Select Menu

Iklan 1080x90

SaintekSIROH

PKS BERKHIDMAT UNTUK RAKYAT

BERITA SIAK

FIQIH

SIROH

Kesehatan

Saintek

Video Pilihan

» » » » » » Sejarah Singkat Minas dan Explorasi Minyak Nasional

Sejarah Singkat Minas dan Explorasi Minyak Nasional


By: Abul Ezz Selasa, 04 September 2012 0

http://i812.photobucket.com/albums/zz50/saudalba/oil2_vzbe_z3a8.jpgMinas adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Siak, Riau (Latitude. 0.8333333°, Longitude. 101.4833333°). 
Minas, singkatan dari Minyak Nasional, demikian celetukan masyarakat Minas ketika mereka ditanya apa itu Minas. 
Minas merupakan salah satu daerah yang pertumbuhannya relatif pesat dibandingkan dengan daerah lainnya di Riau. Ini disebabkan Minas mempunyai ladang minyak yang kaya.
Dibandingkan dengan Duri, kota minyak lainnya, yang juga tetangga Minas yang berjarak 2 jam perjalannan, pertumbuhan Minas masih jauh ketinggalan dari segi fisik infrastruktur, akses pelayanan publik dan pusat perbelanjaan serta hal lainnya. Mungkin ini juga desebabkan karena posisi Minas berada dekat dengan Pekanbaru, ibu kota provinsi Riau yang berjarak 30-45 menit perjalanan dengan oplet.

Kecamatan Minas saat ini deibagi menjadi satu kelurahan dan empat desa. Yaitu kelurahan Minas Jaya, (Daerah pengambilan Api PON XVII dari sumur minyak pertama Minas), desa Minas Timur, Minas Barat, Mandi Angin dan Rantau Bertuah.

Minas dihuni oleh masyarakat yang sangat heterogen. suku sakai melayu merupakan penduduk asli negeri ini. Seiring dengan berkembangnya proyek dan explorasi minyak nasional, banyak penduduk berdatangan ke Minas mencari penghidupan. Mereka berasal dari tanah minang, batak, jawa, kalimantan  bahkan indonesia bagian timur.

Minas merupakan daerah pengeboran minyak pertama untuk daerah Riau dan pompa minyak pertama itu sekarang sudah tidak beroperasi lagi karena minyaknya sudah kering. Penetapan lokasi sumur minyak ini dilakukan pada Maret 1941 dan pengeboran pertama dimulai pada 10 Desember 1944 dengan kedalaman sumur 800 meter. Merk pompa yang digunakan adalah LUFKIN dan pompa ini sekarang dijadikan monumen sejarah perminyakan di Propinsi Riau yang berdiri megah di kota Minas.
Ladang minyak Minas memberi sumbangan besar dari tahun 1970-1980, rata-rata dengan produksi di kisaran 1.000.000 - 4.000.000 bopd (barrel oil per day) -1 barrel-nya 159 liter  bagi produksi minyak mentah Indonesia.

Sejarah Singkat Explorasi Minyak di Minas, Riau

Pada tahun 1924, Standard Oil Company of California (Socal) melakukan penelitian di Sumatera Tengah dengan mengirimkan ahli geologinya, Richard N Nelson. Pada 1938, seorang ahli geologi Amerika bernama Walter E Nygren ditugaskan mempelajari daerah di sekitar Minas.

Ia melakukan penelitian dengan menggunakan gurdi yang diputar dengan tangan. Enam buah jalan rintis yang sejajar, masing-masing terpisah enam kilometer, ditebas menembus hutan belantara, memanjang dari timur laut ke barat daya; dan sepanjang jalan-jalan rintis itu selang 200 meter digali lubang sedalam 20 kaki untuk mendapatkan contoh-contoh dari dasarnya. Tiga ribu buah lubang semacam itu dibuat oleh Nygren.

