Kembali Menyemai Cinta pada Al Qur'an
By: Abul Ezz
Minggu, 31 Maret 2013
0
Menghapal Al-Qur'an dan tilawah |
“Sebab
para mujahid pejuang yang ada di Gaza begitu cinta dan yakin dengan Al
Qur’an. Hingga Al Qur’an itu tak hanya ada di bibir mereka tapi juga ada
dalam dada mereka. Itulah alasan mengapa kota Gaza itu begitu
diberkahi”
Siang
itu saya rasanya ketiban rejeki. Adalah sebuah keberkahan tersendiri
bisa bertemu dengan muslimah yang satu ini. Nama beliau, Dr. Sarmini,
M.A. atau lebih akrab disapa Umu Saudah. Di tengah kesibukan “ liburan”,
demikian beliau menyebut perjalanan kunjungan- kunjungan “Kampanye
Cinta Al Qur’an ” yang dilakukannya beliau menyempatkan hadir di
Insititusi tempat saya mengabdi. Beliau adalah penggagas Rumah Tahfidz
Utrijah di Jakarta. Hari itu beliau membangunkan kesadaran kami untuk
kembali cinta pada Al Qur’an. Dan termotivasi untuk mulai berazzam
menghafalnya..
Beliau
menyampaikan pada kami yang hadir siang itu bahwa semua orang bisa
menghafal Al Qur’an. Sebab Allah telah berjanji akan memudahkan bagi
siapa saja yang berazzam untuk melakukannya. Dan sudah terbukti sejak
zaman Rasulullah hingga kini, para penghafal Al Qur’an berasal dari
latar belakang yang bervariasi. Lintas usia, golongan dan ras. Mulai
yang berusia dini hingga yang berusia lanjut, ada dan bisa menjadi
penghafal Al Qur’an. Penghafal Al Qur’an tidak juga terbatas pada
lingkup Negara Arab atau orang yang mengenal bahasa Arab saja, beliau
menyebut nama besar Imam Bukhari sebagai contoh cendekiawan muslim yang
hafal Al Qur’a n semenjak kecil meski mereka bukan berasal dari daerah
Arab. Sebagaimana nama yang dinisbatkan pada beliau, Bukhara itu nama
daerah di sekitar semenanjung Balkan (dataran sekitar Rusia sebelum
pecah menjadi negara-negara kecil).
Begitupun
dalam hal fisik, itu bukan jadi penghalang. Penghafal Al Qur’an yang
tubuhnya normal banyak tapi tak sedikit yang tubuhnya tak lengkap. Tidak
cukup hanya tunanetra, bahkan beliau mencontohkan ada seorang yang
tunarungu dan tunawicara tapi mampu menghafal 3o juz. Bahkan lebih
ekstrim lagi, Dr. Sarmini menyebut jika bukan hanya orang muslim yang
mampu menghafal Al Qur’an, missionarispun bisa melakukannya.
Subhanallah…. itulah janji Allah.
Selanjutnya,
beliau mengungkapkan bahwa segala sesuatu itu keberkahannya dimulai
dari Al Qur’an. Maka siapapun, lembaga, dan institusi apapaun terutama
lembaga pendidikan, jika lebih mengedepankan Al Qur’an sebagai titik
kosentrasi dan pondasi dasar bisa dipastikan akan menuai keberkahannya.
Al Qur’an itu membawa berkah. Itulah alasan mengapa kota Gaza itu begitu
diberkahi. Meski yang disisakan oleh Zionis Yahudi Israel bagi
Palestina itu sekedar tanah –tanah gersang dan tandus sementara mereka
menikmati tanah-tanah subur di sekitar perbatasan Rafah dan Tepi Barat.
