Islam dan Produktivitas | Nabiel Al Musawwa
By: Abul Ezz
Minggu, 31 Maret 2013
0
Ustadz Nabiel Fuad Al Musawwa |
“Jika Kiamat datang, sementara di tangan
salah seorang diantaramu ada sebuah biji kurma, lalu ia mempunyai
kesempatan untuk menanamnya sebelum Kiamat terjadi, maka hendaklah ia
tanamkan, karena dengan demikian ia akan mendapatkan pahala.”
Apa yang terlintas di benak kita ketika
Kiamat akan datang besok hari? Barangkali kita menduga Nabi Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam akan menganjurkan untuk banyak beribadah, mensucikan
diri di mesjid-mesjid demi menghadapi Hari yang Maha Dahsyat tersebut…
Atau terlintas pada diri kita bahwa
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam akan memerintahkan kita untuk
banyak beristighfar, dan melakukan muhasabah atas seluruh dosa-dosa yang
telah kita lakukan sambil menangis khusyu’ di mihrab-mihrab kita… Atau
juga terlintas di benak kita bahwa beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam
akan meminta kita meninggalkan seluruh urusan dunia, meninggalkan semua
bisnis dan perniagaan serta kegiatan pencarian nafkah untuk semata-mata
mensucikan, memuji dan mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala…
Ternyata hal itu tidak terjadi… Ya
Tuhan… Sang Pemimpin para Nabi dan manusia termulia dan terjaga dari
kesalahan (ma’shum) ini malah memerintahkan bagi mereka yang masih
memegang biji Kurma agar menanamkannya, sedangkan biji tersebut tidak
akan berbuah kecuali setelah bertahun-tahun kemudian, sementara Kiamat
sudah akan terjadi esok hari…
Kalimat ini tidak akan muncul kecuali
dari mulut seorang Nabi tertinggi, hanya agama Islam-lah yang mungkin
untuk mengajarkan kesatuan antara agama dan dunia seerat ini dan hanya
kaum Musliminlah yang mendapatkan petunjuk yang mampu menyatukan seluruh
potensi yang dimiliki oleh manusia dengan tanpa sedikit pun terjadi
pertentangan dan sempurna seperti ini…
***
Fiqih Hadits
- Islam tidak membedakan antara dunia dengan akhirat, Islam memerintahkan untuk mengejar akhirat sebagaimana Islam juga memerintahkan kita untuk memakmurkan dunia. Telah lama manusia lalai dari hakikat ini, sehingga mereka terus-menerus memisahkan antara dunia dengan akhirat, antara ibadah dengan kerja, antara ruh dengan jasad dan antara agama dengan kehidupan. Sehingga hal ini telah menimbulkan kerusakan besar pada dunia dan agama karena keduanya adalah bagian dari kesatuan yang tak terpisahkan, dunia adalah ladang bagi akhirat sehingga seluruh aspek kehidupan kita baik ibadah dan kerja kita harus kita sesuaikan dengan aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal inilah yang dilakukan oleh Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, sehingga beliau shalat sebagaimana juga mengelola negara, beliau shaum sebagaimana juga beliau bermasyarakat, beliau berzikir sebagaimana juga mengirim delegasi politik. “Wahai Rabb kami berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan juga kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari azab neraka.” (QS 2)
- Islam sangat menghargai produktifitas dan kerja, sehingga dalam Islam tiada hari tanpa aktifitas dan produktifitas, demikian tinggi perhatian Islam terhadap kerja sehingga berkali-kali Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah agar ummat Islam sangat disiplin dalam membagi waktu-waktunya: Demi waktu (QS 103: 1), demi waktu Fajar (QS 89: 1), demi waktu Dhuha (QS 93: 1), demi waktu malam (QS 92: 1), demi waktu siang (QS 92: 2); sehingga sebagai seorang Muslim kita harus pandai mengatur waktu antara aktifitas hablum minallah dan hablum minan naas; semuanya harus dilakukan dengan adil dan seimbang karena Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang sahabatnya ketika ada 3 orang dari mereka yang berniat untuk mencurahkan seluruh waktunya untuk hanya melakukan ibadah mahdhah (ritual ibadah) saja dengan meninggalkan urusan duniawi manusia seperti menikah, tidur dan makan.
Pelajaran berharga juga bagi para Da’i
agar tidak pernah berputus asa dalam melakukan dakwahnya, karena semua
pekerjaan kita baik ibadah maupun kerja semuanya akan didapatkan
hasilnya kelak di akhirat. Semua dakwah dan perjuangannya akan
mendapatkan nilai disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, walaupun
kelihatannya ketika di dunia hal tersebut tidak berhasil. Sekalipun
masyarakat tidak menerima dakwahnya dan bahkan memusuhi serta
memeranginya. Tanamlah benih itu, lalu angkatlah tanganmu untuk berdoa
kepada Allah, rawatlah ia sebaik-baiknya, kamu tidak perlu mengkuatirkan
besarnya ancaman dan penghadangan yang menghadang karena hasilnya akan
dapat kamu rasakan nanti, baik berupa kemenangan dakwah itu di dunia,
atau kalau pun tidak berhasil menang di dunia maka pahala Allah pasti
menantimu di akhirat kelak. Apalah artinya dirimu dengan kekuasaan dan
karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Luas tanpa batas dan akhir,
tetaplah di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan istiqamahlah maka kelak
kamu akan melihat hasil panennya nanti… [hasanalbanna.com]
DPD PKS Siak - Download Android App