Daerah ini dinamakannya Minas, mengambil nama sebuah perkampungan Sakai yang berdekatan dengan daerah itu (Sekarang dikenal dengan Minas Asal. red). Konon nama itu berasal dari nama pohon Minei, yang buahnya digunakan sebagai bahan minyak goreng.

Pada tahun 1939, ahli geologi lainnya yang bernama Richard H Hopper, dikirim ke Minas untuk mengebor dengan bor tangan counterflash yang mampu menembus kedalaman 1.500 kaki. Upaya ini dilakukan untuk menguji hasil perkiraan rombongan sebelumnya yang dipimpin Nygren.

Pemetaan seismik di Minas pada 1940 menunjukkan adanya suatu anticline atau cembung yang besar dan berlipat-lipat yang sangat ideal bagi akumulasi minyak. James P. Fox, ahli geologi utama pada kantor Caltex di Medan, memilih suatu lokasi pada titik tertinggi pada peta cembung sebagai tempat untuk mengebor sumur percobaan No 1 yang produksi awalnya, 2.000 barrel minyak per hari

Sebelum sempat mengebor, Perang Dunia II keburu pecah dengan diserangnya Pearl Harbour pada tanggal 7 Desember 1941, disusul dengan pendaratan tentara Jepang di Malaya, Filipina dan Indonesia. Tentara Jepang dengan cepat bergerak ke kawasan Asia Tenggara. Karyawan-karyawan Caltex diperintahkan meninggalkan Minas serta lapangan-Iapangan minyak Duri dan Sebanga yang belum mulai berproduksi itu.

GN de Laive, seorang sarjana Teknik Perminyakan yang ikut ditangkap oleh Jepang, menceritakan kepada dua karyawan pengeboran bangsa Indonesia, Gedok dan Saadi, bahwa tentara Jepang telah mengebor sumur Minas No 1 di tempat yang dipilih Caltex dengan menggunakan peralatan dan beberapa orang bekas karyawan Caltex, dan berhasil.

Jepang melakukan pengeboran di bawah pimpinan ahli geologi bernama Toru Oki dari Japan Petroleum Exploration Company (Japex). Gedok dan Saadi mengunjungi GN de Laive di dalam camp tawanan perang di sekitaran Pekanbaru.

Pada akhir 1945, Richard H Hopper meminta bantuan orang Jepang untuk mengambilkan contoh inti dan contoh minyak dari sumur Minas No 1 beserta catatan mengenai sumur serta hasil percobaan produksinya. Contoh inti dan minyak yang dikirim dipelajari di laboratorium.

Baru dalam bulan September 1946 utusan Caltex dapat berkunjung ke Pekanbaru dan daerah sekitarnya, termasuk ke Sebanga dan Duri dengan perahu motor dari Pekanbaru. Tak terkecuali berkunjung ke Sumur Minas No1.

Akhirnya tahun 1949 tercapailah persetujuan Roem Royen yang menyatakan pengakuan Belanda atas kedaulatan Negara Republik Indonesia. Ini memungkinkan Caltex kembali ke Sumatera tengah untuk mengembangkan Minas. Pengeboran dimulai pada tanggal 1 Desember 1949. 

Sumur yang diselesaikan pada tanggal 8 Februari 1950 dengan kedalaman 2.650 kaki, mempertegas data-data yang diterima dari petugas-petugas Jepang pada tahun 1945, dan menghasilkan 2.000 barrel minyak sehari yang mengalir ke permukaan melalui pipa satu inch.

