Kisah Keteladanan Sopir Ambulans PKS
By: Abul Ezz
Rabu, 26 Desember 2012
0
Terdengar
suara sirene ambulan meraung melintasi jalan. Di iringi dengan rombongan kendaran
bermotor lainnya, usai menjemput j
enazah di alamat yang dituju, ambulan itu
mesti menghantar ke pemakaman, tempat persistirahatan terakhir sang jenazah.
Itulah salah satu peran dari Ambulan Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) yang selama ini selalu
sigab membantu masyarakat yang dirundung musibah, baik sekedar mengantar pasien
ke rumah sakit hingga menghantar jenazah ke pamakaman.
Namun di balik peran Ambulan PKS, ada sosok yang sangat
bersahaja yang selalu setia dan siap sedia menyetir dan mengendarainya, dia adalah Muyono (42), suami
dari Sutiyem (42) yang sudah dikarunia 3 orang anak, yaitu Ika Diniarti (21),
Widiana Sari (18) dan Putri Utari (14).
Pak Mul begitu kerap ia ini disapa menceritakan, bahwa ia mulai menjadi sopir Ambulan PKS
sejak 2007, saat itu ia ditawarkan oleh seorang dokter yang aktif sebagai kader
PKS.
Berawal ia mesti merawat 3 unit ambulan di kantor Dewan
Pimpinan Wilayah (DPW) PKS DKI Jakarta hingga ia harus menjadi sopir tetap di
kantor Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PKS Jakarta Barat. Sejak itu ia tak pernah
absen untuk selalu mengendarai Ambulan PKS untuk mengikuti kegiatan sosial
layanan kesehatan, menjemput dan mengantar pasien ke rumah sakit hingga mengantar
jenazah ke pemakaman.
“Setiap malam jam
berapa aja kita dipanggil kapan aja ok dan selalu stand by dirumah, dipanggil
jam berapa aja tetap berangkat karena kita membawa orang sakit dan meninggal,
orang sakit dan meninggal kan sewaktu-waktu ga ada yg bisa ditentukan ,” tuturnya saat wawancara usai megantar jenazah di tempat pemakaman umum Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Ia menyebutkan dalam sebulan sedikitnya 15 kali untuk keluar
menggunakan Ambulan PKS. Areanya pun tak terbatas di dalam kota, tetapi hingga ke luar daerah.
“Area khususnya di
DKI, tetapi kalau bawa orang sakit ke daerah bisa sampai ke Kuningan, Banten,
Jawa Tengah dan Jawa Barat,” kata Pak Mul.
Laki-laki kelahiran Wonogiri, 26 Agustus 1960 ini
mengungkapkan, bahwa dirinya sudah
sangat menjiwai dan menikmati profesinya
sebagai sopir Ambulan PKS. Baginya menjadi sopir Ambulan PKS yang kerap
membantu banyak orang, senantiasa membawa ketenangan batin tersendiri
dibandingkan menjadi sopir pribadi seorang direktur.
“Alhamdulillah kalau untuk tenaga, mendingan
bawa ini (ambulan) dari pada kita bawa presiden direktur, ga tertekan sekali,
kita hidup untuk apa sih. Kalau difilkir numpuk banda kaya apa banyaknya ,
setelah saya sering bawa jenazah kita lihat
semua orang kaya miskin mati juga. Mau ngapain lagi, ya hidup nerima aja,”
ujar bapak yang punya pengalaman 17 tahun menjadi sopir pribadi seorang
direktur di salah satu Bank swasta ini.
Padahal upah yang ia terima
sebagai sopir ambulan tidak sebesar gaji sopir pribadi pada umumnya. Meskipun tawaran
untuk kembali menjadi sopir pribadi dengan gaji yang sepadan sering kali datang
kepadanya, tetapi ia tetap bertahan untuk menjadi sopir ambulan PKS seperti
saat ini.
Ia pun bersyukur walaupun bekerja menjadi sopir Ambulan PKS,
istri dan anak-anaknya sangat mendukung. Karena baginya hidup ini yang penting
adalah mendapatkan keberkahan bukan hanya sekedar mencari uang.
“Alhamdulillah selama
di PKS ini saya berkah-berkah aja. Istri saya mendukung, anak juga mendukung
sudah pada kerja, istri juga bantu bekerja,”
kata bapak yang sudah menyekolahkan anaknya hingga ke
tingkat perguruan tinggi.
Ia mengisahkan, banyak suka dan duka yang dialami semenjak
menjadi sopir ambulan. Diantara pengalamannya yang paling menyedihkan baginya
adalah ketika mesti mengantar pasien miskin ke beberapa rumah sakit selalu
ditolak, dengan alasan ruangan rumah sakit selalu penuh, hingga pasien itu
meninggal dunia di dalam perjalanan.
“Kalau bawa orang
sakit, pasien ke rumah sakit selalu penuh (ditolak). Sampai bolak-balik lagi ke
rumah sakit lain,RSCM,Fatmawat atau Tarakan
semua ga terima, sampai akhirnya
meninggal di jalan. Jadi kalau bisa, diusahakan yang banyak rumah sakit,
orang-orang kecil itu ditangani dulu entah biayanya dari mana. Itu pengalaman
saya yang paling sedih,” ungkapnya.
Ia berharap dengan perannya sebagai sopir ambulan di PKS
dapat memberikan kebaikan sebanyak mungkin bagi masyarakat. Selain juga berdoa suatu
saat PKS besar hingga dapat memimpin dan menguasai pemerintahan mampu membawa
kesejahteraan bagi masyakat.
“Saya cuma berjuang
untuk mencari makan, menanam kebaikan, saya mohonnya kalau sampai PKS jadi
besar, ada harapan tertentu agar
masyarakat bisa lebih maju lagi, agar anak-anak kita nanti dan keturunan nanti
bisa mencari kerja gampang. Harapan kita masa depan PKS bisa lebih pinter,
lebih maju, rakyat bisa lebih sejahtera,” tandasnya penuh harap. - Mjundi
DPD PKS Siak - Download Android App