Tapi siapa mengira tanah tandus Gaza mampu menumbuhkan pohon–pohon
mangga dengan subur yang mana buah dari pohon tersebut begitu lebat
hingga berceceran di tanah. Sebab di tanah itulah pertempuran antara
yang haq dan yang batil sedang berlangsung. Sebab para mujahid pejuang
yang ada di Gaza begitu cinta dan yakin dengan Al Qur’an. Hingga Al
Qur’an itu tak hanya ada di bibir mereka tapi juga ada dalam dada
mereka.Siang dan malam mereka disibukkan dengan tilawah dan menghafal Al
Qur’an saat tak bertugas jaga. Sehingga atmosfer energi positif dari Al
Qur’an itu yang kemudian mendatangkan keberkahan pada kota Gaza sebagai
mana kita pernah mendengar kristal air berbentuk indah bisa muncul dari
air yang sering diberi perkataan dan energi positif. Dan gelombang yang
dipantulkan oleh orang pembaca dan penghafal Al Qur’an itu adalah
energi positif.
Beliau
menambahkan, mencintai dan menghafal Al Qur’an itu sebagai salah satu
usaha untuk mengembalikan kejayaan Islam. Karena kejayaan itu tidak akan
kembali kecuali unsurnya sama, yakni kembali pada Al Qur’an. Jika kita
melakukan sebagai mana dulu Sahabat Rasulullah lakukan, maka kita bisa
mendapatkan kejayaan yang sama. Sebab sekali lagi, faktor pengaruhnya
sama. Bukti nyatanya sekali lagi ada di kota Gaza. Mengapa di kota yang
begitu sempit dengan penduduk yang begitu padat tapi mereka tidak pernah
menyerah untuk melakukan perlawanan terhadap Zionis Yahudi Israel..?
Mengapa jika sekian puluh ribu jiwa meninggal akibat pertempuran,
seketika itu pula Allah ganti dengan jumlah yang setimpal, bahkan
berlipat-lipat..? Sebab Al Qur’an ada dalam dada mereka. Sebab mereka
semuanya tak boleh dan tak pernah melepaskan diri dari Al Qur’an. Dan di
Gaza paling banyak meluluskan penghafal Al Qur’an. Dan paling banyak
menggelar wisuda penghafal Qur’an. Maka Allah pun memberkahi kota Gaza.
Itulah yang membuat penduduk dan mujahid pejuang di Gaza punya kekuatan
yang begitu dahsyat hingga canggih dan lengkapnya senjata yang digunakan
oleh Zionis Yahudi Israel itu tidak berpengaruh apapun bagi mereka.
Yang hingga detik ini mampu menjaga masjidil Aqsho tetap berdiri
.
Negara
Indonesia itu lebih stabil dan lebih aman daripada Gaza-Palestina. Jika
mereka bisa dan mampu, Indonesiapun pasti bisa dan mampu, demikian
beliau memotivasi. Alhamdulillah kita patut bersyukur jika saat ini
banyak orang tua yang berbondong-bondong mengirim anaknya untuk belajar
Al Qur’an. Mungkin jika boleh dibilang trennya sedang mengarah ke sana.
Tapi, Dr Sarmini menegaskan bahwa tidak boleh jika itu sekedar tren dan
hanya ikut-ikutan. Niatan kita mesti diluruskan kembali. Jika memang
kita menginginkan pemimpin masa depan yang mampu mengantarkan kejayaan
Islam maka kewajiban kita semua untuk memunculkan generasi tangguh yang
memang siap untuk menyongsong kebangkitan umat. Kewajiban kita untuk
mengenalkan, mendorong dan memotivasi generasi penerus kita untuk
mencintai dan menghafal Al Qur’an.
Dan
tentu saja langkah besar itu dimulai dari kita. Dimulai dari saya juga…
tentu saja. Mulai lebih mencintai Al Qur’an dengan berazzam
menghafalnya. Hingga berkah dari Allah akan hadir tanpa diminta.
[Kembang Pelangi]
* http://www.bersamadakwah.com/2013/03/kembali-menyemai-cinta-pada-al-quran.html
DPD PKS Siak - Download Android App