Enam buah sumur lagi dibor di Minas sebagai suatu lapangan minyak utama. Rumah-rumah permanen segera dibangun. Keluarga mulai ikut pindah ke Minas dan Rumbai. Sementara rencana disusun untuk mengebor lebih banyak sumur, membangun tanki-tanki dan memasang jaringan pipa untuk mengalirkan minyak melalui jaringan pipa 12 inch sepanjang 25 kilometer ke Perawang. Walaupun Minas merupakan lapangan minyak ketiga yang ditemukan di daerah Caltex di Sumatera, namun ia merupakan yang pertama menghasilkan minyak untuk ekspor.
Surfactant Project, Perpanjang Umur Sumur Minyak Minas
Ditemukannya teknologi surfactant dalam mengambil minyak mentah dari bebatuan perut bumi dapat memperpanjang umur sumur minyak di Minas.

Demikian dikatakan Hasyim Nur dan Muhammad Syafwan, dua pemateri dari PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) dalam presentasi industri hulu migas yang dilaksanakan di autorium Fakultas Hukum, Universitas Islam Riau (UIR), bulan April lalu.

Hasyim Nur yang sehari-hari menjabat sebagai Manager Sumatera Light South Production Minas PT CPI ini menjelaskan kepada wartawan, lapangan Minas merupakan lapangan minyak terbesar yang pernah ditemukan di Asia Tenggara. Lapangan ini menghasilkan minyak Sumatera Light Crude yang terkenal di dunia.

Dijelaskannya, lapangan minyak Minas ditemukan pada tahun 1944 dan mulai menghasilkan minyak pada 1952. Diperlukan waktu 17 tahun untuk meraih pencapaian produksi 1 miliar baret di tahun 1969. Tahun 1970-an teknologi injeksi air (water flood) yang pertama diperkenalkan dan diterapkan di Minas. Teknik canggih ini berhasil mendorong produksi dan hanya tujuh tahun setelah pencapaian hasil kumulatif sebesar 1 miliar barel minyak.

Minas mencatat sejarah produksi 2 miliar barel pada tahun 1976 dan 3 miliar pada tahun 1984. Pada tahun 1990-an, di lapangan Minas diterapkan instalasi metode pola injeksi air (pattern water flood method) dan tahun 1997 Minas mampu memproduksi 4 miliar barel minyak.

‘’Chevron menggunakan zat surfactant dikarenakan peralatan sumur minyak sudah tua dan lebih dari 50 tahun sehingga banyak gangguan yang dapat memperbesar biaya. Oleh karena itu ditemukannya teknologi canggih ini bisa menekan biaya produksi dengan hasil produksi tercapai,’’ sebutnya.

Hasyim menjelaskan saat ini perusahaan perminyakan lain juga sudah menggunakannya seperti Medco dan Pertamina Hulu.

‘’Di Minas teknologi surfactant ini cocok dan kita belum tahu apakah nantinya semua lapangan minyak CPI menggunakan surfactant atau tidak tergantung dari hasil ujicoba yang sedang berlangsung saat ini,’’ terangnya.
Mantan Camat Minas, H Yulizar mengatakan sebagai daerah penyangga Kecamatan Minas memang memiliki peluang besar muncul dan berkembangnya hal-hal yang tak diinginkan. Namun berpeluang besar menjadi penyangga daerah karena Minas salah satu kota yang menghubungkan kota satu dengan yang lainnya ke arah Utara.

Pihaknya bangga dengan adanya catatan sejarah bahwa di Kota kecil seperti Minas
menjadi salah satu sejarah pertama di Kabupaten Siak tertorehkan dalam pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang dilaksanakan di Provinsi Riau.

Selain itu, sejarah sumur tua Chevron ini akan menjadi tempat pertama pengambilan api PON, akan menjadi situs pertama kebanggaan Minas selain adanya Taman Tahura.

Segenap masyarakat Minas merasa gembira dan siap mendukung dan melakukan penyambutan sumber api PON tersebut. Event yang sangat besar ini hendaknya untuk dijadikan moment sejarah bagi masyarakat yang ada di Minas dan di Provinsi Riau


Berbagai sumber.


DPD PKS Siak - Download Android App


«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama
0 Comments
Tweets
Komentar

Tidak ada komentar

Leave a Reply

Komentar sehat anda..