"Mampukah Anis Matta?" | Analisis dari detikcom
By: Abul Ezz
Selasa, 05 Februari 2013
0
"Mampukah Anis Matta?"
Oleh Rico Marbun | detikcom
Nadi politik Partai Keadilan Sejahtera kembali berdenyut. Terpilihnya
Anis Matta menjadi presiden baru PKS ditengarai menjadi resep mujarab
mengatasi ‘musibah’ ditahannya Luthfi Hasan Ishaaq oleh KPK beberapa
hari sebelumnya.
Problem yang dihadapi PKS memang tidak sepele. Walau banyak ketua umum
partai besar lainnya jelas-jelas terbelit kasus hukum, hanya ketua umum
PKS-lah yang langsung ‘diambil’ dan ditahan KPK. Bukan hanya citra yang
menjadi pertaruhan. Moral kader dan konstituen partai yang lahir pada
era reformasi itu jelas menyentuh titik nadir. Apes-nya lagi, hantaman
ini terjadi justru saat pemilu sudah membayang di depan mata. Mampukah
pria kelahiran Bone 44 tahun silam ini memulihkan posisi PKS di
gelanggang politik nasional?
Recovery Kilat
Langkah pertama yang dilakukan Anis Matta dan petinggi PKS ialah
melakukan ‘penyegaran’ secara kilat. Keputusan Luthfi untuk mundur,
segera setelah ditetapkan sebagai tersangka, dan kecepatan pengangkatan
Anis Matta sebagai presiden baru, dalam waktu kurang dari 24 jam memberi
pesan kepada publik bahwa PKS tidaklah lumpuh.
Langkah ini dapat dibaca sebagai upaya pertama untuk meyakinkan
konstituen dan simpatisan PKS bahwa, mesin partai senantiasa memiliki ‘self healing mechanism’
dan siap dihidupkan bahkan dalam situasi sesulit apapun. Apalagi,
proses pergantian pucuk kepemimpinan partai yang jamak diwarnai adu otot
faksi-faksi, justru sama sekali tidak terlihat. Singkatnya, soliditas
partai di mata publik diharapkan pulih oleh langkah ini.
Pertobatan Nasional
Langkah kedua yang diambil Anis Matta erat kaitannya dengan pemulihan
citra. Presiden baru tersebut mengumumkan visi kebangkitan PKS dimulai
dari gerakan pertobatan nasional. Langkah ini mengandung pesan bahwa PKS
bukanlah partai yang steril dari cela, namun di saat yang sama, sebuah
kesalahan tidak lantas mengubur PKS untuk selamanya.
Pesan Ketulusan
Langkah ketiga yang diambil oleh Anis Matta lekat hubungannya dengan ‘angle’
baru citra politik yang ingin dihadirkan. Hampir semua riset politik
menyiratkan bahwa kepercayaan publik kepada partai politik dan politisi
jatuh pada titik terendah. Publik menilai bahwa politisi dengan segala
cara menggunakan pengaruhnya untuk memperoleh jabatan publik yang
penting. Tidak hanya itu, publik lantas mempersepsi bahwa jabatan publik
itu lah yang dipergunakan sebagai pintu untuk memperkaya diri sendiri.
Pengumuman terbuka Anis matta untuk mundur dari jabatannya sebagai Wakil
Ketua DPR sekaligus anggota legislatf, justru di saat ia mencapai
posisi nomor satu di partai nya, dapat dibaca sebagai langkah Anis untuk
mendorong wacana baru ketulusan dalam berpolitik. Jabatan politik yang
tinggi tidak harus dikonversi menjadi jabatan publik yang menggiurkan.
Pertahanan Terbaik ialah Menyerang
‘The best defense is offense’. Prinsip ini sepertinya tergambar
jelas dalam pidato perdana Anis Matta yang ditayangkan langsung oleh
banyak media. Saat kecaman datang bertubi-tubi, orasi Anis Matta justru
jauh dari kesan ‘menyerah’. Jika diperhatikan secara seksama, intonasi
dan pilihan kata Anis justru mengandung nada ancaman. Kata dan tema
konspirasi yang digunakan secara berulang, jelas merupakan warning bagi
pihak yang ingin coba-coba menjadikan penahanan LHI sebagai kartu truf
menjatuhkan PKS.
Membaca drama PKS akhir akhir ini saya jadi teringat Golkar pasca
runtuhnya Orde Baru. Siapa sangka setelah berkuasa selama hampir 3
dekade, kekuasaan mutlak yang ditata sedemikian rupa harus runtuh.
Tuntutan, ancaman dan serangan politik agar Golkar segera bubar, kerap
terdengar saat itu.
Namun, berbekal strategi yang tepat, partai yang hampir saja dibubarkan
pada tahun 1998 dan terpuruk pada Pemilu 1999, justru menjadi pemenang
dalam Pemilu 2004. Sementara di saat yang sama, ada partai yang adem
ayem saja tanpa keributan satupun, justru gagal dalam pemilu dan kini
hilang tanpa bekas.
Akankah PKS kembali bangkit kembali bangkit dari keterpurukan? Waktu yang akan menjawab.
*) Rico Marbun adalah peneliti The Future Institute, Staf Pengajar Universitas Paramadina dan Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian
http://news.detik.com/read/2013/02/04/132824/2160475/103/mampukah-anis-matta
DPD PKS Siak - Download Android App