Bukan Kader ‘Politik’ PKS
By: Abul Ezz
Sabtu, 23 Maret 2013
0
By : Rimon St Batuah
By : Rimon St Batuah
Saya bukan Kader (politik) PKS. Karena menurut aturan saya tidak boleh
aktif berpolitik praktis disebabkan status sebagai PNS salah satu
Direktorat di Kementerian Keuangan. Namun saya tidak bisa menafikan
status sebagai kader dakwah PKS. Sebab, selama bertahun-tahun, sejak
kuliah, saya dibina secara rutin oleh sebuah gerakan dakwah yang
sekarang berubah wujud menjadi PKS.
Pembinaan semacam apa sih yang diberikan? Terlalu panjang kalau mau
diurai satu persatu. Mudahnya, kami dibina untuk menjadi pribadi Muslim
yang kaffah. Melalui pemahaman, pengamalan dan pengalaman. Lalu kami
diarahkan untuk menjadi agen perubahan (change agents) di lingkungan
mana pun kami berada atau berkiprah.
Perubahan seperti apa? Ibarat berada di tengah kegelapan, diharapkan
para kader ‘dakwah’ minimal mulai menjadi lilin-lilin kecil yang sedikit
menguak kegelapan di berbagai sudut. Harapannya, semakin banyak kader
semakin banyak lilin. Apalagi bila kader mampu meraih kekuasaan, mungkin
keberadaannya bukan sekedar menjadi sebatang lilin tapi seperti lampu
sorot 1000 watt! Diimpikan suatu saat kelak gelap akan sirna.
Apa manfaat yang saya dapatkan selama bergabung dalam jamaah dakwahnya
PKS? Banyak sekali. Pertama, ibarat seekor domba, akan lebih aman bila
domba berkumpul dengan kawanannya dari sergapan serigala pemangsa
ketimbang dia bergerak sendirian. Alhamdulillah saya dapat melewati
masa-masa sulit bekerja di sebuah instansi yang terkenal ‘paling basah’,
apalagi di masa-masa jahiliyahnya, berkat perlindungan Allah SWT
melalui pembinaan rutin gerakan dakwah ini. Ada sebuah ungkapan di
lingkungan kerja saya, ”kalau gak kuat-kuat maka kita akan kaya.”
Gerakan dakwah ini telah membantu saya untuk ‘kuat’. Bahkan
mudah-mudahan sedikit banyak keberadaan saya bisa mewarnai lingkungan
kerja untuk menjadi lebih baik.
Lalu apa lagi? Dalam perjalanan pembinaan saya kadang tergabung dengan
teman dari berbagai profesi. Ada PNS seperti saya, ada usahawan,
pengurus PKS, atau anggota legislatif. Melalui diskusi kami sering
saling berbagi pengetahuan dan pengalaman. Memahami profesi
masing-masing. Sehingga walau PNS saya punya wawasan tentang dunia
perpolitikan atau di dunia usaha.
Sebaliknya, saya juga bisa memberikan masukan kepada kawan-kawan aktifis
politik yang terjun di legislatif ataupun eksekutif. Memberi mereka
perspektif pengelolaan Keuangan Negara. Sehingga mereka yang ‘swasta’
bisa memahami seluk beluk dunia birokrasi. Jadi kami bisa saling
mengisi.
Manfaat lain, waktu saya menjadi lebih produktif. Di luar kesibukan
pekerjaan kami diajak untuk turut serta membina masyarakat. Terlibat
aktif dalam menangani berbagai persoalan sosial di tengah masyarakat.
Hal ini membuat hidup saya terasa lebih bermakna ketimbang sekedar
menjadi pegawai kantoran.
Belum lagi manfaat bagi pembentukan, pemeliharaan, dan peningkatan
kualitas pribadi. Kami misalnya dibiasakan saling mengingatkan terkait
ibadah. Dimotivasi untuk selalu memperbaiki ibadah dari waktu ke waktu.
Selalu mengembangkan wawasan. Bekerja lebih baik, dsb.
Alhamdulilah, dengan menjadi bagian dari kader dakwah PKS saya dapat
berkontribusi lebih optimal mewujudkan mimpi saya sebagai salah seorang
rakyat biasa Indonesia. Mimpi sebagaimana tertera dalam visi PKS :
mewujudkan masyarakat Indonesia madani yang adil, sejahtera, dan
bermartabat. Indonesia yang lebih baik!
Mungkin ada diantara Anda yang protes, ”Bukan cuma PKS yang punya visi
demikian. Kami sebagai anak bangsa juga punya keinginan yang sama agar
bangsa ini lebih baik.”
Maka saya akan bilang pada Anda, ”O ya? Kalau begitu kenapa Anda tidak
bergabung saja dengan mereka? Anda akan punya banyak teman seperjuangan
untuk menwujudkan mimpi Anda itu. Atau, bila posisi Anda tidak bebas
seperti karena PNS misalnya, Anda tetap bisa ikut berkontribusi dengan
melakukan perubahan-perubahan di tempat Anda bekerja. Bukankah dengan
bersama perjuangan bisa lebih ringan?”
By : Rimon St Batuah
DPD PKS Siak - Download Android App