu kemdian dijadikan alasan untuk mendepak PKS, dengan anggapan tidak
setia dalam kongsi koalisi, baik masalah Century, masalah Hak Angket
Pajak sampai masalah sikap kepada Pancasila dan nasionalisme. Semua
dalil yang dijadikan justifikasi untuk menekan PKS tersebut masih
remang, yang tidak jelas substansi kesalahan dan kekeliruan yang
dijadikan sasaran peluru bidikannya. Sebab, jika bidikan reshuffle
kabinet adalah kinerja menteri, maka tidak cukup alasan untuk
mengeluarkan PKS dari koalisi. Atau, disebabkan oleh persoalan Hak
Angket Pajak, lantas mengapa PDIP dan Gerindra yang justru ingin
dirangkul? Padahal, sudah sangat jelas, posisi kedua partai tersebut
terhadap kebijakan pemerintahan SBY. Dari itu, semua justifikasi
tersebut terkesan mengada-ada, dan dipaksakan menjadi kambing hitam demi
menjegal langkah nyaman PKS dalam arena Pemilu mendatang.
Hemat penulis, ada
beberapa argumentasi logis mengapa PKS menjadi sasaran tembak dalam
ruang tahun politik menjelang 2014 mendatang;
Pertama, kuatnya
solideritas kader PKS yang diyakini susah tergoyahkan. Kekuatan ini
bahkan telah teruji dipentas politik nasional sampai saat ini. Dengan
mengaitkan beberapa isu negatif secara nasional, seperti organisasi
transnasional, berafaham wahabisme sampai ke anti NKRI. Tidak hanya itu,
isu perpecahan internal dengan adanya dua faksi keadilan dan faksi
kesejahteraan sengaja dihembuskan oleh pihak luar. Akan tetapi, sampai
hari ini, PKS tetap eksis dan bahkan menjadi partai Islam satu-satunya
yang tidak mengalami krisis ‘organisasi’ seperti beberapa partai Islam
yang nyaris “sekarat”.
Kedua, kesepaduan
gerak kader PKS di semua lini, baik distruktur pemerintahan, seperti
menteri dan kepala dearah, maupun di lembaga legislatif dan juga
lembaga-lembaga sosial kemasyarkatan dikuatirkan akan membangun
“imperium” politik baru dalam dinamika politik nasional. Kesepaduan yang
dimaksud adalah, selain terekat oleh kesamaan ‘idelogis’ pergerakan
antara kader, juga terbukti bahwa klaim bersih, peduli dan profesional
tidak hanya sebatas lifstik yang menjadi penghias wajah dan jargon
politik. Namun, slogan dari idealisme itu dalam perspektif masyarakat
umum, nyaris tidak complang dengan realitasnya. Kesepaduan gerak ini
kemudian diyakini akan menjadi mesin dan magis politik yang akan
mengantarkan PKS menduduki posisi tiga besar di Pemilu akan datang.
Ketiga, dengan
kekhasan PKS yang berasaskan Islam, tapi tidak terjebak dengan sikap
formalisme agama dalam setiap sikap dan jargon politiknya, membawa
kecemasan baru bagi puak yang selama ini terjangkit Islamic phobia dengan
isu-isu keislaman. Sebab, isu Islam politik dengan jeratan ‘negara
Islam’ seringkali menjadi umpan untuk memberanguskan partai-parta Islam.
Hal ini karena pengusung negara Islam di Indonesia secara otomatis akan
dianggap sebagai musuh NKRI, mengigat adagium “Indonesia bukan negara
agama’ sudah terlanjur berurat berakar dalam benak sekulerisasi
masyarakat Indonesia.
Gonjang ganjing isu
suap terhadap PKS hanyalah kilah dalam perilaku partai politik yang
biasanya selalu senang ‘mengganjal teman seiring, menggunting dalam
lipatan”. Isu ini juga sebanarnya tiada lain kecuali start pertarungan
untuk menjadi pemenang di Pemilu 2014 nanti. Lantas, mungkinkah dengan
tiga argumentasi di atas PKS akan menjadi kuda hitam di Pemilu waktu
depan? Tentu struktur dan kader PKS yang lebih tahu kemungkinanya,
selain kesadaran intlektualitas umat Islam terhadap pemahaman Islam dan
politik itu sendiri. Wallahu’alam.
Hermanto Harun
Dosen IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, alumni Ph.D di National University of Malaysia.
DPD PKS Siak - Download Android App